Peningkatan jumlah kasus pneumonia secara mendadak di Cina pada akhir 2023 menyebabkan kekhawatiran akan munculnya wabah seperti Covid-19 pada awal 2020. Terlebih beberapa negara lain seperti Inggris dan Amerika Serikat, termasuk Indonesia, juga melaporkan adanya kasus serupa. Namun, menurut laporan otoritas kesehatan setempat, kasus infeksi paru-paru mycoplasma pneumoniae ini bukan penyakit baru dan sudah ada cara untuk mengobatinya.
Mengenal Mycoplasma Pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae adalah salah satu jenis bakteri yang menyebabkan infeksi pada paru-paru hingga memicu peradangan pada kantong udara di dalam paru-paru. Infeksi mycoplasma pneumoniae mengakibatkan penyakit yang disebut mycoplasma pneumonia atau pneumonia mikoplasma.
Centers for Disease Control dan Prevention (CDC) Amerika Serikat menjelaskan bahwa bakteri mycoplasma pneumoniae umumnya menyebabkan infeksi sistem pernapasan yang ringan dan tak membutuhkan rawat inap sehingga disebut pneumonia berjalan (walking pneumonia). Namun kadang bakteri ini juga dapat memicu infeksi paru-paru yang serius sehingga pasien perlu mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Infeksi mycoplasma pneumoniae adalah salah satu penyebab pneumonia atipikal, yakni jenis pneumonia yang pemicunya berbeda dengan bakteri pneumonia konvensional. Bakteri mycoplasma ini memiliki sifat atipikal alias tak biasa dalam merespons antibiotik yang diberikan untuk mengatasi pneumonia.
Bakteri mycoplasma pneumoniae tak memiliki dinding sel yang khas. Kondisi itu membuat bakteri tersebut resistan terhadap antibiotik tertentu yang bekerja dengan mengganggu pembentukan dinding sel bakteri. Karena itu, kadang diperlukan pemeriksaan dokter untuk menentukan jenis perawatan dan antibiotik yang tepat.
Gejala
Gejala infeksi mycoplasma pneumoniae yang umum meliputi:
- Demam
- Batuk
- Sakit tenggorokan
- Sakit kepala
- Kelelahan
Adapun pada anak berusia 5 tahun ke bawah yang terkena infeksi bakteri ini, gejala yang muncul bisa berbeda dibanding pasien anak-anak yang lebih tua atau orang dewasa. Gejala itu meliputi:
- Bersin-bersin
- Hidup meler atau tersumbat
- Sakit tenggorokan
- Mata berair
- Mengi
- Diare
- Muntah
Penyebab
Infeksi mycoplasma pneumoniae bisa terjadi karena terhirupnya droplet atau percikan cairan dari bersin atau batuk orang yang terinfeksi. Kasus penularan lewat udara ini kerap terjadi di tempat yang ramai orang, seperti sekolah dan tempat penitipan anak.
Selain itu, mycoplasma pneumoniae kerap menyebar lewat kontak langsung serta sentuhan pada benda yang telah terkontaminasi oleh cairan tubuh atau sekresi pernapasan pasien. Masa inkubasi bakteri ini di dalam tubuh adalah 2-3 minggu dan ada kecenderungan peningkatan jumlah kasus pada awal musim dingin.
Cara Dokter Mendiagnosis Mycoplasma Pneumoniae
Ketika mengalami gejala yang berkaitan dengan gangguan sistem pernapasan, penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Khususnya bila gejala itu bertahan selama berhari-hari atau lebih lama meski sudah diberi obat. Dokter akan menentukan diagnosis dengan beberapa cara berikut ini:
- Wawancara medis guna mendapatkan informasi lengkap tentang gejala pasien serta riwayat kesehatan dan faktor lain
- Pemeriksaan fisik untuk mengecek gejala klinis yang berkaitan dengan infeksi mycoplasma pneumoniae, seperti suara pernapasan dan batuk
- Tes darah untuk mengukur penanda infeksi yang bisa menunjukkan ada tidaknya dan derajat keparahan infeksi yang terjadiPemeriksaan sampel dahak untuk mencari tanda-tanda infeksi
- Pemeriksaan serologi untuk mendeteksi antibodi spesifik mycoplasma pneumoniae
- Tes pencitraan dengan sinar-X atau CT scan untuk melihat kondisi paru-paru
Cara Mengatasi Mycoplasma Pneumoniae
Pengobatan utama untuk mengatasi infeksi mycoplasma pneumoniae adalah pemberian antibiotik. Meski begitu, sebagian besar orang yang terkena infeksi bakteri ini dapat sembuh tanpa antibiotik. Adapun antibiotik yang umumnya diresepkan antara lain:
- Azitromisin
- Klaritromisin
- Doksisiklin
Di samping pemberian antibiotik, pasien harus banyak beristirahat dan minum air putih untuk membantu tubuh melawan infeksi bakteri dan mendukung pemulihan. Sedangkan untuk meredakan gejala seperti sakit kepala dan demam, obat seperti parasetamol atau ibuprofen bisa digunakan.
