Endoskopi merupakan salah satu prosedur untuk melihat secara visual bagian dalam tubuh kita. Nah, dari sekian banyak jenis endoskopi, ada yang disebut sebagai enteroskopi (enteroscopy).
Sejatinya, apa sih yang membedakan antara enteroskopi dan jenis endoskopi lainnya? Nah, bila ingin tahu selengkapnya, silakan simak dulu rincian lengkapnya di bawah ini!
Apa itu Enteroskopi?
Enteroskopi yaitu prosedur diagnostik dan terapeutik untuk memeriksa bagian dalam usus halus. Prosedur ini dilakukan menggunakan alat khusus bernama enteroskop. Yaitu sejenis tabung panjang, lentur, dan tipis yang dilengkapi kamera dan sumber cahaya di ujungnya.
Nah, enteroskopi ini berbeda dari endoskopi konvensional. Ini karena tidak hanya menjangkau lambung dan usus dua belas jari). Prosedur ini memungkinkan pemeriksaan yang lebih dalam ke bagian tengah dan distal usus halus yang sulit dijangkau.
Terdapat beberapa jenis enteroskopi yang tersedia di rumah sakit seperti halnya:
- Push enteroscopy. Menjangkau sebagian usus halus dengan mendorong enteroskop lewat mulut.
- Double-balloon enteroscopy (DBE). Menggunakan balon pada enteroskop dan overtube untuk menavigasi jauh ke dalam usus halus.
- Single-balloon enteroscopy (SBE). Sejenis DBE dengan satu balon.
- Spiral enteroscopy. Menggunakan spiral khusus untuk memutar alat ke dalam usus.
Capsule endoscopy. Bukan enteroskopi langsung, tetapi dengan menelan kapsul kamera kecil; digunakan untuk melihat usus halus secara non-invasif.
Siapa Saja yang Memerlukan Enteroskopi
Enteroskopi diperlukan oleh mereka yang:
- Mengalami perdarahan saluran cerna bagian tengah yang tidak jelas asalnya.
- Memiliki anemia defisiensi besi yang tidak terjelaskan. Khususnya jika sumber perdarahan tidak ditemukan dengan gastroskopi atau kolonoskopi.
- Dicurigai memiliki tumor, polip, atau massa pada usus halus.
- Menderita penyakit Crohn, untuk menilai peradangan atau komplikasi seperti striktur.
- Memiliki dugaan malformasi vaskular, seperti angiodisplasia pada usus halus.
- Perlu terapi seperti pengangkatan polip atau penyumbatan pembuluh darah (hemostasis).
Kapan Pasien Memerlukan Enteroskopi?
Nah jika kita mengacu pada situs Healthline, bahwa pasien akan dianjurkan menjalani enteroskopi bila:
- Pemeriksaan endoskopi atas (EGD) dan bawah (kolonoskopi) tidak menemukan penyebab keluhan, tetapi gejala tetap berlanjut.
- Ada hasil abnormal dari kapsul endoskopi yang perlu dievaluasi lebih lanjut secara langsung.
- Terdapat dugaan neoplasma (tumor). Juga dugaan kelainan struktural di usus halus.
- Pasien mengalami gejala seperti nyeri perut kronik, muntah berulang, diare kronik, atau penurunan berat badan tanpa sebab jelas.
Manfaat / Tujuan Enteroskopi
Nah, sebenarnya apa sih tujuan enteroskopi? Nah, sejatinya tujuannnya antara lain:
- Mendiagnosis penyebab perdarahan saluran cerna tengah.
- Mengidentifikasi dan menilai massa, polip, tumor, atau pun radang pada usus halus.
- Mengambil sampel jaringan (biopsi) untuk analisis histopatologis.
- Melakukan tindakan terapeutik seperti:
- Hemostasis perdarahan (koagulasi, klip, injeksi).
- Dilatasi striktur.
- Pengangkatan polip (polipektomi).
- Pemasangan stent.
- Membantu dalam perencanaan tindakan bedah bila diperlukan.
Persiapan Sebelum Menjalani Enteroskopi
Persiapan sebelum enteroskopi meliputi beberapa poin berikut:
- Puasa 8โ12 jam sebelum prosedur.
- Penghentian obat-obatan tertentu. Contohnya obat pengencer darah (warfarin, aspirin, clopidogrel) atau NSAID. Atau ssesuai anjuran dokter.
- Pembersihan usus (pada enteroskopi via rektal) denggan menggunakan laksatif atau enema.
- Informasikan ke dokter secara lengkap mengenai alergi, riwayat penyakit, dan obat-obatan yang dikonsumsi harus diberitahukan ke dokter.
Prosedur dan Pelaksanaan
Nah, untuk prosedurnya sendiri, enteroskop membutuhkan prosedur bervariasi antara 45 menit hingga 2 jam tergantung kompleksitasnya. Berikut rinciannya:
- Pasien akan dibaringkan di ruang tindakan.
- Sedasi atau anestesi ringan hingga umum dapat diberikan untuk kenyamanan.
- Enteroskop dimasukkan melalui mulut (transoral) jika target usus halus bagian proksimal. Atau via anus (transanal) untuk bagian distal.
- Alat secara perlahan dimasukkan dan dikendalikan oleh dokter sambil di lihat melalui monitor.
- Dapat dilakukan tindakan biopsi atau terapi jika ditemukan adanya kelainan.
Perawatan Pasca Enteroskopi
Jika tindakan telah selsai, maka pasien akan dipantau selama beberapa jam hingga efek sedasi hilang. Selama masa pasca perawatan, pasien disarankan untuk:
- Tidak mengemudi atau bekerja selama 24 jam pasca prosedur.
- Kembali ke aktivitas normal secara bertahap.
- Mengikuti instruksi dokter terkait obat-obatan.
- Hasil pemeriksaan dapat langsung didiskusikan atau menunggu hasil biopsi.
Adakah Efek Samping Setelah Enteroskopi?
Efek sampingnya sendiri relatif jarang dan terbilang aman. Tetapi bisa terjadi efek samping seperti:
- Ketidaknyamanan ringan, seperti nyeri tenggorokan, kembung, atau kram.
- Mual atau muntah akibat sedasi.
- Perdarahan (terutama jika dilakukan tindakan biopsi atau polipektomi).
- Perforasi usus (sangat jarang, tapi serius).
- Reaksi alergi terhadap obat sedasi.
- Infeksi (sangat jarang).
- Risiko meningkat bila ada riwayat operasi usus atau kelainan anatomi.
Enteroskopi di Rumah Primaya Hospital
Enteroskopi termasuk salah satu prosedur yang dapat Anda lakukan di Primaya Hospital. Selain memiliki fasilitas endoskopi lengkap, tindakan ini ditangani oleh dokter spesialis penyakit dalam konsultan Gastroentero hepatologi profesional dan berpengalaman. Jadi, hasilnya pun lebih cepat juga lebih akurat.