• Ambulance
  • 150 108
  • Chatbot

Ketahui Perbedaan Henti Jantung dan Serangan Jantung

Ketahui Perbedaan Henti Jantung dan Serangan Jantung

Henti jantung berbeda dengan serangan jantung. Tapi masih banyak yang belum dapat membedakan kedua kondisi medis itu. Walau demikian, keduanya memang sama-sama berkaitan dengan sistem pemompaan darah oleh jantung dan membutuhkan pertolongan secepatnya itu. Dalam beberapa kasus, serangan jantung justru menjadi pemicu berhentinya kerja jantung.

 

buat jani dokter primaya

Mengenal Penyakit Jantung

Jantung membentuk sistem kardiovaskular kita bersama pembuluh darah. Ketika terjadi masalah pada sistem tersebut, jantung adalah yang paling merasakan dampaknya. Karena itu, penyakit jantung sering disebutkan untuk mengacu pada berbagai macam gangguan pada sistem tersebut. Bila ada penyempitan pembuluh darah dari jantung yang menuju otak, misalnya, disebut serebrovaskular. Lalu bila yang menyempit adalah pembuluh darah yang mengarah ke tungkai, namanya penyakit arteri koroner.

Adapun henti jantung dan serangan jantung masuk kelompok penyakit jantung koroner. Di antara sejumlah entitas penyakit jantung, kasus penyakit jantung koroner adalah yang paling banyak terjadi. Diperkirakan dua pertiga hingga separuh masalah kardiovaskular yang ditangani di rumah sakit jantung berkaitan dengan penyakit jantung koroner.

Penyakit jantung sendiri saat ini masih menjadi penyebab kematian nomor wahid di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Masyarakat perlu memahami lebih dalam tentang penyakit ini, terutama bagaimana mencegahnya.

 

Siapa Saja yang Berisiko Terkena Henti Jantung dan Serangan Jantung

Henti jantung dan serangan jantung memiliki faktor risiko yang serupa. Risiko yang paling besar adalah gaya hidup tidak sehat. Maka seseorang lebih berisiko mengalami kedua masalah jantung itu bila tidak mengindahkan kesehatan dalam hidup sehari-hari. Contohnya:

  • Jarang bergerak aktif atau berolahraga rutin
  • Banyak mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung kolesterol, gula, garam, sodium, dan zat lain yang membahayakan jantung
  • Punya kebiasaan merokok
  • Sering begadang
  • Terkungkung stres
  • Mengonsumsi minuman beralkohol berlebih

Faktor risiko lain yang tidak berhubungan dengan gaya hidup adalah riwayat keluarga. Jika ada anggota keluarga yang memiliki masalah jantung, seseorang lebih mungkin mengalami masalah yang sama. Usia juga bisa menjadi faktor risiko. Makin bertambah umur seseorang, makin besar risikonya mengalami masalah jantung. Orang juga bisa mengalami penyakit jantung bawaan, yakni masalah jantung yang berkembang sejak bayi dalam kandungan. Perlu pemeriksaan di rumah sakit jantung untuk mendeteksi faktor-faktor risiko ini.

 

Perbedaan Henti Jantung dan Serangan Jantung

Seperti disebutkan sebelumnya, henti jantung dan serangan jantung adalah penyakit yang berbeda meski berakar dari masalah yang sama. Perbedaan itu bisa dilihat dari definisi, gejala, masalah kesehatan yang melatari, hingga penanganan untuk pasien.

Baca Juga:  Sekilas Tentang Tamponade Jantung

1. Definisi dari Penyakitnya

Serangan jantung terjadi ketika arteri yang membawa darah ke jantung menyempit atau tersumbat. Akibatnya, jantung tak bisa mendapatkan pasokan darah dan oksigen yang cukup. Kondisi ini menyebabkan serangan jantung. Jantung akan terus bekerja memompa darah, sementara ototnya perlahan mati karena kekurangan oksigen. Makin lama arteri tak dipulihkan, makin banyak bagian jantung yang rusak dan kemudian mati.

Sedangkan henti jantung terjadi akibat masalah pada fungsi pemompaan jantung yang dipicu gangguan kelistrikan jantung. Jantung memiliki sistem kelistrikan yang menjaga fungsi pemompaan darah berjalan lancar. Jantung harus selalu memompa darah ke organ tubuh lain yang membutuhkan, termasuk otak dan paru-paru. Bila jantung berhenti memompa darah, organ-organ tersebut pun tak bisa bekerja dengan normal hingga memicu kematian seluruh sistem tubuh.

