• Contact Center
  • 1500 007
  • Chatbot

Anosmia: Hidung Tidak Bisa Mencium Bau

Pandemi Covid-19 mengajarkan banyak hal tentang pentingnya menjaga kesehatan. Selain itu, masyarakat jadi mengenal sederet istilah medis yang sebelumnya asing di telinga, seperti anosmia. Anosmia disebut-sebut sebagai salah satu gejala Covid-19 pada awal kemunculannya. Namun kondisi ketika hidung tidak bisa mencium bau ini tidak semata-mata disebabkan oleh Covid-19. Bahkan ada orang yang terlahir dengan kondisi tak dapat mencium bau.

 

buat jani dokter primaya

Mengenal Anosmia

Ketika Anda biasanya bisa menghirup aroma kuat minuman kopi atau nasi goreng buat sarapan di pagi hari lalu tiba-tiba hidung tidak bisa mencium bau apa pun, bisa jadi Anda mengalami anosmia. Anosmia adalah kondisi ketika kemampuan penciuman hidung hilang secara tiba-tiba ataupun bertahap. Kondisi ini tidak hanya bisa mempengaruhi kemampuan mencium bau sekitar, tapi juga lingkup kehidupan yang lebih luas, termasuk menurunkan kualitas hidup.

Orang bisa kehilangan daya penciumannya secara total, bisa juga sebagian. Artinya, orang tersebut masih dapat mencium aroma, tapi tidak sekuat biasanya. Kondisi ini disebut hiposmia alias kehilangan sebagian kemampuan penciuman.

Anosmia juga sering muncul berbarengan dengan ageusia atau kehilangan kemampuan mengecap rasa. Sementara anosmia adalah hidung tidak bisa mencium bau, ageusia ditandai dengan hilangnya kemampuan lidah untuk merasakan makanan. Orang yang mengalami ageusia juga mungkin ada perubahan rasa makanan, misalnya terasa seperti logam.

Hilangnya kemampuan hidung dalam mencium bau bisa terjadi secara temporer karena merupakan gejala penyakit tertentu, seperti flu atau Covid-19. Anosmia juga bisa menjadi tanda adanya kondisi kronis yang mempengaruhi kemampuan otak dalam memproses bau.

Meski jarang, ada juga anosmia yang terjadi karena penyakit bawaan. Kondisi ini disebabkan oleh penyakit genetik keturunan atau perkembangan sistem sensor penciuman yang abnormal saat bayi dalam kandungan.

 

Gejala Anosmia

Gejala anosmia yang paling kentara adalah ketidakmampuan mencium bau. Derajat ketidakmampuan ini berlainan antara satu orang dan orang lain. Ada yang benar-benar kehilangan daya penciuman, tapi ada juga yang masih bisa mencium aroma yang sebelumnya familier tapi samar-samar. Selain itu, beberapa orang merasa bau yang dicium berbeda dengan biasanya. Tidak jarang orang yang awalnya masih bisa mencium bau lalu hidung tidak bisa mencium bau sama sekali seiring dengan berkembangnya penyakit yang melatari kondisi tersebut.

Baca Juga:  Konjungtivitis Tidak Sembuh-Sembuh? Yuk Ketahui Jenis dan Pengobatannya!

 

Penyebab

Ada beragam penyebab anosmia. Usia lanjut adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh. Berkurangnya kemampuan mencium bau dan merasakan makanan cukup lazim terjadi di kalangan lansia akibat menurunnya sensitivitas indra pencium dan perasa seiring dengan bertambahnya usia.

Penyebab lain berkaitan dengan penyakit atau masalah kesehatan, seperti:

  • Hidung tersumbat karena infeksi kuman, alergi, infeksi saluran pernapasan atas, atau obstruksi saluran hidung
  • Covid-19, kadang dibarengi batuk, demam, nyeri otot, dan sesak napas
  • Efek samping terapi radiasi
  • Diabetes
  • Multiple sclerosis yang mempengaruhi sistem saraf pusat
  • Penyakit degeneratif seperti Alzheimer, Parkinson, dan Huntington
  • Kekurangan zat besi
  • Cedera kepala yang mempengaruhi otak

Selain itu, penggunaan obat-obatan tertentu dapat menyebabkan efek samping berupa anosmia. Misalnya antibiotik, antihistamin, dan obat penurun tekanan darah.

 

Cara Mendiagnosis Anosmia

Dokter bisa mendiagnosis anosmia dengan mengecek kemampuan penciuman pasien secara langsung. Misalnya menaruh benda yang memiliki aroma kuat seperti kopi di bawah hidung, lalu pasien diminta mengidentifikasi bau yang dirasakan. Tes informal ini dibarengi dengan pemeriksaan riwayat kesehatan pasien dan gejala lain yang mengikuti.

