Tes swab antigen telah menjadi metode penapisan (screening) dan diagnostik yang banyak dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan seseorang terinfeksi Coronavirus Disease (Covid-19). Namun, untuk memastikan kualitas dan akurasi hasilnya, tes antigen mesti memenuhi prosedur standar. Salah satunya, petugas pengambil sampel tak boleh menggunakan alat swab antigen bekas.
Apa Itu Swab Antigen (Rapid Antigen)?
Swab antigen hadir sebagai alternatif tes molekuler dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Ketimbang tes PCR, swab antigen memiliki sejumlah kelebihan dalam penanganan pandemi Covid-19. Meski demikian, Badan Kesehatan Dunia (WHO) tetap memandang tes swab PCR sebagai golden standard atau standar utama untuk mendiagnosis pasien Covid-19. Berikut ini beberapa pertanyaan untuk memahami lebih lanjut apa itu swab antigen.
Bagaimana melakukannya?
Dengan mengusap (swab) pangkal hidung atau tenggorokan memakai alat khusus berupa stik mirip cotton bud yang panjang untuk mengambil sampel cairan yang akan dites.
Di mana bisa menjalani tes ini?
Di fasilitas pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, dan klinik atau laboratorium kesehatan. Juga di tempat-tempat terbuka dan khusus yang telah menyediakan layanan tes rapid antigen untuk tujuan tertentu, misalnya di bandar udara dan stasiun kereta. Tes antigen juga bisa dilakukan di rumah atau secara mobile asalkan tetap memenuhi prosedur.
Tes mencari apa?
Sesuai dengan namanya, tes ini mendeteksi antigen atau fragmen protein virus.
Berapa lama hasil bisa didapatkan?
Tes antigen termasuk rapid test atau tes cepat sehingga pelaksanaan dan hasil bisa didapatkan lebih cepat. Rata-rata hasil tes dapat diperoleh dalam 30 menit.
Bagaimana akurasinya?
Akurasi tes antigen mencapai 97 persen. Namun tingkat akurasinya masih di bawah tes molekuler PCR.
Siapa yang Membutuhkan Swab Antigen?
Tes antigen berguna sebagai metode yang cepat, murah, dan tanpa teknologi rumit. Karena itu, tes ini bisa menjadi cara terpraktis untuk screening, diagnosis, dan menelusuri kontak pasien positif Covid-19.
Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC), tes swab antigen dapat memberikan manfaat untuk:
- Menangani kasus klinis pasien dengan gejala Covid-19 di rumah sakit secara cepat
- Mengendalikan penyebaran Covid-19: deteksi dini, penelusuran kontak, pengetesan untuk populasi yang besar
- Memitigasi dampak Covid-19 untuk menentukan pasien di rumah sakit yang diprioritaskan mendapat penanganan, deteksi dini, dan isolasi
- Mengidentifikasi kluster atau wabah yang terjadi di kawasan tertentu
Dalam situasi tersebut, tes swab antigen menawarkan keunggulan dibanding tes PCR terkait dengan kemudahan tes untuk individu dan kecepatan hasilnya. Dari penjelasan itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang membutuhkan tes antigen antara lain mereka yang pernah berkontak erat dengan pasien Covid-19 dan/atau memiliki gejala Covid-19. Khusus di Indonesia, orang yang hendak bepergian menggunakan kereta dan pesawat ke tujuan tertentu juga membutuhkan tes swab antigen sebagai salah satu syarat.
Bagaimana Prosedur Swab Antigen yang Benar?
Swab antigen dapat memberikan hasil yang akurat selama mematuhi prosedur yang benar. Selain memastikan tidak menggunakan alat swab antigen bekas, orang yang mengambil sampel haruslah petugas terlatih dan terampil. Maka masyarakat awam tidak diperkenankan membeli alat tes antigen dan menggunakannya sendiri di rumah.
