Kurang tidur bisa menjadi awal dari berbagai masalah kesehatan. Ditambah gaya hidup kurang sehat, stres, dan rasa cemas yang berlebih, risiko mengalami penyakit tertentu kian tinggi. Terkait dengan situasi pandemi Covid-19, pola tidur juga mempengaruhi risiko seseorang tertular virus corona. Termasuk reinfeksi Covid-19 atau kembali tertular virus corona setelah beberapa waktu sebelumnya dinyatakan sembuh.
Mengenal Reinfeksi Covid-19
Secara umum, reinfeksi berarti seseorang yang pernah terinfeksi atau sakit, lalu sembuh, tapi kemudian terinfeksi lagi oleh penyakit serupa. Hingga saat ini, reinfeksi Covid-19 masih menjadi salah satu topik penelitian yang berlangsung di banyak negara di dunia. Menurut laporan dari para peneliti, ditemukan sejumlah kasus reinfeksi Covid.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyebutkan reinfeksi Covid mungkin terjadi bila merujuk pada kasus reinfeksi dari virus lain yang mirip dengan virus corona. CDC masih melakukan riset seputar reinfeksi Covid untuk mengetahui beberapa hal penting, seperti:
- Seberapa mungkin
- Seberapa sering
- Berapa lama reinfeksi terjadi setelah infeksi pertama
- Seberapa parah kasusnya
- Siapa yang paling berisiko tinggi
- Dampaknya terhadap imunitas
- Apakah bisa menularkan Covid-19 saat terkena reinfeksi
Informasi yang diketahui para pakar tentang reinfeksi Covid-19 masih terbatas. Dalam beberapa riset, kasus reinfeksi mengarah pada hasil tes reaksi berantai polimerase (PCR) yang false negatif alias negatif palsu. Pasien itu sebenarnya masih positif, tapi hasil tesnya keluar negatif. Ada pula pasien yang dinyatakan sembuh tapi ternyata masih memiliki virus di tubuhnya. Virus ini bisa aktif lagi dan memunculkan gejala kembali. Kasus ini disebut reaktivasi Covid.
Selain itu, ada yang disebut long Covid, yaitu gejala sisa yang masih terasa oleh pasien hingga beberapa bulan setelah sembuh. Baik reaktivasi maupun long Covid berbeda dengan kasus reinfeksi.
Kaitan Kurang Tidur dan Risiko Covid-19
Tidur adalah aktivitas yang sangat penting dalam kehidupan. Perannya signifikan dalam menjaga fungsi tubuh tetap normal, metabolisme energi, fungsi kognitif, dan sistem kekebalan tubuh. Para ahli merekomendasikan durasi tidur orang dewasa 7-8 jam pada malam hari. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, makin banyak orang yang tidur kurang dari 7 jam dan banyak pula yang bekerja pada malam hari sehingga ritme biologisnya terbalik. Kondisi ini berdampak pada kerentanan seseorang terhadap serangan penyakit.
Kurang tidur bisa menyebabkan turunnya performa kognitif dan fisik seseorang. Tingkat kewaspadaan orang yang kurang tidur pun lebih rendah. Sederet penelitian juga menemukan kaitan kurang tidur dengan peningkatan risiko berbagai penyakit, dari stroke, diabetes, kanker, sampai masalah kardiovaskuler. Dalam situasi pandemi, ditemukan pula kaitan kurang tidur dengan Covid-19.
Kaitan itu terutama menyangkut sistem imun. Tidur memainkan peran unik dalam menjaga imunitas. Di satu sisi, pandemi Covid-19 bisa membuat orang terlalu cemas atau stres sehingga susah tidur. Di sisi lain, bila kurang tidur, orang itu justru lebih berisiko terinfeksi Covid-19.
Hasil penelitian di enam negara yang dipublikasikan di jurnal BMJ Nutrition Prevention & Health mengungkapkan, untuk setiap jam tidur ekstra, peluang tenaga kesehatan terinfeksi Covid-19 lebih rendah 12 persen. Penelitian itu menyimpulkan kurang tidur dan kelelahan menjadi faktor risiko infeksi Covid-19.
Hipotesis sederhananya adalah, ketika tidur, tubuh memproduksi sitokin yang merupakan protein untuk melawan infeksi. Artinya, makin kurang tidur, produksi sitokin makin sedikit. Walhasil, risiko mengalami berbagai penyakit lebih tinggi, tak terkecuali Covid-19.
Mengapa Kurang Tidur Bisa Tingkatkan Risiko Covid-19?
Bagi manusia, kurang tidur memiliki konsekuensi jangka panjang. Selama ini, kurangnya waktu tidur atau istirahat merupakan faktor risiko untuk diabetes tipe 2, penyakit jantung, demensia, hingga depresi. Sejumlah kondisi kronis itu meningkatkan risiko tertular Covid-19.
Selain itu, ketika tidur, tubuh memproduksi sitokin yang merupakan protein untuk melawan infeksi. Artinya, makin kurang tidur, produksi sitokin makin sedikit sehingga kemampuan sistem imun makin lemah. Walhasil, risiko mengalami berbagai penyakit lebih tinggi, tak terkecuali Covid-19. Kurang tidur juga cenderung membuat orang lebih mudah lengah, termasuk dalam menjalankan protokol kesehatan, sehingga lebih rentan terpapar virus corona.
Meski begitu, kurang tidur bukanlah satu-satunya faktor yang meningkatkan risiko terhadap penyakit. Gaya hidup, pola dan menu makan, serta kebiasaan sehari-hari juga menjadi faktor yang bisa membuat orang lebih mudah terpapar virus apa pun.
Tips Menangani Kesulitan Tidur
Demi menghindari infeksi dan reinfeksi Covid-19 ataupun penyakit lain, kita perlu memperhatikan kebiasaan tidur. Bila merasa kesulitan tidur, harus ada tindakan untuk mengatasinya. Sering kali perubahan gaya hidup bisa membuat orang lebih mudah tidur. Contohnya:
Tidur pada jam tertentu
Dengan menentukan waktu tidur secara rutin tiap hari, tubuh akan terprogram dengan sendirinya bahwa pada jam itu adalah waktunya tidur.
Ciptakan suasana yang mendukung
Pastikan tempat tidur sudah siap saat tiba waktunya tidur. Misalnya kamar sudah rapi, lampu redup atau gelap, serta tidak ada suara berisik.
Kasur harus nyaman
Salah satu penyebab orang susah tidur adalah kasur yang tidak nyaman. Karena itu, pastikan kasur yang digunakan sudah nyaman. Bila punya masalah tulang punggung, konsultasikan dengan dokter.
Olahraga rutin
Olahraga sederhana tapi rutin seperti joging atau berenang bisa membantu meredakan tekanan yang dirasakan sepanjang hari sehingga tubuh dapat lebih rileks dan cepat tidur.
Kurangi kafein
Sebaiknya tidak mengonsumsi minuman berkafein pada malam hari. Kafein bisa mengganggu proses tidur.
Tidak merokok
Nikotin yang terkandung dalam rokok adalah stimulan. Orang yang terbiasa merokok umumnya lebih sulit tidur dan tak dapat tidur nyenyak.
Bila tak bisa tidur, bangun dulu
Kita tak bisa memaksakan tidur. Bila merasa belum bisa tidur, bangun dulu dan lakukan kegiatan lain hingga mengantuk lagi.
Jika masih merasa sulit tidur, datangi dokter untuk mendapat pemeriksaan secara medis.
Ditinjau oleh:
dr. Kathi Swaputri Kancana, Sp.PD
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Referensi:
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/your-health/reinfection.html
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2052297520301645