Mendengar kata kudis, banyak orang pasti langsung mengaitkannya dengan gaya hidup tidak higienis. Tapi kemunculan kudis lebih dari sekadar masalah sanitasi yang buruk atau kebiasaan jorok buang sampah sembarangan di lingkungan rumah. Memahami penyebab kudis akan membantu Anda mencegah terkena infeksi kulit yang mengganggu ini.
Mengenal Kudis
Kudis adalah penyakit kulit yang terjadi akibat infeksi tungau. Tungau tergolong kelompok serangga berkaki delapan dengan dua segmen tubuh atau araknida yang berukuran sangat kecil. Tungau kudis dapat menggali ke dalam lapisan kulit dan bertelur di sana.
Kudis juga disebut scabies. Selain pada manusia, infeksi tungau ini didapat pada hewan ternak seperti sapi dan domba. Penyakit ini bisa menyebar melalui kontak langsung antarkulit dalam waktu lama dari orang yang sudah terinfeksi. Penularan tidak langsung dari pakaian dalam, handuk atau seprai bisa terjadi bila telah terkontaminasi oleh orang yang sebelumnya terinfeksi. Kudis juga bisa menular lewat kontak seksual.
Kudis adalah salah satu penyakit yang ada di seluruh dunia dan bisa menyerang orang dari berbagai kalangan. Di tempat yang padat orang di mana kerap terjadi kontak kulit dan tubuh, penyakit ini bisa sangat cepat menyebar. Fasilitas penitipan anak adalah salah satu lokasi yang rentan menjadi tempat penyebaran kudis.
Pada orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh atau daya tahan tubuh lemah, termasuk lansia, bisa muncul kudis berkrusta yang juga kerap disebut kudis Norwegia. Kulit orang yang terkena kudis berkrusta akan menjadi tebal dan memiliki kerak yang di dalamnya terdapat banyak tungau dan telurnya. Kudis berkrusta jauh lebih mudah menular daripada kudis biasa. Orang yang terkena penyakit ini mesti segera mendapat perawatan medis untuk mencegah terjadinya wabah kudis.
Gejala
Gejala kudis umumnya muncul dalam 4-6 minggu setelah terinfeksi tungau bila sebelumnya belum pernah terpapar infeksi kudis. Adapun bila sudah pernah terpapar sebelumnya, gejala bisa muncul dalam 1-4 hari. Gejala kudis antara lain:
- Gatal-gatal parah, terutama pada malam hari
- Ruam merah, seringnya muncul di sela-sela jari tangan dan kaki, bawah pergelangan tangan, bokong, dan ketiak.
- Luka pada kulit akibat garukan
- Garis liang atau terowongan (kanalikuli) pada kulit yang tampak seperti bekas pensil
- Pada bayi, ruam bisa muncul di sekujur tubuh, terutama kepala, wajah, dan leher
- Menyerang lebih dari satu orang, bahkan bisa mengenai sekelompok orang secara bersamaan
Karena kudis punya periode inkubasi yang lama, orang-orang biasanya tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi hingga muncul gejala pada kulit. Terkadang gejala kudis mirip dengan penyakit kulit lain, sehingga diagnosis nya sering terlewatkan. Untuk mengkonfirmasi diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan sampel kulit untuk menemukan tungau dewasa atau telur tungau.
Penyebab
Kudis disebabkan oleh tungau kudis manusia (Sarcoptes scabiei var hominis). Dengan ukuran mikroskopis, tungau penyebab kudis ini bisa masuk ke dalam kulit tanpa disadari orang. Saat sudah masuk ke kulit, serangga ini akan menetap dan bertelur di sana. Telur tungau akan menetas dalam 21 hari. Gatal-gatal yang terasa pada kulit adalah respons alergi terhadap keberadaan tungau ini.
Seseorang lebih berisiko terkena kudis bila:
- Tinggal di tempat dengan kondisi terlalu padat
- Tidur bersama orang yang terkena kudis
- Berbagi pakaian
- Berbagi handuk
- Praktik higiene yang buruk
- Malnutrisi
- Mendatangi tempat yang rentan wabah kudis
Cara Dokter Mendiagnosis Kudis
Dokter biasanya membuat diagnosis infeksi kudis berdasarkan gejala dan gambaran lesi kulit pasien. Dokter akan memeriksa gejala yang muncul seperti ruam dan liang tungau. Untuk memastikan pasien terkena kudis, dokter mungkin akan mengambil sampel kulit dengan cara dikorek untuk diperiksa.
