Ada banyak jenis dan sumber racun di sekitar kita. Bakteri adalah salah satu penyebab keracunan yang umum. Tapi ada satu jenis keracunan oleh bakteri yang tergolong jarang terjadi, yakni botulisme. Walau langka, jenis keracunan ini bisa berakibat fatal jika tak secepatnya mendapat penanganan yang memadai.
Mengenal Botulisme
Botulisme adalah penyakit langka yang disebabkan oleh racun dari bakteri anaerobik yang dapat membentuk spora, yakni Clostridium botulinum. Sebagai bakteri anaerobik, ia tak memerlukan oksigen untuk hidup. Orang yang terkena racun bakteri ini bisa mengalami kelumpuhan dan meninggal.
Terdapat tiga jenis botulisme yang utama, yakni ditularkan melalui makanan (foodborne), luka (wound), dan usus (intestinal). Seseorang terkena botulisme foodborne botulism jika memakan makanan yang mengandung racun botulinum. Botulisme luka terjadi ketika bakteri Clostridium botulinum berkembang di area luka dan memproduksi racun. Adapun botulisme usus terjadi jika seseorang memakan spora dari bakteri tersebut. Spora akan berlipat ganda di usus dan kemudian melepaskan racun.
Jenis keempat, yakni botulisme inhalasi (inhalation), sangat jarang terjadi. Keracunan ini disebabkan oleh racun botulinum yang terhirup dari udara. Misalnya ketika terjadi kecelakaan laboratorium atau memang racun ini sengaja dilepaskan ke udara.
Botulisme usus adalah jenis yang paling umum. Bayi dan anak-anak berusia muda paling rentan mengalaminya. Spora botulinum yang tertelan kerap berasal dari madu, debu, atau tanah yang terkontaminasi. Botulisme usus yang terjadi pada anak berusia di bawah 12 bulan disebut botulisme bayi (infant).
Ada tujuh jenis racun botulinum yang utama, yaitu A, B, C1, D, E, F, and G. Racun tipe A, B, E, dan F bisa menyebabkan penyakit pada manusia. Adapun tipe C1, D, dan G bisa menyebabkan keracunan pada hewan. Botulisme akibat racun botulinum tipe A dan B yang paling sering terjadi. Dua tipe racun itu juga dimanfaatkan untuk membuat beberapa macam obat, antara lain untuk mengatasi masalah otot, keringat berlebih, dan migrain. Racun ini juga dipakai sebagai bahan kosmetik.
Gejala
Gejala botulisme bisa berbeda-beda tergantung kadar racun di dalam tubuh, usia, dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Gejala umum pada bayi antara lain:
- Sembelit
- Kurang berenergi
- Tubuh lemah
- Susah makan
- Sulit mengendalikan gerak kepala
- Refleks mengisap dan muntah kurang
Gejala umum pada anak dan dewasa termasuk:
- Penglihatan ganda atau berbayang
- Kelopak mata terkulai
- Bicara tidak jelas
- Kesulitan menelan atau berbicara
- Mulut kering
- Otot lemah
- Sulit bernapas
- Kelumpuhan, biasanya dari wajah lalu turun hingga ke kaki
Penyebab
Botulisme disebabkan oleh racun dari bakteri Clostridium botulinum. Racun ini menyebabkan gangguan pada saraf. Gejala biasanya muncul dalam 12-36 jam setelah racun botulinum masuk ke tubuh dan bisa berkembang dengan cepat.
Transmisi racun terjadi lewat makanan, luka, atau benda lain yang masuk ke mulut. Penyakit ini tak bisa menular dari satu orang ke orang lain. Namun jika seseorang terdiagnosis botulisme, diperlukan tindak lanjut segera untuk mengantisipasi terjadinya keracunan massal, terutama untuk jenis botulisme bawaan makanan.
Pihak berwenang perlu mengamankan makanan yang diduga menjadi sumber makanan dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap orang-orang yang mengonsumsi makanan itu sebelumnya.
