Sejak virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 pertama kali terdeteksi pada Desember 2019, sudah ada ribuan varian yang muncul. Beberapa varian masuk kriteria varian yang harus menjadi perhatian karena tingginya tingkat penularan menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO). Yang terbaru adalah varian Omicron, yang disebut-sebut lebih menular daripada varian Delta yang menyebabkan gelombang infeksi besar-besaran di dunia pada pertengahan 2020.
Varian Omicron
Pada akhir November 2021, pemeriksaan sampel virus corona pada pasien di Afrika Selatan menemukan mutasi baru. Varian B.1.1.529 ini terdiri atas lebih dari 50 mutasi dan punya identitas berbeda dari varian lain yang telah terdata. Seiring dengan temuan varian virus baru ini, terjadi pertambahan kasus yang signifikan di Afrika Selatan dan sejumlah negara lain di kawasan selatan Benua Afrika.
Tak berapa lama kemudian, varian ini menyebar ke banyak negara lain hingga lebih dari 100 negara, salah satunya Indonesia. WHO memasukkan varian yang diberi nama Omicron ini ke kategori Variant of Concern lantaran sangat mudah menular. Lalu banyak yang membandingkan varian Omicron dengan varian Delta yang juga masuk kategori Variant of Concern, termasuk gejala dan tingkat keparahan sakit yang ditimbulkan.
1. Gejala
Data awal mengenai varian Omicron menunjukkan gejala yang muncul sedikit berbeda dengan varian Delta. Data ini antara lain didapatkan dari riset mengenai Omicron di Afrika Selatan. Gejala umum yang dilaporkan oleh pasien Covid-19 varian ini termasuk:
- Sakit kepala
- Pegal-pegal di sekujur tubuh
- Sakit tenggorokan
Adapun WHO menyebutkan gejala varian Omicron antara lain batuk, kelelahan, serta hidung meler dan tersumbat. Laporan WHO berasal dari data penelitian di Amerika Serikat terhadap 43 pasien berusia 18-39 tahun, baik yang sudah mendapat vaksin dosis penuh ataupun sebagian.
Riset awal juga menemukan gejala Omicron lebih ringan daripada Delta. Tidak didapati gejala berupa hilangnya daya indra penciuman dan perasa layaknya Delta atau varian lain. Para pakar juga melihat varian Omicron tidak sampai memicu masalah pernapasan yang parah. Sebab, mungkin varian ini berlipat ganda di tenggorokan alih-alih di paru-paru. Karena itu, dampaknya paling terasa pada area sekitar tenggorokan.
2. Persebaran
Hingga kini, informasi bahwa varian Omicron lebih menular daripada Delta atau varian lain masih berupa dugaan. Studi epidemiologi masih berlangsung di Afrika Selatan dan beberapa negara lain untuk mengetahui lebih lanjut apa faktor penyebab yang pasti atas meningkatnya jumlah kasus positif Covid-19 di negara-negara itu.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) yang memeriksa kluster Omicron di salah satu negara bagiannya mendapati periode inkubasi (jarak waktu antara paparan dan infeksi virus pada seseorang) Omicron berkisar 3 hari. Periode itu lebih singkat daripada masa inkubasi Delta, yang menurut studi sekitar 4 hari.
Jika hasil studi itu terkonfirmasi dan didukung oleh studi lain, bisa jadi varian Omicron memang lebih menular daripada Delta. Tapi penelitian masih berlanjut, termasuk soal kemampuan varian itu menyebar pada orang yang telah divaksin dosis lengkap.
3. Keparahan
Belum jelas pula apakah sakit yang timbul akibat infeksi Omicron lebih parah daripada Delta. Data awal memang mengindikasikan ada peningkatan jumlah orang yang menjalani perawatan di rumah sakit di Afrika Selatan, tapi belum diketahui hubungan langsung bahwa penyebabnya adalah infeksi Omicron.
Analisis terhadap kasus di Afrika Selatan oleh peneliti setempat menyebutkan kemungkinan orang yang diduga terinfeksi Omicron mengalami sakit parah 70 persen lebih kecil daripada varian Delta. Adapun kemungkinan dirawat di rumah sakit 80 persen lebih kecil dibanding Delta.
