Imunisasi tifoid adalah salah satu program Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengendalikan epidemi dan endemi demam tifoid. Indonesia sendiri merupakan salah satu wilayah endemis tifoid. Kelompok umur yang paling banyak terkena tifoid adalah 3-19 tahun. Karena itu, vaksin tifoid diperlukan sebagai langkah antisipasi sejak dini.
Apa Manfaat Vaksin Tifoid
Demam tifoid lebih dikenal sebagai tifus atau tipes di kalangan masyarakat umum. Penyakit infeksi sistemik ini disebabkan bakteri Salmonella typhi, biasanya melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi.
Penyakit akut ini memiliki sejumlah gejala, seperti:
- Demam berkepanjangan
- Sakit kepala
- Mual
- Kehilangan nafsu makan
- Masalah pencernaan, antara lain diare
Imunisasi dengan vaksin tifoid dibutuhkan untuk membentuk antibodi yang akan melawan bakteri penyebab gejala-gejala tifus tersebut. Imunisasi tifoid tidak diwajibkan, tapi penting bagi orang-orang yang rentan terpapar bakteri Salmonella.
Ada tiga jenis vaksin tifoid yang direkomendasikan WHO, yakni:
- Vaksin konjugat tifoid suntik (TVC) yang diperuntukkan bagi anak berusia 6 bulan hingga orang dewasa berusia 45 tahun
- Vaksin polisakarida tak terkonjugasi bagi anak berumur 2 tahun ke atas
- Vaksin Ty21a yang diberikan berupa kapsul dan diberikan secara oral bagi yang berusia di atas 6 tahun
Kapan Imunisasi Tifoid Dapat Diberikan?
Ikatan Dokter Indonesia menyarankan imunisasi tifoid diberikan kepada anak di atas usia 24 bulan. Setelah itu, vaksin tifoid bisa diberikan tiga tahun sekali. Adapun imunisasi yang dilakukan secara oral disarankan diakukan kepada anak yang umurnya 6 tahun ke atas.
Anak kecil rentan terjangkit tifoid, terutama bila sering membeli jajanan yang higienitasnya diragukan. Sekalipun gejalanya ringan, demam tifoid bisa menyebabkan komplikasi yang parah. Anak bisa demam berkepanjangan hingga lebih dari satu pekan. Umumnya, suhu tubuh anak yang demam tifoid naik dari hari ke hari. Kenaikan ini biasanya berlangsung pada sore hari. Umpamanya hari ini suhu anak naik hingga 38 derajat Celsius, esok hari bisa menjadi 38,5 derajat, lalu 38,8 derajat, dan seterusnya.
Masyarakat yang tinggal di wilayah endemis atau kesulitan mengakses sanitasi yang baik direkomendasikan untuk mendapat vaksin tifoid. Demikian pula mereka yang hendak mengunjungi wilayah endemis tifoid. Harus digarisbawahi bahwa imunisasi tidak melindungi tubuh 100 persen dari penyakit tifoid. Masih ada kemungkinan sakit, tapi vaksin tifoid bisa mengurangi risiko mengalami sakit yang parah ketika terjangkit.
Berapa Kali Imunisasi Tifoid Diberikan?
Imunisasi tifoid dengan cara injeksi bisa diberikan beberapa kali, dimulai dari saat umur anak 24 bulan. Jarak pemberian selanjutnya adalah tiga tahun. Interval ini ditetapkan supaya ada waktu yang cukup untuk pembentukan antibodi supaya imunitas anak lebih kuat.
Seseorang bisa terkena tifoid lebih dari sekali meski sudah mendapat vaksin, terutama bila tidak menerapkan pola hidup sehat atau tinggal di tempat dengan sanitasi buruk. Penyebaran tifoid
Gejala tifoid yang tampaknya sudah mereda pun bisa muncul alias kambuh lagi. Dalam hal ini, imunisasi tifoid tidak dibutuhkan, melainkan hanya antibiotik.
Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan bakteri Salmonella di tubuh pasien. Biasanya, dokter hanya meminta pasien meminum antibiotik hingga habis untuk menuntaskan pengobatan demam tifoid.
Efek Samping Vaksin Tifoid
Semua jenis vaksin tifoid terbilang aman. Efek samping imunisasi tifoid paling terlihat pada bekas suntikan yang membengkak. Risiko lainnya adalah demam, pusing, dan mual.
Tapi ada kelompok orang yang sebaiknya tidak diberi atau menunda imunisasi tifoid demi menghindari dampak yang lebih berbahaya, di antaranya:
- Memiliki alergi yang parah
- Punya masalah sistem imun
- Sedang hamil atau menyusui
- Sedang menjalani pengobatan malaria atau meminum antibiotik
Bila sedang demam ringan, imunisasi masih diperbolehkan, tergantung diagnosis dokter. Bicarakan dengan dokter bila memiliki kondisi yang sekiranya berbahaya untuk menerima vaksin tifoid.
Ditinjau oleh:
dr. Citra Amelinda, SpA, MKes, IBCLC
Dokter Spesialis Anak
Referensi:
https://www.who.int/immunization/diseases/typhoid/en/
https://www.cdc.gov/vaccines/hcp/vis/vis-statements/typhoid.html