Bakteri ini banyak didapati pada makanan yang tak menjalani pemrosesan dengan tuntas, seperti makanan kaleng dan makanan olahan instan seperti daging dan sosis. Spora dari bakteri ini juga bisa menyebabkan kontaminasi pada tanah, tanaman, serta usus hewan seperti unggas, ikan, dan mamalia yang lazim dikonsumsi manusia.
Cara Dokter Mendiagnosis Botulisme
Dokter perlu berhati-hati dalam mendiagnosis botulisme karena gejalanya mirip dengan penyakit lain, termasuk stroke. Umumnya diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik pasien. Pasien juga mungkin perlu menjalani tes darah dan elektromiografi (EMG) untuk mendukung diagnosis. EMG adalah prosedur diagnostik untuk menilai kondisi otot dan sel saraf yang mengendalikan otot tersebut.
Cara Mengatasi Botulisme
Dokter umumnya merawat pasien yang mengalami botulisme dengan obat antitoksin untuk mencegah efek racun meluas. Jika keracunan parah, pasien biasanya mengalami kesulitan bernapas sehingga mungkin memerlukan alat bantu pernapasan atau ventilator hingga bisa bernapas sendiri dengan normal.
Pasien umumnya perlu menjalani rawat inap selama beberapa hari bahkan hingga sebulan lebih untuk pemulihan. Sebab, kelumpuhan akibat racun ini biasanya membaik dengan perlahan. Perawatan dan obat di rumah sakit akan membantu mempercepat pemulihan.
Bagi pasien botulisme yang terjadi akibat luka, kadang dibutuhkan operasi untuk mengangkat sumber bakteri dan mungkin memerlukan antibiotik.
Komplikasi
Jika botulisme dibiarkan tanpa perawatan, bisa terjadi gagal napas dan kematian. Komplikasi lain yang penting seperti dikutip dari WikiDoc antara lain:
- Otot pernapasan lemah
- Gagal napas di kemudian hari
- Kelemahan jangka panjang
- Kesulitan menelan
- Kelelahan ekstrem
Pencegahan
Botulisme bisa dicegah dengan memastikan semua makanan dimasak hingga matang, terutama makanan olahan dan kemasan. Jika kemasan makanan menggembung atau rusak atau bau makanan sudah tak enak, segera buang.
Bagi anak terutama yang berusia 12 bulan ke bawah, jangan diberi madu karena ada potensi kandungan spora botulinum di sana. Adapun pencegahan botulisme luka bisa dilakukan dengan segera mendapat penanganan medis untuk luka yang mengalami infeksi.
Kapan Harus ke Dokter?
Botulisme perlu segera mendapat penanganan dokter. Jika timbul gejala yang mengarah ke masalah saraf akibat racun botulinum, perlu cepat-cepat datangi rumah sakit guna mencegah efek racun kian parah dan berakibat fatal pada pasien.
Reviewed by
dr. Anugrah Riansari M.Kes, SpPD
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Primaya Hospital Semarang
Referensi:
- Botulinum Toxin. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2856357/. Diakses 4 Maret 2023
- Botulism. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/botulism. Diakses 4 Maret 2023
- Clinical Guidelines for Diagnosis and Treatment of Botulism. https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/70/rr/rr7002a1.htm. Diakses 4 Maret 2023
- Foodborne Botulism: Clinical Diagnosis and Medical Treatment. https://www.mdpi.com/2072-6651/12/8/509. Diakses 4 Maret 2023
- Botulism. https://academic.oup.com/cid/article/41/8/1167/379325. Diakses 4 Maret 2023
- Botulism natural history, complications and prognosis. https://www.wikidoc.org/index.php/Botulism_natural_history,_complications_and_prognosis. Diakses 4 Maret 2023
- Injection Drug Use and Wound Botulism. https://www.cdc.gov/botulism/wound-botulism.html. Diakses 4 Maret 2023
- Botulism. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459273/. Diakses 4 Maret 2023