Sementara itu, riset di Inggris menemukan pasien yang tertular varian Omicron 45 persen lebih kecil kemungkinannya dirawat di rumah sakit daripada varian Delta. Meski demikian, baik Omicron maupun Delta sama-sama dapat membuat pasien sakit parah hingga meninggal sehingga pencegahan menjadi kunci utama.
Varian Delta
Varian B.1.617.2 atau Delta pertama kali teridentifikasi di India pada 2020. Dalam hitungan bulan, varian ini menyebar ke puluhan negara lain dan menjadi varian yang mendominasi dalam penyebaran Covid-19 di negara-negara itu. Gelombang infeksi Delta juga menyerbu Indonesia hingga membuat rumah sakit kewalahan dalam menampung pasien. Karena itu, ketika muncul varian Omicron yang disebut lebih menular daripada Delta, muncul rasa waswas pada banyak kalangan.
1. Gejala
Berdasarkan penelitian, gejala varian Delta kurang-lebih sama dengan gejala varian awal virus corona yang bermula dari Wuhan, Cina. Gejala itu meliputi:
- Demam
- Batuk
- Kelelahan
- Kehilangan kemampuan mengecap dan menghidu
Jika sakit parah, muncul gejala serius, termasuk sesak napas atau sulit bernapas, kehilangan kemampuan bicara dan bergerak, kebingungan, serta nyeri dada.
2. Persebaran
Data riset mengindikasikan varian Delta 40-60 persen lebih menular daripada varian Alpha dan kemampuan penularannya dua kali lipat dibanding varian Wuhan. Partikel virus juga lebih banyak ditemukan pada saluran udara pasien Delta. Studi di Cina melaporkan viral load alias jumlah partikel virus yang didapati pada pasien yang terinfeksi varian Delta 1.000 kali lipat lebih banyak daripada infeksi yang disebabkan oleh varian lain. Karena itu, tingkat penularan varian Delta lebih tinggi.
3. Keparahan
Sejumlah data menyebutkan tingkat keparahan pasien varian Delta lebih tinggi daripada varian lain, terutama pada lansia, pemilik komorbid (penyakit penyerta), dan anak-anak. Begitu juga pada orang yang belum menerima vaksin. Orang yang terinfeksi varian Delta lebih mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit daripada varian lain. Dibanding varian Omicron, tingkat keparahan akibat infeksi Delta juga disebut lebih tinggi.
Pencegahan Covid-19
Upaya pencegahan Covid-19 yang paling pokok adalah menerapkan protokol kesehatan, yakni:
- Rajin mencuci tangan dengan sabun dan air atau hand sanitizer
- Mengenakan masker dengan benar
- Menjaga jarak minimal 1 meter
- Menjauhi kerumunan
- Mengurangi mobilitas
Selain itu, studi menunjukkan dosis lengkap vaksin efektif mencegah perawatan di rumah sakit dan kematian pada pasien Covid-19. Langkah pencegahan ini berlaku untuk semua jenis varian Covid-19, baik Omicron maupun Delta.
Ditinjau oleh:
dr. Amir Luthfi, Sp.P
Dokter Spesialis Paru
Referensi:
Delta Variant: What We Know About the Science. https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/variants/delta-variant.html. Diakses 2 Januari 2021
Update on Omicron. https://www.who.int/news/item/28-11-2021-update-on-omicron. Diakses 2 Januari 2021
Omicron infection enhances neutralising immunity against Delta. https://www.ahri.org/omicron-infection-enhances-neutralising-immunity-against-delta/. Diakses 2 Januari 2021
How Dangerous Is the Delta Variant (B.1.617.2). https://asm.org/Articles/2021/July/How-Dangerous-is-the-Delta-Variant-B-1-617-2. Diakses 2 Januari 2021
Classification of Omicron (B.1.1.529): SARS-CoV-2 Variant of Concern. https://www.who.int/news/item/26-11-2021-classification-of-omicron-(b.1.1.529)-sars-cov-2-variant-of-concern. Diakses 2 Januari 2021