• Contact Center
  • 1500 007
  • Chatbot

Diabetes Insipidus: Gejala, Mencegah dan Mengobati

Diabetes Insipidus

Kebanyakan orang familier dengan kondisi yang disebut diabetes melitus. Tapi tidak demikian dengan diabetes insipidus. Meski sama-sama diabetes, keduanya merupakan kondisi yang sangat berbeda. Diabetes insipidus terkait erat dengan hormon yang mengatur keseimbangan cairan tubuh, bukan kadar gula darah dan hormon insulin. Berikut ini artikel yang mengulas kondisi langka tersebut.

Mengenal Diabetes Insipidus

Diabetes insipidus adalah kelainan langka yang menyebabkan tubuh memproduksi urine terlalu banyak. Kondisi ini bisa terjadi pada bayi hingga orang dewasa. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases menjelaskan, kebanyakan orang memproduksi 1-3 liter urine sehari. Sedangkan penderita diabetes insipidus dapat memproduksi hingga 20 liter urine sehari.

Diabetes insipidus terkait dengan masalah pada hormon vasopresin atau yang juga dikenal sebagai hormon antidiuretik (ADH). Hormon ADH diproduksi di bagian otak yang disebut hipotalamus dan disimpan di kelenjar pituitari. Fungsinya sederhana tapi krusial: ketika tubuh mulai kekurangan cairan atau darah mengental, ADH akan dikeluarkan dan memberi sinyal kepada ginjal untuk menyerap kembali air dari urine yang sedang diproses.

Hasilnya, urine menjadi lebih pekat dan volume urine berkurang, sehingga cairan tubuh tetap terjaga. Namun, pada penderita diabetes insipidus, sistem ini mengalami gangguan karena faktor tertentu. Akibatnya, ginjal membiarkan air terbuang begitu saja hingga menyebabkan dehidrasi dan rasa haus yang ekstrem.

Gejala Diabetes Insipidus

Gejala diabetes insipidus bisa muncul tiba-tiba atau berkembang secara bertahap. Terdapat dua keluhan utama dari gejala ini:

  • Poliuria (sering kencing dalam volume besar): Penderita bisa mengeluarkan urine hingga 3-20 liter per hari, padahal normalnya hanya 1-2 liter. Selain itu, urine yang dikeluarkan sangat encer dan berwarna jernih seperti air putih. Keinginan buang air kecil juga sering terjadi di malam hari sehingga mengganggu tidur.
  • Polidipsia (rasa haus yang berlebihan): Sebagai respons dari banyaknya cairan yang hilang, tubuh akan memunculkan rasa haus yang sangat hebat dan hampir tidak tertahankan. Penderita akan merasa perlu minum air dalam jumlah sangat banyak secara terus-menerus untuk menggantikan cairan yang hilang.

Gejala lain juga dapat muncul, terutama pada anak-anak atau dalam kondisi yang sudah parah:

  • Dehidrasi dengan gejala meliputi mulut kering, kulit kering, lemah, lesu, pusing, dan tekanan darah rendah.
  • Mengompol (pada anak-anak yang sudah terlatih menggunakan toilet).
  • Demam, muntah, atau diare pada anak-anak.
  • Gangguan pertumbuhan dan penurunan berat badan pada bayi dan anak-anak.
  • Elektrolit tidak seimbang, yang dapat menyebabkan kelemahan otot, sakit kepala, dan mudah marah.

Penyebab Diabetes Insipidus

Penyebab diabetes insipidus bergantung pada jenisnya. Secara medis, terdapat empat jenis utama kelainan ini berdasarkan lokasi gangguannya:

Diabetes Insipidus Sentral

Baca Juga:  Gastroparesis: Gejala, Mencegah dan Mengobati

Ini terjadi ketika kelenjar pituitari tidak memproduksi, menyimpan, atau melepaskan hormon ADH dalam jumlah yang cukup. Penyebabnya antara lain:

  • Cedera kepala yang merusak hipotalamus atau kelenjar pituitari.
  • Tumor di atau dekat kelenjar pituitari/hipotalamus.
  • Efek prosedur bedah otak atau terapi radiasi untuk mengobati tumor di area tersebut.
  • Penyakit inflamasi atau autoimun yang dapat merusak sel-sel penghasil ADH.

Diabetes Insipidus Nefrogenik

Pada jenis ini, produksi ADH sebenarnya normal, tapi ginjal tidak meresponsnya dengan baik. Penyebabnya meliputi:

  • Faktor genetik (keturunan), yang lebih sering terjadi pada pria.
  • Beberapa obat yang dapat mengganggu fungsi ginjal dalam merespons ADH, terutama litium.
  • Gangguan ginjal kronis.
  • Kadar kalsium tinggi atau kalium rendah dalam darah.

Diabetes Insipidus Gestasional

Jenis ini hanya terjadi selama kehamilan. Plasenta menghasilkan enzim yang memecah hormon ADH ibu. Pada sebagian kecil wanita, enzim ini diproduksi berlebihan atau ginjalnya menjadi sedikit kurang sensitif terhadap ADH selama hamil. Kondisi ini biasanya bersifat sementara dan hilang setelah persalinan.

