• Contact Center
  • 1500 007
  • Chatbot

Plagiocephaly pada Anak, Apakah Bisa Sembuh Sendiri?

Selain craniosynostosis, ada jenis kelainan lain pada kepala bayi yang perlu bunda ketahui, yakni plagiocephaly. Pada kondisi ini, bentuk kepala bayi tidak normal atau ada yang menamakannya sebagai โ€œpeangโ€.

Penyebabnya sendiri beraneka ragam. Salah satunya yakni terjadi karena bawaan lahir atau genetik. Namun, ada pula yang disebabkan oleh posisi tidur bayi yang salah mengingat tulang tengkorak bayi masih lunak. Nah, untuk mengetahui rincian seputar plagiocephaly, yuk simak rinciannya berikut ini.

buat jani dokter primaya

Pengertian Plagiocephaly

Plagiocephaly

Plagiocephaly adalah kondisi kelainan yang mana bentuk kepala bayi tidak normal yakni datar atau peang di satu sisi. Penyebutannya sendiri berasal dari bahaya Yunani dari kata โ€œPlagiosโ€ yang berarti sisi miring dan โ€œKephaleโ€ yang berarti kepala.

Dalam istilah medis, kondisi ini sering disebut sebagai flat head syndrome. Kebanyakan kasus plagiocephaly terjadi karena posisi tidur bayi yang salah sehingga satu sisinya mengalami perubahan bentuk. Ini terjadi akibat tulang tengkorak bayi masih sangat lunak sehingga rentan terjadi perubahan bentuk.

Sebagai orang tua, tentunya kita khawatir bila anak mengalami masalah demikian. Sejatinya, apakah kondisi ini dapat membahayakan tumbuh kembang buah hati dan perkembangan otaknya?

Tentunya tidak. Kondisi ini umumnya lebih mengganggu secara tampilan atau kosmetik. Walau demikian, perawatan tetap dibutuhkan untuk mengembalikan posisi kepala ke keadaan normal.

Bila bayi masih berusia di bawah 6 bulan, maka kondisi ini bisa diperbaiki dengan mudah. Namun, bila sudah 6 bulan atau bahkan 1 tahun lebih, maka lebih sulit karena ubun-ubun telah menutup dan tulang tengkorak sudah mengeras.

Kondisi Plagiocephaly
Gejala Utama Bentuk kepala bayi datar
Dokter Spesialis Dokter spesialis anak
Penyebab Bayi prematur, posisi tidur dalam waktu lama
Diagnosis Wawancara medis, tes penunjang, pemeriksaan fisik
Faktor Risiko Bayi laki-laki, bayi prematur, ibu penderita tiroid, kelainan sejak lahir
Pengobatan Penggunaan helm khusus, pembedahan
Pencegahan Mengubah posisi tidur secara berkala
Komplikasi Penampilan yang kurang elok, mata malas, mata juling

Faktor Risiko

Ini dia beberapa faktor risiko yang menjadikan bayi rentan terkena kelainan satu ini:

  • Bayi laki-laki
  • Bayi lahir kembar
  • Posisi tidur telentang dalam waktu lama
  • Ibunya penderita tiroid
  • Kurangnya tengkurap
  • Bayi lahir prematur
  • Penggunaan obat tertentu (contoh clomiphene citrate)
  • Persalinan forcep / vakum ekstraktor
  • Penderita muscular torticollis
  • Kelainan bawaan sejak lahir
    Baca Juga:  Batu Ginjal: Gejala, Mencegah dan Mengobati

    Penyebab

    • Sesuai informasi dari laman nhs.uk, bahwa plagiocephaly memiliki 2 penyebab utamanya yakni:

      • Kelainan bawaan yang mana tulang tengkorak menutup terlalu cepat. Akibatnya, kepala bayi tidak berkembang dengan sempurna yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk yang abnormal. Hal ini juga sering disebut sebagai craniosynostosis.
      Bayi yang tidur lama dalam satu waktu dan kurangnya tengkurap maupun mengubah posisi tidurnya. Hal ini sering terjadi pada ibu yang menidurkan si buah hati dalam posisi yang terlentang secara terus menerus. Kondisi ini juga sering disebut sebagai positional plagiocephaly.

    Gejala

    Terdapat beberapa gejala yang tampak pada penderita kondisi ini. Di antaranya yaitu:

    • Bentuk kepala yang tidak normal, yakni datar di satu sisi
    • Mata juling yang diderita 50-60% pasien plagiocephaly
    • Kepala bayi terhambat perkembangannya, bahkan berhenti berkembang

    Diagnosis

    Karena pasien di sini merupakan bayi, maka dokter akan melakukan proses wawancara medis kepada orang tuanya, atau bahkan ke anggota keluarga lain yang sekiranya berhubungan.

