Bahu adalah persendian yang paling sering bergerak. Pergerakan ini bukannya tanpa risiko. Risiko yang kerap terjadi antara lain dislokasi bahu. Bahu bisa mengalami dislokasi karena berbagai sebab. Penting untuk memeriksakan kondisi bahu dan mendapat penanganan yang tepat agar tidak makin parah dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Mengenal Dislokasi Bahu
Bahu adalah persendian yang terdiri atas bonggol dan rongga yang dangkal. Bonggol ini harus senantiasa berada di rongga tersebut agar bahu bisa leluasa bergerak. Dislokasi bahu terjadi ketika bonggol, yang merupakan bagian dari kepala tulang lengan atas atau humerus, keluar dari rongga yang mewadahinya.
Bahu bisa mengalami dislokasi karena adanya tarikan kuat. Kasus yang kerap terjadi adalah dislokasi ke arah depan. Namun dislokasi juga bisa mengarah ke belakang atau bawah, tergantung penyebabnya.
Ada dua macam dislokasi bahu berdasarkan posisi keluarnya bonggol, yaitu:
- Dislokasi parsial: hanya sebagian bonggol yang keluar dari rongga persendian
- Dislokasi total: seluruh bagian bonggol keluar dari rongga persendian
Dislokasi kadang terjadi secara bersamaan dengan patah tulang. Pembuluh darah dan saraf juga bisa terluka akibat dislokasi yang parah sehingga membutuhkan pertolongan medis segera.
Siapa Saja yang Berisiko?
Dislokasi bahu bisa terjadi pada siapa saja, dari anak-anak hingga orang lanjut usia. Ada beberapa faktor risiko yang meningkatkan peluang mengalami dislokasi, antara lain:
1. Bahu mengalami tekanan berulang
Ada risiko dislokasi pada bahu bila kerap mengalami tekanan, misalnya pada atlet bisbol, tenis, badminton, dan voli. Tekanan berulang dari aktivitas mengangkat benda berat, bahkan melukis di kanvas, juga berpotensi menyebabkan bahu bergeser.
2. Kejadian traumatis
Kejadian traumatis di sini mengacu pada peristiwa yang membuat bahu terbentur atau tertabrak. Misalnya ikut dalam olahraga kontak fisik seperti sepak bola atau gulat, terjatuh, dan kecelakaan di jalan.
3. Genetik
Beberapa orang memiliki ligamen bawaan yang longgar di seluruh tubuh, termasuk bahu. Ligamen bahu yang longgar membuat bonggol sulit dipertahankan berada di rongga persendian sehingga lebih mudah mengalami dislokasi.
Gejala
Gejala umum dislokasi bahu mencakup:
- Nyeri hebat di bahu dan lengan atas
- Rasa nyeri makin terasa saat bahu digerakkan
- Muncul benjolan di bagian depan atau belakang bahu yang merupakan bonggol persendian
- Mati rasa atau kesemutan di area leher dan bawah lengan
- Kejang otot yang sangat menyakitkan
- Bengkak atau memar
Penyebab
Dislokasi bahu terjadi ketika lengan dipaksa keluar dan menjauh dari tubuh, seperti saat mengayun lengan atau lengan tertubruk hingga bergerak secara paksa karena tubrukan itu. Bila ligamen dan tulang rusak, bisa terjadi dislokasi berulang.
Dislokasi berupa bonggol yang keluar ke depan bahu disebut dislokasi anterior. Sedangkan bila bonggol keluar ke belakang disebut dislokasi posterior. Jenis dislokasi lain adalah ketika salah satu ligamen yang terkoneksi dengan bonggol meregang atau robek. Selain itu, masalah pada manset rotator atau tulang bahu bisa menyebabkan dislokasi.
Diagnosis
Dislokasi bahu kadang menyerupai kondisi lain, seperti tulang patah. ย Dokter akan melakukan diagnosis dengan memeriksa bahu yang dikeluhkan dulu. Dalam pemeriksaan ini, dokter menjalankan tes untuk melihat kondisi bahu itu, misalnya dengan menggerakkan dan menyentuh bahu.
Dokter juga mungkin meminta pasien menjalani tes lanjutan untuk memastikan diagnosis, seperti:
- Sinar-X untuk melihat gambar organ, tulang, dan jaringan internal
- Pencitraan resonansi magnetik (MRI) untuk melihat detail struktur dalam tubuh
- Elektromiografi untuk mengecek sinyal kelistrikan pada otot
Pengobatan
Pengobatan untuk dislokasi bahu yang utama bertujuan mengembalikan posisi bonggol ke rongga persendian. Prosedur ini disebut reduksi tertutup. Rasa sakit akan berkurang dan hilang setelah bonggol ditempatkan kembali ke rongga. Setelah bonggol dikembalikan ke tempatnya, lengan harus dimasukkan ke gondongan selama kira-kira satu hari atau sampai pasien sudah merasa nyaman.
Namun bila bonggol tak dapat dipulihkan ke rongga, pasien mungkin perlu menjalani prosedur operasi. Operasi umumnya dibutuhkan bila terjadi banyak kerusakan pada area bahu. Operasi bertujuan mencegah dislokasi bahu terjadi lagi. Seringnya dilakukan prosedur artroskopi atau bedah invasif minimal dengan sayatan kecil untuk memperbaiki bagian bahu yang rusak. Tapi tak tertutup kemungkinan diperlukan operasi terbuka agar mendapat hasil lebih baik.
Pencegahan
Untuk mencegah bahu mengalami dislokasi, lakukan beberapa langkah berikut ini:
- Lakukan latihan untuk menguatkan otot di sekitar bahu
- Gunakan alat pengaman yang memadai saat berolahraga kontak fisik
- Hati-hati agar tidak terjatuh
Kapan Harus ke Dokter?
Meski secara teori dislokasi bahu bisa diatasi dengan mengembalikan bonggol ke rongga, sebaiknya tidak melakukan hal itu sendiri. Demi keamanan pasien, sebaiknya temui dokter ortopedi bila merasa ada yang salah dengan bahu. Dokterlah yang akan melakukan prosedur medis itu secara lebih aman.
Jika merasa bahu sangat sakit, apalagi ada kelainan bentuk dan gerakan jadi terbatas, jangan tunda untuk mendatangi dokter. Pertolongan medis secepatnya sangat diperlukan untuk menekan risiko kerusakan permanen pada persendian bahu. Kerusakan juga bisa merembet ke pembuluh darah dan ligamen jika tak ditangani segera.
Ditinjau oleh:
dr.ย Dipaย Yunta Firmanda, Sp.OT
Dokterย Spesialis Bedah Ortopedi dan Traumatologi
Referensi:
Shoulder Dislocations Overview. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459125/. Diakses 9 November 2021
Dislocated shoulder. https://www.nhs.uk/conditions/dislocated-shoulder/. Diakses 9 November 2021
Dislocated Shoulder. https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases–conditions/dislocated-shoulder/. Diakses 9 November 2021
Dislocated Shoulder. https://medlineplus.gov/dislocatedshoulder.html. Diakses 9 November 2021
Treatment after traumatic shoulder dislocation: a systematic review with a network meta-analysis. https://bjsm.bmj.com/content/52/23/1498. Diakses 9 November 2021
Patients with non-operated traumatic primary or recurrent anterior shoulder dislocation have equally poor self-reported and measured shoulder function: a cross-sectional study. https://bmcmusculoskeletdisord.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12891-019-2444-0. Diakses 9 November 2021