Apakah Anda pernah merasa tiba-tiba nyeri pada area anus ketika tengah buang air besar? Bisa jadi Anda sedang mengalami kondisi yang disebut fisura ani. Apa itu fisura ani dan bagaimana cara mencegah dan mengobatinya? Mari kita bahas bersama.
Mengenal Fisura Ani
Fisura ani adalah kondisi ketika area selaput kulit di dekat lubang keluar anus mengalami luka atau robek. Area kulit ini robek ini akibat terkoyak oleh tinja yang keras saat mengalami sulit buang air besar atau oleh tekanan kuat selama diare yang menyebabkan gangguan pada sirkulasi darah di sekitar lubang anus. Kondisi ini rentan terjadi pada anak-anak dan orang lanjut usia.
Fisura ani bermula dari meregangnya selaput kulit atau mukosa anus hingga melebihi kapasitas normalnya. Begitu robekan terjadi, bisa muncul masalah yang berulang. Otot sfingter (otot berbentuk cincin yang bisa membuka dan menutup dengan mekanisme otomatis sesuai kebutuhan) internal yang terbuka di bawah robekan menjadi tegang dan dapat memicu nyeri yang hebat.
Otot yang kejang pun membuat tepian selaput tertarik sehingga luka atau robekan yang muncul sulit sembuh. Saat buang air besar, robekan bisa makin parah karena adanya tekanan dari tinja. Terlebih bila mengalami konstipasi alias sembelit atau diare. Karena itu, fisura ani bisa berkembang menjadi masalah kronis yang membutuhkan perawatan dalam waktu lebih lama. Orang yang memiliki masalah sulit buang air besar rentan mengalami fisura ani kronis.
Gejala
Terdapat dua gejala fisura ani yang utama, yakni rasa nyeri yang intens saat buang air besar dan keluarnya darah dari anus. Darah ini muncul karena terjadi robekan pada jaringan mukosa anus, tapi darah yang keluar tidak begitu banyak dan tak terlalu mengkhawatirkan. Yang lebih menjadi masalah adalah rasa nyeri hebat yang muncul ketika buang air besar dan kadang disertai rasa gatal.
Karena saraf sensorik (saraf yang bisa merasakan nyeri) melewati epitel (lapisan sebelah atas kulit dan selaput lendir) anus, orang yang mengalami fisura ani akan merasakan nyeri yang parah ketika tinja melewati luka dan robekan. Rasa sakit bisa kian parah ketika otot sfingter internal anus mengalami kejang. Nyeri ini bisa terus terasa hingga beberapa jam setelah buang air besar. Gejala lain fisura ani termasuk retakan dan benjolan kecil di sekitar anus.
Penyebab
Penyebab fisura ani pada anak umumnya adalah konstipasi atau sulit buang air besar. Ketika mengalami konstipasi, tinja yang besar dan keras dapat menyebabkan robekan pada selaput di area lubang anus ketika hendak dikeluarkan secara paksa.
Penyebab lainnya adalah diare, terlebih ketika terjadi secara berulang. Diare memicu munculnya tekanan yang kuat dari dalam anus ketika buang air besar. Tekanan inilah yang mengakibatkan luka atau robekan dan memicu fisura ani.
Ketika seorang anak pernah mengalami fisura ani, ada kemungkinan ia akan mengalaminya lagi di kemudian hari. Terutama bila masalah yang melatarinya, termasuk sembelit, tidak diatasi.
Cara Dokter Mendiagnosis Fisura Ani
Dokter yang punya spesialisasi menangani fisura ani adalah gastroenterolog atau dokter ahli penyakit pencernaan. Dokter akan mendiagnosis fisura ani berdasarkan:
- Riwayat kesehatan pasien
- Deskripsi gejala yang dialami pasien
- Pemeriksaan rektal
Biasanya, pemeriksaan lanjutan tidak dilakukan jika dokter bisa melihat fisura atau retakan dalam pemeriksaan rektal. Namun bila pasien sering mengalami fisura ani dan ada darah yang tak biasa, dokter mungkin perlu melakukan tes tambahan, seperti:
- Kolonoskopi: memasukkan seperangkat alat dengan kamera kecil ke usus besar untuk mendeteksi kelainan.