    Beberapa pertanyaan yang sering kali dokter tanyakan ke orang tua bayi yakni berupa keluhan, faktor risiko, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, posisi tidur bayi, dan sebagainya.

    Setelah itu, dokter akan melakukan pengecekan fisik bayi untuk menentukan apakah itu benar-benar plagiocephaly atau kelainan lainnya. Pengecekan tersebut meliputi pengukuran kepala bayi, pengamatan bentuk kepala, identifikasi kelainan, pengamatan wajah, dan sebagainya.

    Bila masih belum pasti, maka dokter akan melakukan rangkaian pemeriksaan penunjang guna mengetahui secara lebih mendalam. Contohnya meliputi:

    • CT scan
    • Rontgen
    • Cek genetik
    Baca Juga:  Benjolan di Ketiak: Penyebab dan Mengatasinya

    Pencegahan

    Apabila plagiocephaly yang terjadi akibat dari faktor genetik, maka tidak ada upaya pencegahan apapun. Namun, bunda bisa melakukan antenatal care sesuai jadwal yang telah di tentukan sehingga bisa mendeteksi terjadinya kondisi plagiocephaly pada bayi.

    Selain itu, ada beberapa hal lain yang dapat bunda lakukan seperti halnya:

    • Pemeriksaan fungsi tiroid ibu hamil
    • Cek risiko genetik dengan skrining genetik
    • Tummy time pada bayi secara rutin
    • Ubah posisi tidur secara berkala

    Pengobatan

    Dibutuhkan multidisplin kedokteran untuk menentukan pengobatan plagiocephaly secara tepat. Untuk kasus ringan, tidak perlu pembedahan atau rekonstruksi namun dengan perawatan konservatif seperti halnya:

    • Fisioterapi
    • Pengaturan postur tidur
    • Penggunaan helm plagiocephaly
    • Tummy time
    • Perubahan posisi tidur berkala

    Komplikasi

    • Tidak ada komplikasi serius yang terjadi pada penderita penyakit ini. Akan tetapi, bila penyebab yang mendasarinya merupakan akibat dari kelainan bawaan, maka nantinya berpotensi mengakibatkan:

      • Gangguan kognitif
      • Mata silinder
      • Mata juling
      • Tekanan rongga kepala meningkat
      • Mata malas

    Kapan Harus ke Dokter

    Plagiocephaly

    Bawalah buah hati bunda ke dokter spesialis anak, dokter spesialis bedah saraf, dokter spesialis bedah plastik, atau bisa juga dokter rekonstruksi dan estetik bila gejala plagiocephaly muncul pada buah hati Anda.

    Untuk mendapatkan perawatan secara tepat, pastikan untuk tidak menunda pemeriksaan mengingat semakin bertambah usia bayi, semakin sulit penanganannya.

    Narasumber:

    dr. Shanty Djajakusli, Sp. A (K) Neonatalogi

    Spesialis Anak, Konsultan Neonatologi

    Primaya Hospital Hertasning

    Referensi:

    • Craniosynostosis. https://www.chw.org/medical-care/neuroscience/conditions/craniosynostosis. Diakses pada 13 Desember 2023.
    • Positional plagiocephaly. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3202394/. Diakses pada 13 Desember 2023.
    • Flat headsyndrome & your baby. https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/Cleft-Craniofacial/Pages/Positional-Skull-Deformities-and-Torticollis.aspx. Diakses pada 13 Desember 2023.
    • The incidence of positional plagiocephaly. http://pediatrics.aappublications.org/content/early/2013/07/02/peds.2012-3438. Diakses pada 13 Desember 2023.
    • Craniosynostosis genetics. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3214317/. Diakses pada 13 Desember 2023.
    • Plagiocephaly. https://familydoctor.org/condition/plagiocephaly/. Diakses pada 13 Desember 2023.
    • Plagiocephaly. http://www.childrenshospital.org/conditions-and-treatments/conditions/p/plagiocephaly. Diakses pada 13 Desember 2023.
    • Plagiocephalyand brachycephaly (flat head syndrome). https://www.nhs.uk/conditions/plagiocephaly-brachycephaly/. Diakses pada 13 Desember 2023.
    • Positional plagiocephaly. http://www.aans.org/Patients/Neurosurgical-Conditions-and-Treatments/Positional-Plagiocephaly. Diakses pada 13 Desember 2023.
    • What is plagiocephaly? http://plagiobaby.org/what-is-plagiocephaly. Diakses pada 13 Desember 2023.
    Share to :

    Promo

    Login to your account below

    Fill the forms bellow to register

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.