Prosedur pengorekan kulit ini tidak menimbulkan rasa sakit atau tidak nyaman. Dokter akan menaruh sampel kulit dalam wadah seperti gelas pendek lalu melihatnya dengan menggunakan mikroskop. Bila dokter melihat ada tungau atau telur tungau, bisa dipastikan ada infeksi kudis.
Cara Mengatasi Kudis
Cara utama untuk mengatasi kudis adalah penggunaan salep atau krim oles beserta penerapan gaya hidup sehat dan bersih. Selain menjaga hidup higienis, pasien mesti memperhatikan kebersihan lingkungan sekitarnya.
Saat ada orang yang terinfeksi kudis di rumah, pastikan mencuci pakaian, handuk, seprai, dan semua kain yang ia kenakan dengan air panas. Bersihkan juga kamar tidur serta kasur dan furnitur lain yang terbuat dari kain. Untuk meredakan rasa gatal, gunakan losion kalamin dan mandi berendam dengan air dingin. Selain itu, tidak kalah penting adalah obati orang-orang terdekat yang dicurigai terkena penyakit kudis. Semua hal ini bertujuan untuk menyembuhkan dan memutus rantai penularan penyakit. Bila gatal terasa sangat hebat, pasien mungkin memerlukan obat oral antihistamin dari dokter.
Adapun salep atau krim oles yang bisa menjadi obat kudis antara lain:
- Permethrin 5%
- Benzyl benzoate
- Crotamiton
- Sulfur dalam petrolatum
Bagi pasien dengan gejala berat, dokter mungkin akan meresepkan obat ivermectin. Perawatan biasanya berlangsung selama 1 pekan atau lebih, dan diulang bila kudis belum hilang.
Komplikasi Kudis
Komplikasi kudis yang mungkin terjadi antara lain:
- Gatal yang terus-menerus terasa
- Insomnia atau kesulitan tidur
- Merasa lemas
- Menurunkan tingkat kepercayaan diri
- Infeksi sekunder pada kulit, misalnya impetigo
Pencegahan
Cara utama untuk mencegah infeksi kudis adalah menerapkan gaya hidup sehat dan bersih. Cuci pakaian kotor, seprai, sarung bantal-guling, selimut, dan sebagainya secara berkala. Bila ada orang lain yang terinfeksi, hindari kontak fisik termasuk dengan barang-barang yang ia kenakan.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera kontak dokter bila muncul gejala kudis agar dokter bisa segera menangani dan mencegah penularan lebih lanjut ke orang-orang terdekat. Pemeriksaan oleh dokter juga perlu karena ada beberapa gejala penyakit lain yang mirip dengan kudis, seperti dermatitis atau eksim. Karena penyebab dan kondisi penyakitnya lain, perawatan medisnya pun demikian. Dokter dapat membantu memberikan perawatan yang tepat sesuai dengan penyebab dan gejala yang dialami.
Narasumber
Dokter Umum
Primaya Hospital Sukabumi
Referensi:
- Scabies Frequently Asked Questions. https://www.cdc.gov/parasites/scabies/gen_info/faqs.htm. Diakses 31 Oktober 2022
- Cara Menangani Penyakit Scabies. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1496/cara-menangani-penyakit-scabies. Diakses 31 Oktober 2022
- Scabies Outbreak Investigation and Risk Factors in East Badewacho District, Southern Ethiopia: Unmatched Case Control Study. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6038489/. Diakses 31 Oktober 2022
- Scabies. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/scabies. Diakses 31 Oktober 2022
- Scabies. https://www.healthdirect.gov.au/scabies. Diakses 31 Oktober 2022
- A Review of Scabies: An Infestation More than Skin Deep. https://www.karger.com/Article/Fulltext/495290. Diakses 31 Oktober 2022
- Scabies. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544306/. Diakses 31 Oktober 2022
- Scabies: signs and symptoms. https://www.aad.org/public/diseases/a-z/scabies-symptoms. Diakses 31 Oktober 2022