Komplikasi
Secara umum, infeksi mycoplasma pneumoniae bersifat ringan dan kondisi pasien dapat membaik seiring dengan waktu. Namun tetap ada kemungkinan munculnya komplikasi yang membuat pasien harus menjalani rawat inap di rumah sakit, seperti:
- Pneumonia parah
- Serangan asma
- Pembengkakan otak
- Kekurangan sel darah merah
- Masalah ginjal
- Gangguan kulit, seperti sindrom Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik
Pada anak-anak, komplikasi infeksi mycoplasma pneumoniae bisa memicu infeksi telinga dengan gejala seperti gangguan pendengaran, keluarnya cairan dari telinga, serta nyeri telinga.
Pencegahan
Infeksi mycoplasma pneumoniae bisa terjadi pada siapa pun terlepas dari usianya. Seseorang juga bisa terkena infeksi bakteri ini lebih dari sekali. Hingga saat ini belum ada vaksin spesifik yang bisa digunakan sebagai langkah pencegahan karena pemicunya berbeda dengan bakteri penyebab pneumonia pada umumnya
. Upaya pencegahan bisa dilakukan dengan cara-cara berikut ini:
- Mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air mengalir selama setidaknya 20 detik, terutama sesudah batuk atau bersih, selepas dari toilet, atau sebelum menyentuh muka. Sebagai alternatif sabun dan air, hand sanitizer bisa digunakan.
- Menutup hidung dan mulut dengan tisu ketika batuk atau bersin atau menggunakan bagian dalam lengan bila tak ada tisu
- Segera membuang tisu yang baru saja dipakai ke tempat sampah
- Jika tak ada tisu, gunakan lengan bagian dalam untuk menutup hidung dan mulut
- Menjaga kekebalan tubuh dengan mempraktikkan pola hidup sehat, termasuk rajin berolahraga, tidur cukup, dan makan makanan sehat
- Menjaga jarak dengan orang yang sedang sakit, terutama dengan gejala infeksi saluran pernapasan seperti batuk dan bersin
Kapan Harus ke Dokter?
Meski biasanya infeksi mycoplasma pneumoniae tak membahayakan dan dapat sembuh tanpa rawat inap, pasien tetap harus waspada dan tahu kapan saatnya harus pergi ke dokter. Jika gejala infeksi saluran pernapasan tak kunjung reda atau malah memburuk setelah menjalani pengobatan beberapa hari di rumah, segera hubungi dokter. Misalnya:
- Kesulitan bernapas
- Napas cepat
- Sesak napas
- Nyeri dada seperti ditekan
- Demam tinggi
- Bibir atau jari membiru yang berarti kekurangan oksigen
- Kelelahan ekstrem
Penting untuk mencari perawatan medis secepatnya bila ada kekhawatiran gejala infeksi mycoplasma pneumoniae yang memburuk. Pneumonia bisa berkembang dengan cepat dan membutuhkan penanganan medis selekasnya guna mencegah komplikasi yang lebih serius.
Narasumber:ย
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Primaya Evasari Hospital
Referensi:
- Mycoplasma pneumoniae Infections. https://www.cdc.gov/pneumonia/atypical/mycoplasma/index.html. Diakses 5 Desember 2023
- Mycoplasma Pneumonia. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430780/. Diakses 5 Desember 2023
- Mycoplasma pneumonia: Clinical features and management. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2893430/. Diakses 5 Desember 2023
- Mycoplasma Infection (walking pneumonia, atypical pneumonia). https://www.health.ny.gov/diseases/communicable/mycoplasma/fact_sheet.htm. Diakses 5 Desember 2023
- Mycoplasma pneumoniae: A significant but underrated pathogen in paediatric community-acquired lower respiratory tract infections. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5967212/. Diakses 5 Desember 2023
- Mycoplasma Infections. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/mycoplasma-infections. Diakses 5 Desember 2023
- Pneumonia Symptoms and Diagnosis. https://www.lung.org/lung-health-diseases/lung-disease-lookup/pneumonia/symptoms-and-diagnosis. Diakses 5 Desember 2023
- Mycoplasma pneumoniae from the Respiratory Tract and Beyond. https://journals.asm.org/doi/10.1128/cmr.00114-16. Diakses 5 Desember 2023