Bagi sebagian orang, kacang adalah makanan yang lezat dan enak dinikmati sebagai camilan. Namun, bagi sebagian lain, kacang adalah makanan terlarang. Sebab, mereka akan merasa gatal-gatal ketika makan kacang lantaran memiliki alergi kacang. Jika memakan kacang, mereka harus menerima konsekuensi yang tak hanya mengganggu aktivitas, tapi juga berpotensi mengancam jiwa.
Mengenal Alergi Kacang
Alergi kacang adalah salah satu jenis alergi yang reaksinya muncul karena mengonsumsi atau terpapar kacang atau makanan atau minuman yang mengandung kacang. Reaksi alergi itu muncul karena sistem kekebalan tubuh yang bereaksi berlebihan terhadap protein dalam kacang, khususnya kacang tanah.
Menurut penjelasan di Canadian Medical Association Journal, alergi kacang adalah salah satu jenis alergi makanan yang paling sering menimbulkan reaksi alergi parah. Alergi ini cenderung muncul pada usia dini dan bertahan hingga usia dewasa.
Kacang tanah tumbuh di dalam tanah dan tergolong sebagai leguminosa. Namun kebanyakan individu yang mengalami alergi kacang bisa menoleransi jenis leguminosa lain seperti kacang polong, kacang kedelai, lentil, dan buncis. Mayoritas pengidap alergi kacang juga masih bisa makan kacang pohon seperti almon, hazelnut, pecan, dan kenari.
Reaksi alergi terhadap kacang umumnya muncul karena respons antibodi immunoglobulin E yang bisa menyebabkan berbagai gejala dari yang ringan hingga anafilaksis yang berat. Karena banyaknya produk yang mengandung kacang, produsen makanan dan minuman diminta mencantumkan keterangan kandungan tersebut untuk mencegah orang yang memiliki alergi kacang mengonsumsinya.
Gejala
Gejala alergi kacang bisa berbeda-beda antara satu individu dan individu lain. Ada yang cuma merasakan ketidaknyamanan pada tubuhnya. Ada pula yang mengalami reaksi parah. Gejala biasanya bermula dari rasa gatal di area mulut dan hulu kerongkongan. Lalu muncul ruam kemerahan yang terasa gatal. Gejala lain seperti pembengkakan area tubuh tertentu, konjungtivitis, dan serangan asma juga bisa terjadi.
Gejala yang umum meliputi:
- Mulut dan langit-langit mulut terasa gatal
- Bentol-bentol atau ruam kemerahan di kulit
- Bersin-bersin
- Hidung meler
- Sulit bernapas
- Asma
- Mual dan muntah
- Diare
- Sakit perut
Penyebab
Sesuai dengan namanya, alergi kacang terjadi karena alergen berupa kacang. Sistem kekebalan tubuh keliru mengidentifikasi protein dalam kacang sebagai benda berbahaya sehingga menyerangnya. Perlawanan sistem imun ini yang menimbulkan gejala atau reaksi alergi.
Adapun paparan kacang bisa terjadi setidaknya dalam tiga cara, yakni:
- Kontak langsung: mengonsumsi kacang atau sentuhan langsung dengan kacang
- Kontak silang: kontak terhadap produk yang terpapar kacang, misalnya dalam proses pembuatannya
- Inhalasi: reaksi alergi terjadi ketika ada debu atau aerosol yang mengandung kacang yang terhirup, misalnya tepung kacang atau minyak kacang
Orang yang keluarganya memiliki riwayat alergi kacang atau jenis alergi lain lebih berisiko mengalami kondisi ini.
Cara Dokter Mendiagnosis Alergi Kacang
Diagnosis alergi kacang dapat ditegakkan dengan cara sederhana menggunakan tes reaksi pada kulit. Caranya, dokter mengoleskan, meneteskan, atau menusukkan jarum dengan alergen ke kulit lengan pasien. Dokter lantas akan melihat reaksi yang muncul dari kulit yang ditetesi alergen ataupun bagian tubuh lain.
Sebagai tambahan, pasien mungkin diminta menjalani tes darah untuk mengidentifikasi secara spesifik keberadaan dan jumlah immunoglobulin E yang melawan alergi tersebut. Kadang dokter juga perlu melakukan tes provokasi, yakni mengobservasi reaksi yang muncul setelah pasien memakan kacang. Tes ini dilakukan di bawah prosedur dan kendali medis yang ketat untuk memastikan keamanan pasien.
