Penyakit jantung mempengaruhi banyak individu tiap hari. Penanganan bagi mereka tergantung perkembangan penyakit dan keparahan gejala. Salah satu prosedur medis yang menjadi standar utama penanganan penyakit jantung yang telah parah adalah transplantasi jantung. Meski demikian, pemantauan dan perawatan pasien pasca operasi transplantasi rumit dan membutuhkan kemampuan tenaga kesehatan agar berhasil.
Mengenal Transplantasi Jantung
Transplantasi jantung adalah prosedur operasi untuk mengganti jantung pasien yang sakit dengan jantung sehat dari donor. Pada umumnya, seorang pasien dipertimbangkan untuk menjalani transplantasi bila sudah mencoba berbagai macam metode penanganan dan dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu lama, tapi selalu gagal sembuh.
Salah satunya ketika mengalami gagal jantung tingkat lanjut. Bila penanganan seperti pemberian obat-obatan, pemasangan alat, atau operasi tak kunjung bisa meredakan gejala, pasien mungkin perlu menjalani transplantasi.
Dengan makin berkembangnya teknik bedah dan obat-obatan penekan sistem imun baru, transplantasi jantung tetap diterima secara luas sebagai terapi bagi pasien yang telah memasuki stadium akhir.
Jantung yang digunakan untuk transplantasi berasal dari orang yang telah meninggal. Namun kondisi orang tersebut sudah diperiksa secara medis untuk memastikan jantungnya sehat dan bisa dipasang pada pasien yang membutuhkan.
Dalam transplantasi, dokter akan membuat sayatan pada kulit di atas tulang dada. Lalu dokter membuka tulang sternum untuk bisa menjangkau jantung. Selama proses operasi, terdapat alat pompa darah yang menggantikan fungsi jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Lantas dokter mengambil jantung pasien dan memasangkan jantung baru dari donor.
Dokter kemudian memasangkan sternum kembali dengan kabel dan menutup sayatan dengan jahitan atau staples. Seusai operasi, pasien perlu menjalani perawatan selama 1-2 pekan. Selama itu, pasien akan mengikuti program rehabilitasi jantung untuk mencegah timbulnya masalah pada jantung. Program ini juga harus dijalankan ketika pasien sudah bisa pulang ke rumah.
Pemantauan Setelah Transplantasi Jantung
Pasca transplantasi jantung, proses pemulihan pasien mirip dengan prosedur selepas operasi jantung lain. Namun waktu pemantauan terhadap pasien di rumah sakit jantung mungkin lebih panjang. Apalagi bila terjadi komplikasi. Dokter akan mengecek jantung untuk memastikan tubuh pasien tak menolak keberadaan organ baru itu.
Di rumah sakit, sebuah tim akan melakukan pemantauan sekaligus membantu pemulihan pasien dengan program rehabilitasi jantung. Respons jantung baru hasil transplantasi akan sedikit berbeda. Detak jantung, misalnya, tidak akan sekencang sebelumnya. Denyut jantung juga akan lebih tinggi. Sebab, saraf yang mengendalikan jantung dipotong ketika operasi.
Karena itu, program rehabilitasi penting untuk menyiapkan pasien menjalani aktivitas lagi dengan jantung baru. Pasien mesti mengikuti program yang mencakup penerapan gaya hidup sehat dan konsumsi rutin obat-obatan ini. Selain itu, pemeriksaan dan pemantauan kondisi pasien harus dilakukan secara berkala, termasuk pengambilan sampel jaringan jantung atau biopsi guna mengecek ada atau tidaknya penolakan dari tubuh.
Perawatan Jangka Panjang Setelah Transplantasi Jantung
Setelah pasien meninggalkan rumah sakit, tim transplantasi akan tetap melakukan pemantauan dan perawatan dalam jangka panjang. Pada tiga bulan pertama, pasien masih harus sering bolak-balik ke rumah sakit jantung untuk keperluan itu. Maka disarankan pasien tinggal di dekat rumah sakit guna memudahkan transportasi.
Tim dokter akan memantau tanda-tanda penolakan tubuh terhadap jantung hasil transplantasi, misalnya napas pendek, demam, kelelahan, jarang buang air kecil, atau berat badan bertambah. Demikian juga bila ada infeksi. Pasien mesti memberitahukan gejala apa pun yang dialami selama perawatan.
Selama perawatan, tim dokter akan mencatat segala hal yang penting terkait dengan transplantasi jantung. Misalnya suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, dan berat badan.
Biasanya, pasien mesti menjalani biopsi tiap pekan selama sebulan pertama untuk mendiagnosis penolakan. Setelah enam bulan, biopsi bisa lebih jarang dilakukan. Misalnya sekali setiap tiga bulan. Yang pasti, pasien mesti terus menjalani biopsi dalam jangka panjang secara terus-menerus guna memantau respons tubuh terhadap jantung baru.
Tips Menjaga Kesehatan Jantung Pasca Operasi Transplantasi Jantung
Memiliki jantung baru bukan berarti pasti terbebas dari masalah jantung. Justru pasien mesti lebih berusaha memastikan kesehatan jantung pasca operasi transplantasi. Ini merupakan bagian rehabilitasi di rumah sakit jantung. Caranya antara lain:
- Tidak merokok
Pasien yang terbiasa merokok harus menghentikan kebiasaan itu sebelum menerima donor jantung. Maka sesudah operasi pun kebiasaan yang berbahaya buat jantung tersebut tak boleh dilanjutkan.
- Makan dan minum yang menyehatkan
Ikuti program diet jantung pasca transplantasi demi jantung yang sehat. Hindari terlalu banyak gula, garam, dan lemak.
- Berolahraga secara teratur
Lakukan olahraga sesuai dengan rekomendasi dokter. Awali dengan jalan santai pada pekan-pekan pertama pasca operasi. Bila pemulihan lancar, biasanya pasien boleh melakukan olahraga lain dalam 6-8 pekan kemudian.
- Pantau berat badan
Setelah transplantasi, wajar jika bobot pasien naik karena efek obat-obatan. Namun pasien tetap harus memantau berat badannya agar tetap dalam batas sehat.
Narasumber:
dr. Andriga Dirgantomo, Sp.JP. FIHA
Dokter Spesialis Jantung & Pembuluh Darah
Referensi
https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/heart-transplant
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3904671/
https://jamanetwork.com/journals/jamanetworkopen/fullarticle/2770737
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC502295/
https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fimmu.2020.01621/full
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3197086/
https://journals.lww.com/ccnq/Abstract/2016/07000/Cardiac_Transplant_Postoperative_Management_and.4.aspx