• Contact Center
  • 1500 007
  • Chatbot

Pemeriksaan ABI Untuk Deteksi Penyakit Arteri Perifer

Pemeriksaan ABI Untuk Deteksi Penyakit Arteri Perifer

Bulan September dikenal sebagai PAD (Peripheral Artery Disease) awareness month, penyakit arteri perifer merupakan penyakit pembuluh darah tungkai yang bersifat progresif dan mengancam nyawa. Sayangnya, masyarakat belum memahami betul mengenai pentingnya deteksi PAD. Bahkan bila belum memiliki gejala PAD, anda perlu melakukan skrining pemeriksaan bila:

– usia > 65 tahun

buat jani dokter primaya

– usia > 50 tahun dan memiliki riwayat diabetes atau perokok

– usia < 50 tahun  dan menderita diabetes, obesitas atau hipertensi

penyakit arteri perifer disebabkan proses akumulasi plak pada pembuluh darah arteri, penyebab yang sama seperti pada serangan janyung dan stroke. Ketika plak tersebut mengganggu aliran darah tumgkai, akan menyebabkan keluhan seperti nyeri tungkai bawah saat berjalan. Pada kondisi serius, PAD dapat berakibat amputasi tungkai bahkan kematian akibat infeksi. Bahkan infeksi virus COVID-19 yang sedang menjadi pandemi saat ini pun dapat mengakibatkan inflamasi dan gangguan pada aliran darah tungkai. Komplikasi dari COVID-19 pada pembuluh darah tungkai ini dapat berupa rasa nyeri pada tungkai saat berjalan.

Baca Juga:  Banyak Kerjaan di Kantor? Ini Cara Agar Jantung Tetap Sehat

 

Deteksi Dini Penyakit Arteri Perifer dan Penanganan Dini Merupakan Kunci Utama.

Lima langkah  untuk menurunkan risiko penyakit arteri perifer:

  1. Kenali gejala penyakit arteri perifer
  2. Ke dokter untuk melakukan skrining atau pemeriksaan
  3. Kenali piliham pengobatan
  4. Mengubah gaya hidup
  5. Don’t wait! Minimalisir risiko amputasi

Skrining atau pemeriksaan awal yang bisa dilakukan dan terjangkau adalah dengan pemeriksaan Ankle Brachial index (ABI). ABI dilakukan dengan membandingkan antara ukuran nilai sistolik tekanan darah pada pergelangan kaki (ankle) dengan sistolik tekanan darah pada arteri brachialis. Pemeriksaan ini dilakukan menggunakan sphygmomanometer dan portable doppler dengan frekuensi 8-10 MHz. Dilakukan pertama kali oleh Winsor di London. Pengukuran ini merupakan tindakan medis non invasive, bukan suatu tindakan operasi, dan relatif aman. Nilai ABI normal adalah 1,0 – 1,4.

Pengukuran ABI dilakukan oleh seseorang yang memahami pengetahuan medis dan pelatihan medis,  seperti dokter atau perawat, untuk mendapatkan hasil pengukuran yang optimal. Kontraindikasi dilakukan ini adalah pasien dengan kerusakan tungkai bawah dan atas serta penyakit deep vein thrombosis.

Baca Juga:  Cara Kerja Otot Jantung, Apakah Sama dengan Otot Tubuh Manusia?

 

Beberapa Persiapan Sebelum Dilakukan Pemeriksaan ABI:

  1. Istirahat dalam kurun waktu 10-30 menit sebelum dilakukan pengukuran.
  2. Tidak merokok, minum alkohol dan kafein sekitar 12 jam sebelum pengukuran.
  3. Harus memposisikan diri senyaman mungkin, serta tidak melakukan gerakan yang tidak diperlukan selama pengukuran.
  4. Selama pengukuran memerlukan suasana yang tenang dan sunyi, agar pemeriksa dapat menemukan batas sistolik dengan tepat.

Pengukuran ABI dapat diulang bila diperlukan, misalnya untuk evaluasi respon terapi. Jika diperlukan dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan lain yang lebih mendalam seperti USG duplex, CT scan hingga magnetic resonance angiography (MRA).

Kerusakan pada tungkai atau pun amputasi dapat kita cegah dengan kenali gejala dan lakukan skrining ABI secara berkala. Save a leg, save a life.

 

Narasumber:

dr. Bobby Saunders, Sp. JP-FIHA

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah

Primaya Evasari Hospital

Share to :

Buat Janji Dokter

Promo

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Select an available coupon below