Cara Mengatasi Alergi Kacang
Cara yang utama dan paling efektif untuk mengatasi alergi kacang adalah menghindari kontak dengan kacang. Ada banyak makanan dan minuman yang mengandung kacang baik sebagai bahan utama maupun tambahan. Individu yang memiliki alergi kacang mesti senantiasa membaca label produk sebelum membeli atau mengonsumsinya.
Cara lain yang mungkin dilakukan adalah desensitisasi dengan memberikan makanan yang mengandung kacang kepada orang yang memiliki alergi kacang atau berisiko mengalami reaksi alergi kacang. Dosis kacang dalam makanan itu akan ditingkatkan seiring dengan waktu. Terapi ini seolah-olah memberikan edukasi atau informasi ke sistem imun bahwa kandungan kacang yang masuk ke tubuh tidaklah berbahaya.
Dengan begitu, tubuh menjadi terbiasa dan bisa mengurangi risiko reaksi alergi yang parah, termasuk anafilaksis. Dalam terapi, tim dokter dan perawat akan memantau kondisi pasien secara ketat dan berkelanjutan untuk menghindari gejala berat yang muncul dari reaksi alergi.
Guna berjaga-jaga terhadap reaksi alergi yang parah, pasien biasanya dibekali suntikan epinefrin yang berfungsi meredakan gejala alergi yang parah, termasuk mencegah komplikasinya.
Komplikasi
Seperti jenis alergi lain, komplikasi alergi kacang yang utama adalah anafilaksis. Ketika terjadi anafilaksis, sistem imun akan melepaskan zat kimia dalam jumlah banyak dan mendadak sehingga seluruh tubuh mengalami syok. Akibatnya, individu yang mengalaminya akan kesulitan bernapas lantaran tekanan darah anjlok dan saluran udara menyempit sehingga bisa menyebabkan kematian.
Gejala yang terkait dengan anafilaksis antara lain:
- Kulit menjadi pucat
- Lidah dan tenggorokan membengkak
- Denyut jantung lemah
- Mual dan muntah
- Pusing
- Kehilangan kesadaran
Pencegahan
Dalam sebuah studi pada 2015, pemberian produk kacang ke bayi bisa membantu mencegah alergi kacang. Yang perlu ditekankan di sini adalah bukan kacang yang diberikan kepada bayi, melainkan produk kacang. Jadi bayi bukan diberi kacang tanah bulat-bulat, melainkan produk seperti selai kacang. Itu pun hanya sedikit, misalnya seujung sendok teh. Pemberian produk kacang ini pun sebaiknya dilakukan di bawah pemantauan medis sehingga bila terjadi reaksi alergi bisa segera ditangani.
Kapan Harus ke Dokter?
Bila mengalami gejala reaksi alergi setelah terpapar atau mengonsumsi kacang, sebaiknya jadwalkan kunjungan ke dokter untuk memperoleh diagnosis. Sedangkan jika muncul gejala berat seperti sesak napas, tekanan darah turun, atau pusing, segeralah mendatangi instalasi gawat darurat di rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis.
Reviewed by
dr. Febrinavega Wandy
Dokter Umum
Referensi:
- Peanut allergy: an overview. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC154188/. Diakses 5 Januari 2022
- Peanut Allergy. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538526/. Diakses 5 Januari 2022
- Peanut Allergy: Early Exposure Is Key to Prevention. https://directorsblog.nih.gov/2017/01/10/peanut-allergy-early-exposure-is-key-to-prevention/. Diakses 5 Januari 2022
- New guidelines for preventing peanut allergy in babies. https://www.health.harvard.edu/blog/new-guidelines-preventing-peanut-allergy-babies-2017011711049. Diakses 5 Januari 2022
- Randomized Trial of Peanut Consumption in Infants at Risk for Peanut Allergy. https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa1414850#t=article. Diakses 5 Januari 2022
- Peanut Allergy, Causes, Symptoms & Treatment. https://acaai.org/allergies/allergic-conditions/food/peanut/. Diakses 5 Januari 2022
- Everything You Need to Know About Peanut Allergy. https://www.aaaai.org/tools-for-the-public/conditions-library/allergies/peanut-allergy. Diakses 5 Januari 2022