Dipsogenik

Gangguan ini berasal dari masalah pada mekanisme rasa haus di hipotalamus. Penyebabnya bisa penyakit mental (seperti skizofrenia) atau kerusakan hipotalamus akibat tumor, cedera, atau peradangan.

Dalam beberapa kasus, penyebab diabetes insipidus tidak diketahui atau idiopatik.

Cara Dokter Mendiagnosis Diabetes Insipidus

Karena gejalanya mirip dengan kondisi lain, diagnosis diabetes insipidus memerlukan serangkaian tes yang cermat. Salah satu metode diagnostik yang utama adalah tes kekurangan air (water deprivation test). Dalam tes ini, pasien diminta berpuasa air untuk sementara waktu di bawah pengawasan ketat di rumah sakit.

Dokter lalu memantau berat badan, output urine, dan kadar elektrolit darah. Pada orang normal, puasa air akan membuat urine makin pekat.  Tes ini harus dilakukan di rumah sakit untuk mencegah dehidrasi.

Setelah tes kekurangan air, pasien diberi suntikan bentuk sintetis ADH. Respons tubuh terhadap suntikan ini akan membantu membedakan antara diabetes insipidus sentral dan nefrogenik.

Langkah-langkah lain biasanya meliputi:

  • Pemeriksaan fisik dan wawancara medis, antara lain mengenai riwayat kesehatan, gejala, kebiasaan minum, volume urine, serta obat-obatan yang dikonsumsi.
  • Tes analisis urine untuk melihat tingkat keenceran urine.
  • Pemeriksaan kadar natrium (sodium) dalam dan tes gula darah untuk menyingkirkan diabetes melitus.
  • Pemindaian MRI kepala untuk melihat ada-tidaknya kelainan struktural pada kelenjar pituitari atau hipotalamus, seperti tumor.

Cara Mengatasi Diabetes Insipidus

Tujuan utama penanganan diabetes insipidus adalah mengurangi produksi urine dan mencegah dehidrasi. Metode penanganan bergantung pada jenisnya. Di antaranya:

  • Diabetes insipidus sentral: terapi penggantian hormon dengan desmopresin, yaitu bentuk sintetis ADH. Obat ini tersedia dalam bentuk semprot hidung, tablet, atau suntik.
  • Diabetes insipidus nefrogenik: untuk mengobati kondisi ini, terdapat beberapa strategi yang bisa dijalankan, antara lain:
  • Mengatasi penyebab dasar. Jika disebabkan oleh obat (seperti litium), dokter akan berusaha mencari pengganti obat atau menyesuaikan dosisnya.
  • Diet rendah garam dan protein untuk mengurangi beban kerja ginjal.
  • Diuretik tiazid untuk mengurangi volume urine.
  • Obat antiinflamasi nonsteroid seperti indometasin untuk mengurangi volume urine dengan cara menurunkan aliran darah ke ginjal.
  • Diabetes insipidus gestasional: terutama menggunakan desmopressin.
  • Dipsogenik: penanganan lebih difokuskan pada mengurangi asupan cairan dan mengatasi penyebab psikologis yang mendasarinya, misalnya dengan terapi perilaku atau obat-obatan untuk gangguan mental.
Baca Juga:  Cholangiocarcinoma: Kanker Langka pada Saluran Empedu

Komplikasi Diabetes Insipidus

Jika tidak dikelola dengan baik, diabetes insipidus dapat menyebabkan sejumlah komplikasi serius:

  • Dehidrasi berat.
  • Ketidakseimbangan elektrolit.
  • Gangguan tidur dan kualitas hidup.
  • Gagal ginjal

Pencegahan Diabetes Insipidus

Sebagian besar kasus diabetes insipidus, terutama jenis sentral dan nefrogenik, tidak dapat dicegah karena penyebabnya di luar kendali langsung, seperti cedera kepala, tumor, atau faktor genetik. Namun ada beberapa langkah berikut dapat mengurangi risikonya:

  • Lindungi kepala dari risiko cedera terutama saat melakukan aktivitas berisiko.
  • Konsumsi obat dengan hati-hati dan sesuai dengan anjuran dokter.
  • Segera periksakan diri ke dokter jika mengalami gejala-gejala yang mengarah pada tumor otak (sakit kepala hebat, gangguan penglihatan) atau gangguan ginjal.
  • Jika ada riwayat keluarga dengan diabetes insipidus nefrogenik, konseling genetik dapat membantu memahami risiko pada keturunan.

Kapan Harus ke Dokter?

Jangan tunda untuk segera berkonsultasi ke dokter jika muncul gejala diabetes insipidus, terutama rasa haus yang berlebihan dan terus-menerus serta buang air kecil dalam volume banyak dan sangat sering. Terlebih jika disertai bangun tidur beberapa kali pada malam hari.

Narasumber:

dr Rosatya Imanuela, Sp.PD

Spesialis Penyakit Dalam

Primaya Hospital Betang Pambelum

 

Referensi:

Share to :

Buat Janji Dokter

Promo

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Sahabat Sehat Primaya

Select an available coupon below