Terdapat dua prosedur pengambilan sampel swab antigen, yakni:
- Swab nasal: petugas memasukkan stik swab lewat rongga hidung sampai ke area nasofaring
- Swab tenggorok: petugas memasukkan stik melalui mulut hingga ke orofaring
Setelah mencapai nasofaring atau orofaring, alat diusapkan bolak-balik guna mengambil sampel. Lantas sampel disimpan di tempat khusus untuk kemudian diperiksa. Petugas mesti mengenakan alat pelindung diri lengkap (APD) saat pengambilan dan pemeriksaan sampel.
Ketepatan prosedur ini sangat menentukan kualitas hasil swab. Kekeliruan prosedur dapat mengakibatkan hasil tes negatif atau positif palsu. Selain itu, ada potensi luka pada hidung atau tenggorok bila yang mengambil sampel bukanlah petugas terlatih.
Cara Membedakan Alat Rapid Antigen Baru dan Bekas
Salah satu hal dasar untuk lebih memastikan kualitas hasil tes antigen adalah penggunaan alat yang memenuhi syarat. Kementerian Kesehatan telah memberikan kriteria produk tes antigen yang dapat digunakan, yakni:
- Mengantongi izin edar dari Kementerian Kesehatan
- Memenuhi rekomendasi WHO
- Mendapat rekomendasi Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA)
- Direkomendasikan Badan Obat-obatan Eropa (EMA)
- Tes antigen lain dengan spesifitas ≥ 97% dan sensitivitas ≥ 80% sesuai kriteria Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan
Namun ada kemungkinan suatu alat antigen telah memenuhi kriteria tersebut, tapi kondisinya tidak baru alias bekas pakai. Alat swab antigen bekas pakai, walau secara prosedur mereknya sudah mendapat izin edar dan rekomendasi, tidak boleh dipakai lagi dengan alasan apa pun.
Untuk itu, penting untuk bisa membedakan alat swab antigen bekas dan baru. Indikasi alat tes swab antigen baru antara lain warna stik putih bersih dalam keadaan tersegel, kondisi mulus, kapas lidi tidak bergerigi, dan tak beraroma. Bila mendapat stik antigen dalam kondisi sebaliknya, kita berhak menolak dan meminta yang baru.
Demi keamanan dan transparansi, petugas sebaiknya membuka segel alat tes antigen dari kemasannya di depan orang yang hendak menjalani tes. Petugas juga mesti memperlihatkan merek alat, tanggal kedaluwarsa, dan izin edar yang terdapat pada kemasan. Dengan demikian, penggunaan alat tes itu bisa dipertanggungjawabkan.
Apa Dampak Penggunaan Alat Swab Antigen Bekas Bagi Kesehatan?
Alat swab antigen bekas mesti langsung dibuang sebagai limbah medis yang harus diperlakukan secara khusus. Alat tes wajib dibuang di tempat sampah infeksius sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan. Perlakuan khusus ini penting karena ada risiko besar dari limbah medis bila masyarakat sampai terpapar.
Bila seseorang menjalani tes dengan alat swab antigen bekas, besar kemungkinan dia terinfeksi virus corona dari orang lain. Ini terjadi bila alat tersebut sebelumnya dipakai buat orang yang positif Covid-19. Walau alat sudah dicuci dengan alkohol, virus bisa tetap menempel pada alat.
Risiko kesehatan pun lebih luas lantaran orang yang positif Covid-19 bisa mendapat hasil negatif dan bepergian ke mana-mana sehingga menulari banyak orang lain. Dalam kasus ini, alat swab antigen bekas membawa dampak yang lebih besar karena pandemi bisa makin tak terkendali.
Ditinjau oleh:
dr. Muhammad Irhamsyah, Sp.PK, M.Kes
Dokter Spesialis Patologi Klinik
Referensi:
https://persi.or.id/wp-content/uploads/2021/02/kmk446-2021.pdf