- Sigmoidoskopi: prosedur ini mirip dengan kolonoskopi, tapi yang diperiksa cuma bagian bawah usus besar.
- Anoskopi: penggunaan alat teropong khusus (tabung kecil berkamera) untuk mengamati bagian dalam anus dan bagian bawah rektum.
- Biopsi: pengambilan sampel jaringan anus untuk diuji di laboratorium
Cara Mengatasi Fisura Ani
Fisura ani adalah masalah kesehatan yang umumnya bisa ditangani sendiri tanpa perawatan medis. Caranya antara lain:
- Meningkatkan asupan makanan berserat dan air putih untuk meredakan konstipasi dan diare yang memicu fisura ani
- Mandi air hangat
- Langsung menuju toilet tanpa menunda-nunda ketika merasa hendak buang air besar
- Berolahraga rutin sekitar 30 menit tiap hari
- Hindari obat-obatan yang bisa menyebabkan konstipasi
- Gunakan laksatif ringan untuk membantu memulihkan robekan
- Untuk meredakan nyeri, gunakan parasetamol atau ibuprofen sesuai dengan ketentuan
- Jangan menggunakan sabun pada area anus saat mandi atau setelah buang air besar karena dapat menambah iritasi pada kulit yang luka
Kebanyakan kasus fisura ani bisa sembuh dengan cara di atas dalam beberapa hari. Bila masalah berlanjut dan menjadi gangguan kronis, bisa jadi pasien memerlukan operasi untuk hasil yang lebih efektif. Teknik operasi yang kerap dilakukan antara lain pembuatan sayatan pada otot sfingter untuk mengurangi kejang sehingga menurunkan kemungkinan kambuh.
Komplikasi
Fisura ani bisa menyebabkan komplikasi bila tak tertangani dan kian berkembang menjadi masalah kronis. Komplikasi itu termasuk:
- Penurunan kualitas hidup
- Rasa ketidaknyamanan
- Masalah pencernaan karena enggan buang air besar demi menghindari rasa nyeri
- Saluran anus menyempit
- Infeksi
- Kesulitan mengendalikan buang air besar
Pencegahan
Kebanyakan kasus fisura ani terjadi karena masalah konstipasi. Karena itu, cara mencegahnya adalah dengan memperhatikan asupan serat guna mencegah konstipasi. Di antaranya:
- Rutin makan makanan berserat tinggi, seperti sayuran dan buah
- Minum banyak air putih sehingga tinja bisa lebih mudah keluar karena lebih lunak
- Jika perlu, gunakan suplemen serat
- Selalu seka atau lap lubang anus dengan pelan dan lembut sehabis buang air besar
Kapan Harus ke Dokter?
Fisura ani tidak selalu memerlukan perawatan medis di rumah sakit. Namun bila gejalanya terus ada hingga beberapa hari atau menimbulkan ketidaknyamanan, lebih baik jadwalkan konsultasi dengan dokter. Pemeriksaan dan penanganan dini oleh dokter dapat mencegah fisura ani berkembang menjadi gangguan kesehatan kronis.
Narasumber
dr. Yan Ardianto Senjaya, Sp.B-KBD
Dokter Spesialis Bedah Digestif
Primaya Hospital Karawang
Referensi:
- Anal fissure. https://bestpractice.bmj.com/topics/en-us/563. Diakses 28 Oktober 2022
- Anal Fissures. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526063/. Diakses 28 Oktober 2022
- Anal Fissure. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4755763/. Diakses 28 Oktober 2022
- Safety and efficacy of the treatment of chronic anal fissure by lateral internal sphincterotomy: A retrospective cohort study. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2049080120302570. Diakses 28 Oktober 2022
- Systematic review: the treatment of anal fissure. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/j.1365-2036.2006.02990.x. Diakses 28 Oktober 2022
- The management of patients with primary chronic anal fissure: A position paper. https://www.researchgate.net/publication/51093976_The_management_of_patients_with_primary_chronic_anal_fissure_A_position_paper. Diakses 28 Oktober 2022
- Patient education: Anal fissure (Beyond the Basics). https://www.uptodate.com/contents/anal-fissure-beyond-the-basics. Diakses 28 Oktober 2022