2. Gejala yang ditimbulkan

Gejala serangan jantung bervariasi, meliputi:

  • Dada terasa nyeri, sesak, dan/atau tidak nyaman
  • Napas pendek/sesak napas
  • Nyeri terasa hingga bahu, rahang, lengan, dan punggung
  • Keluar keringat dingin yang tak biasa
  • Pusing
  • Pingsan

Serangan jantung tidak selalu menimbulkan gejala yang kentara. Ada pula serangan jantung ringan yang kadang gejalanya cuma rasa nyeri tiba-tiba pada dada yang lalu hilang seketika. Namun gejala ini bisa berkembang dari hari ke hari hingga akhirnya serangan menjadi lebih berat dan berakibat fatal bila pasien tak segera mendapat tindakan medis.

Adapun gejala henti jantung sering kali tidak terasa sama sekali. Orang bisa tiba-tiba mendadak pingsan dan tak bernapas akibat jantungnya berhenti memompa darah. Mungkin saja orang itu sebelumnya mengalami serangan jantung. Henti jantung juga bisa terjadi saat pasien sedang mendapat penanganan di rumah sakit jantung.

3. Penyebab atau masalah kesehatan yang mendasari

Ada tiga penyebab atau masalah kesehatan utama yang mendasari serangan jantung, yakni tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, dan kebiasaan merokok. Penelitian di Amerika Serikat mendapat 47 persen pasien memiliki setidaknya satu dari tiga masalah tersebut. Penyebab lain yang banyak ditemukan mencakup:

  • Diabetes
  • Kelebihan berat badan dan obesitas
  • Gaya hidup tidak aktif
  • Konsumsi alkohol berlebihan
  • Tidak menerapkan pola makan gizi seimbang
Baca Juga:  Benarkah Sakit Perut Tanda Penyakit Jantung Pada Wanita?

Sementara itu, masalah yang melatarbelakangi henti jantung adalah kelainan atau gangguan sinyal elektrik ke jantung secara tiba-tiba. Masalah sistem kelistrikan jantung ini disebut aritmia, yakni ketika irama detak jantung terlalu cepat, terlalu lambat, atau tak beraturan. Jenis aritmia yang paling sering menyebabkan henti jantung adalah fibrilasi ventrikel, yaitu saat irama detak jantung tak beraturan. Serangan jantung yang terjadi berulang kali hingga memicu luka pada jaringan jantung bisa memicu masalah kelistrikan hingga menyebabkan henti jantung.

4. Tindakan penanganannya

Serangan jantung adalah masalah kesehatan darurat. Setiap menit berarti untuk keselamatan jiwa pasien. Bila seseorang mengalami gejala serangan jantung, sebaiknya langsung telepon ambulans atau bawa ke rumah sakit jantung. Sembari menunggu pertolongan datang, posisikan pasien dalam posisi rileks dan berikan aspirin. Jika ada obat nitrogliserin dari resep dokter, berikan pula. Bila pasien tak sadarkan diri, lakukan resusitasi jantung-paru (CPR) untuk memulihkan napas dan sirkulasi darah.

Di rumah sakit jantung, dokter akan memeriksa kondisi pasien dan menilai dampak serangan jantung yang terjadi. Termasuk mengecek penyebabnya. Dari pemeriksaan ini, dokter akan melakukan tindakan penanganan yang sesuai, terutama untuk mengembalikan pasokan darah ke jantung agar jantung bisa berfungsi dengan normal.

Adapun henti jantung juga tergolong darurat sehingga pasien harus selekasnya mendapat penanganan. Pertolongan pertama adalah menggunakan alat defibrilator bila tersedia. Alat ini berfungsi memulihkan detak jantung. CPR juga perlu dilakukan sambil menunggu bantuan medis datang.

 

Kapan Harus ke Dokter

Penyakit jantung tak bisa dianggap remeh. Dibanding serangan jantung, tingkat kematian pasien henti jantung lebih tinggi karena dampaknya langsung terasa ke seluruh sistem tubuh. Karena itu, sebaiknya periksakan diri ke rumah sakit jantung untuk melakukan deteksi dini. Khususnya bila merasa ada faktor risiko dalam diri sendiri. Makin dini pemeriksaan, makin besar peluang kesembuhan.

 

Narasumber:

dr. Edwin Chandra, Sp.JP

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah

Primaya Hospital Sukabumi

 

Referensi:

https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/CIRCOUTCOMES.114.000957

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6482460/

https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(21)00272-5/fulltext?rss=yes

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535419/

Bagikan ke :

Masuk ke Akun Anda dibawah ini

Isi form dibawah ini untuk melakukan pendaftaran

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.