Guna menegakkan diagnosis dan menemukan penyebabnya, dokter akan menjalankan prosedur pemeriksaan dengan alat endoskop yang dimasukkan ke hidung dan meminta pasien mengidentifikasi bermacam bau. Selain itu, dokter mungkin meminta pasien menjalani tes pemindaian tomografi terkomputasi (CT scan), resonansi pencitraan magnetik (MRI), atau tes darah.

 

Pengobatan dan Penanganan Anosmia

Pendekatan utama dalam mengobati anosmia adalah dengan menangani penyebabnya dulu. Tidak ada obat langsung untuk mengatasi anosmia. Dalam banyak kasus, penanganan kondisi yang menyebabkan hidung tidak bisa mencium bau dapat memulihkan kemampuan penciuman pasien baik sebagian maupun seluruhnya.

Misalnya anosmia terjadi karena infeksi virus yang memicu demam dan hidung tersumbat. Maka dokter akan berfokus pada pengobatan infeksi itu sesuai dengan hasil pemeriksaan. Ketika infeksi teratasi, pasien pun dapat menggunakan kembali hidungnya untuk mencium bau secara normal.

Biasanya anosmia yang terkait dengan demam, flu, dan infeksi kuman dapat sembuh sendiri dalam beberapa hari. Dokter mungkin hanya memberikan obat-obatan untuk meredakan demam atau sumbatan pada hidung. Pasien juga akan disarankan rutin mencium bau benda yang sudah familier untuk mengembalikan sensitivitas indra penciuman.

Baca Juga:  Tuberkulosis (TBC)

 

Komplikasi Anosmia

Anosmia tidak hanya menyebabkan hidung tidak bisa mencium bau. Ada risiko komplikasi yang menyertai dan mengganggu kehidupan sehari-hari, seperti:

  • Kehilangan selera makan sehingga mengalami masalah nutrisi
  • Keracunan makanan atau minuman yang basi karena baunya tak tercium saat dimakan/diminum
  • Jika terjadi kebakaran, risiko menjadi korban lebih tinggi lantaran tak mencium bau asap
  • Penurunan gairah seksual akibat tak bisa mencium aroma feromon pasangan
  • Bermasalah secara sosial karena tak mampu mencium bau badan
  • Tak mampu mendeteksi bau gas yang bocor atau hal lain yang membahayakan di rumah
  • Gangguan suasana hati, termasuk depresi

 

Pencegahan

Untuk mencegah anosmia, hal utama yang harus dilakukan adalah menjaga kesehatan tubuh agar tidak terserang penyakit yang dapat menyebabkan hidung tidak bisa mencium bau. Selain itu, hindari zat kimia, obat-obatan tertentu, dan asap rokok yang bisa mempengaruhi sensitivitas hidung dalam mencium bau. Anosmia juga bisa terjadi karena cedera pada kepala. Karena itu, pastikan berhati-hati saat beraktivitas dan gunakan pelindung kepala jika melakukan kegiatan yang menimbulkan risiko terhadap kepala.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Bila Anda merasa hidung tidak bisa mencium bau baik sebagian maupun seluruhnya secara tiba-tiba tanpa penyebab jelas, jangan tunda untuk mendatangi dokter. Dalam banyak kasus, anosmia bisa reda sendiri tanpa perlu pengobatan. Tapi, demi mencegah komplikasi, sebaiknya berkonsultasilah ke dokter agar dokter dapat mengidentifikasi pemicu anosmia itu dan memberikan penanganan yang tepat, termasuk merujuk pasien ke dokter spesialis telinga-hidung-tenggorokan.

 

Reviewed by

dr. Sitiayu Anisa Gultom

Dokter Umum

Primaya Hospital Sukabumi

Referensi:

  • How COVID-19 Causes Loss of Smell. https://hms.harvard.edu/news/how-covid-19-causes-loss-smell. Diakses 30 Juli 2022
  • Congenital anosmia. https://rarediseases.info.nih.gov/diseases/9486/congenital-anosmia. Diakses 30 Juli 2022
  • Anosmia – Loss of Smell. https://www.nyogmd.com/sinus-center/anosmia-loss-of-smell/. Diakses 30 Juli 2022
  • Smell and Taste Disorders in Primary Care. https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2013/1215/p852.html. Diakses 30 Juli 2022
  • Anosmia (loss of smell). https://www.healthdirect.gov.au/anosmia-loss-of-smell. Diakses 30 Juli 2022
  • Anosmia—A Clinical Review. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5863566/. Diakses 30 Juli 2022
Share to :

Buat Janji Dokter

Promo

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Select an available coupon below