Ada risiko stress picu serangan jantung. Tapi hidup mungkin tak akan berwarna tanpa stress. Beberapa macam stress, misalnya dari aktivitas fisik, sebetulnya justru bisa membantu kita untuk rileks, mengendalikan tekanan emosi atau mental, ataupun menuntaskan pekerjaan yang mendesak. Namun lain halnya dengan stress yang berlangsung dalam waktu panjang dan menimbulkan frustrasi. Inilah jenis stress yang bisa membahayakan kesehatan jantung.
Apa Itu Stress?
Stress sebenarnya adalah respons tubuh terhadap suatu tekanan. Banyak situasi atau momen dalam hidup yang dapat memicu stress. Tekanan itu kerap muncul ketika kita mengalami sesuatu yang baru, tak terduga, atau mengancam diri kita. Begitu pula saat kita tak dapat mengendalikan situasi tersebut.
Saat terjadi stress, kita pasti akan melakukan suatu hal untuk menghadapinya. Kemampuan untuk bertahan dan melawan tekanan tersebut antara lain bergantung pada genetik, pengalaman sebelumnya, kepribadian, serta situasi sosio-ekonomi masing-masing.
Tubuh memproduksi hormon adrenalin yang memantik perlawanan terhadap stress dan mengaktifkan sistem imun. Tubuh bisa juga merespons untuk melarikan diri dari tekanan itu. Kadang kala respons stress ini bermanfaat untuk mengusir rasa takut atau kekhawatiran, bahkan rasa sakit. Misalnya dalam lomba lari, respons tubuh terhadap tekanan fisik dapat membuat kita melupakan rasa sakit dan lelah sehingga dapat menuntaskan lomba.
Walau demikian, stress yang terlalu besar bisa berdampak negatif. Tubuh akan menerapkan mekanisme permanen terhadap tekanan dan dalam jangka waktu lama bisa mempengaruhi kesehatan mental dan fisik. Dalam kasus inilah ada kemungkinan stress picu serangan jantung.
Mengapa Bisa Stress Picu Serangan Jantung?
Sikap setiap orang terhadap stress dalam hidupnya berlainan. Ketika mengalami stress, seseorang mungkin merasa cemas, takut, marah, sedih, emosional, frustrasi, atau depresi. Dari perasaan ini, muncul sikap atau respons antara lain:
- Menyendiri
- Mudah marah
- Bimbang
- Menangis
- Tak bisa tidur atau sulit tidur
- Kepikiran terus-menerus
- Mencari pelampiasan, seperti minum alkohol, konsumsi obat terlarang, merokok, dan banyak makan makanan tak sehat
Adapun tanda orang mengalami stress meliputi:
- Sakit kepala
- Mual/sakit perut
- Gangguan pencernaan
- Napas pendek
- Jantung berdebar-debar
- Nyeri otot
Dari sikap dan respons serta kondisi yang dialami orang ketika diserang stress itu, ada potensi stress picu serangan jantung. Sebab, dari berbagai hal tersebut, dapat muncul berbagai risiko penyakit jantung. Di antaranya tekanan darah tinggi dan peningkatan kadar kolesterol.
Ketika orang yang mengalami stress dan insomnia alias tak bisa tidur, lalu lari ke minum minuman keras, rokok, atau narkotik, misalnya, besarlah risiko serangan jantung yang mengancam. Demikian pula bila orang merespons stress dengan menyendiri dan larut dalam kesedihan hingga tak pernah beraktivitas fisik atau tak menjaga kesehatan makanan yang dikonsumsi.
Menurut penelitian, perempuan lebih rentan mengalami stress yang mempengaruhi kesehatan ketimbang laki-laki. Masalah kesehatan akibat stress tak terkendali di kalangan perempuan termasuk penyakit jantung. Dari riset yang berfokus pada perempuan, depresi dan gangguan stress pascatrauma (stress yang muncul setelah mengalami atau menyaksikan peristiwa yang membuat trauma) meningkatkan risiko penyakit jantung.
Cara Mengatasi Stress
Stress dapat terjadi pada level berbeda. Stress ringan, misalnya ketika menjelang deadline, bisa meningkatkan motivasi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Namun stress yang berat dan buruk atau kronis butuh pengendalian ekstra agar bisa diatasi guna mencegah dampak negatif pada kesehatan. Berikut ini beberapa caranya:
- Kenali tanda stress masing-masing
Mengetahui tanda fisik dan emosi diri kita saat mengalami stress sangatlah penting. Tanda stress setiap orang berbeda. Satu orang mungkin merasa pusing dan mual saat stress, tapi orang lain merasa deg-degan. Dengan mengenali tanda stress ini, kita bisa menyiapkan strategi sendiri untuk mengambil kendali atas situasi yang menimbulkan tekanan itu.
- Tinjau beban hidup
Gaya hidup seseorang mungkin membuatnya memiliki banyak beban. Karena itu, tinjau kembali gaya hidup untuk melihat apakah sebenarnya beban kita terlalu banyak dan bisakah kita menguranginya.
- Bangun hubungan yang suportif
Pengendalian stress tak jarang butuh bantuan berupa nasihat dan dukungan dari orang-orang terdekat. Jadi kita mesti menjalin hubungan sosial yang hangat untuk mendapat dukungan dari mereka, terutama saat stress melanda.
- Jauhi pola hidup tidak sehat
Makanan sehat bisa meningkatkan suasana hati guna menghadapi stress. Bukan justru makan makanan tak sehat saat stress, termasuk minum alkohol atau banyak merokok yang bisa meningkatkan risiko kesehatan. Sikap itu yang justru membuat stress picu serangan jantung.
- Berolahraga
Aktivitas fisik, terutama olahraga, bisa menjadi jalan untuk meredakan stress karena munculnya hormon endorfin yang memiliki efek menenangkan. Berjalan 15-20 menit tiga kali seminggu juga sudah cukup untuk menjaga tubuh tetap fit.
- Berlibur dan berpikir positif
Liburan penting untuk mengistirahatkan pikiran dan membebaskannya dari stress. Kita harus bisa menyeimbangkan antara kerja dan waktu luang demi menjaga kesehatan. Pikiran positif juga akan membantu kita berpikir jernih saat menghadapi stress.
Kapan Harus ke Dokter?
Stress picu serangan jantung bila tak terkendali. Maka penting bagi kita untuk mencari bantuan profesional bila merasa terkepung oleh stress. Datang ke dokter guna meminta pertolongan medis lebih baik daripada lari ke hal-hal negatif yang justru dapat mengancam kesehatan.
Dokter bisa memberikan terapi atau konseling untuk mengetahui penyebab stress sehingga bisa mencari cara mengatasinya. Dokter juga dapat meresepkan obat-obatan pereda stress sebagai bagian dari terapi.
Ditinjau oleh:
dr. Wira Kimahesa Anggoro, Sp. JP
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah
Primaya Hospital Tangerang