• Contact Center
  • 1500 007
  • Chatbot

Anak Jadi Picky Eater Karena Sering Dipaksa Makan

Picky eater

Melihat anak yang sulit makan, banyak orang tua yang kerap merasa kesal. Walhasil, muncul bentakan hingga ancaman seperti โ€œKalau tidak mau makan, tidak boleh main game!โ€. Anak pun akhirnya mau makan, meski terpaksa. Namun ternyata tindakan memaksa anak makan, walau niatnya baik agar kebutuhan nutrisi anak tercukupi, justru berisiko membuat anak jadi picky eater alias pilih-pilih makanan. Ikuti penjelasannya dalam artikel berikut ini.

Mengenal Picky Eater pada Anak

Picky eaterย adalah sebutan untuk anak yang menunjukkan perilaku menolak beberapa jenis makanan, hanya mau makan makanan tertentu, atau menolak mencoba makanan baru. Tidak ada definisi yang pasti sehingga menyulitkan identifikasi perilaku pilih-pilih makanan ini.

buat jani dokter primaya

Menurut studi bertajuk โ€œOvercoming picky eating. Eating enjoyment as a central aspect of children’s eating behaviorsโ€ย di jurnal Appetite, sekitar 14โ€“50 persen anak usia dini menunjukkan perilaku picky eating atau fussy eatingย ini.

National Health Serviceย (NHS) menyebutkan normal jika anak berusia di bawah lima tahun atau balita menolak makan atau merasakan makanan baru. Yang penting anak tetap aktif, tampak sehat, dan berat badannya bertambah. Walau begitu, jika dibiarkan, kebiasaan ini bisa bertahan hingga dewasa dan meningkatkan risiko malnutrisi.

Anak yang disebut picky eater biasanya menunjukkan ciri-ciri berikut ini:

  • Hanya mau makan menu favoritnya (misalnya ayam goreng dan nasi terus-menerus)
  • Menolak makanan baru (food neophobia)
  • Memisahkan/menyingkirkan makanan yang tidak disukai dari piring
  • Makan sangat lambat atau bermain-main dengan makanan

Mengapa Anak Cenderung Memilih-milih Makanan?

Sebelum membahas lebih jauh dampak paksaan makan terhadap anak-anak, penting untuk memahami mengapa seorang anak bisa menjadi picky eater. Sejumlah faktor yang mungkin berpengaruh antara lain:

Sensitivitas Sensorik

Beberapa anak lebih peka terhadap rasa, tekstur, bau, bahkan tampilan makanan. Suatu makanan yang terasa biasa saja bagi orang dewasa bisa jadi tidak menimbulkan selera makan bagi anak-anak.

Tahap Perkembangan

Sebagai bagian dari tahap perkembangan, anak akan merasa ingin mandiri dan mengontrol lingkungan sekitar. Menolak makanan bisa menjadi salah satu cara anak menunjukkan untuk menunjukkan keinginannya itu.

Meniru Perilaku Makan Orang Tua atau Saudara

Anak-anak mudah meniru apa yang ada di sekitarnya. Maka, bila ada orang tua atau anggota keluarga lain yang memilih-milih makanan, anak itu akan mengikuti pola tersebut.

Baca Juga:  Radang Tenggorokan pada Anak, Begini Cara Mengobatinya

Kurangnya Variasi Makanan Sejak Dini

Anak yang tidak dikenalkan dengan beragam jenis makanan sejak awal fase makanan pengganti air susu ibu atau MPASI cenderung lebih sulit menerima makanan baru di kemudian hari.

Pengalaman Negatif dengan Makanan

Jika pernah tersedak, muntah, atau dipaksa makan makanan tertentu, anak bisa mengembangkan asosiasi negatif terhadap makanan tersebut atau bahkan terhadap situasi makan secara umum.

Mengapa Memaksa Makan Justru Bikin Anak Picky Eater?

Sebuah studi berjudul โ€œ‘Fussy eating’ and feeding dynamics: School children’s perceptions, experiences, and strategiesโ€ yang dipublikasikan dalam jurnal Appetiteย memberikan informasi penting mengenai bagaimana anak-anak mempersepsikan, mengalami, dan mengelola perilaku fussy eatingย serta bagaimana mereka mengalami dinamika pemberian makan terkait dengan perilaku ini. Pada penelitian ini terdapat beberapa hal menarik yang patut menjadi renungan bagi para orang tua

Studi kualitatif ini melibatkan wawancara dengan 16 anak berusia 7-10 tahun dan menggarisbawahi pentingnya memahami bagaimana anak-anak berkontribusi dalam dinamika pemberian makan. Selama ini perspektif anak kerap terabaikan dalam studi karena keterlibatan orang tua dianggap sudah cukup serta adanya tantangan etis dalam melakukan penelitian dengan anak-anak. Analisis dalam studi itu mendapati dua tema utama dalam perilaku picky eater:

Persepsi Paradoksikal

Anak-anak melihat perilaku pilih-pilih makanan sebagai sesuatu yang โ€œnormalโ€ lantaran banyak teman yang juga melakukannya. Namun, di sisi lain, mereka juga melihat perilaku tersebut dianggap โ€œburukโ€ oleh orang dewasa, terutama orang tua. Akhirnya terjadi persepsi yang bertentangan atau paradoksikal yang kemungkinan besar berkontribusi pada stres saat makan.

Pergulatan dengan Pengalaman Internal dan Ekspektasi Eksternal

Anak-anak menggambarkan adanya ketegangan antara pengalaman internal mereka dengan makanan (terkait dengan sensori, seperti rasa dan tekstur, serta emosi yang muncul), dan ekspektasi eksternal dari lingkungan, terutama orang tua, mengenai apa dan berapa banyak yang harus mereka makan. Hal ini menunjukkan rumitnya proses makan bagi anak yang memiliki preferensi makan tersendiri.

Menangani Penolakan Makanan dan Mengelola Ketidaksukaan

Baca Juga:  Penyebab Leukosit Tinggi pada Anak dan Penanganannya

Anak-anak ternyata sangat sadar akan tujuan, emosi, dan praktik orang tua mereka saat makan. Menghadapi ekspektasi orang tua ini, anak-anak mengembangkan strategi sendiri untuk menolak makanan, bernegosiasi dengan orang tua, dan bahkan mencoba mengatasi ketidaksukaan terhadap makanan tertentu.

Temuan dalam studi itu menekankan bahwa anak-anak bukanlah pihak yang pasif dalam proses makan. Mereka aktif menginterpretasikan situasi dan meresponsnya berdasarkan pemahaman dan pengalaman mereka. Ketika orang tua menerapkan tekanan atau paksaan, anak-anak merasakan dan berusaha menanganinya sendiri. Namun seringnya respons itu justru memperkuat perilaku menolak makanan.

Berdasarkan riset tersebut, memaksa anak makan justru bisa membawa dampak yang merugikan. Anak bisa mengalami trauma terkait dengan proses makan dan makanan. Perilaku picky eating anak pun justru bisa menjadi-jadi. Karena itu, penting bagi orang tua untuk menciptakan lingkungan makan yang positif dan bebas dari tekanan untuk membantu anak keluar dari fase pilih-pilih makanan ini. Orang tua dapat membuat pengalaman makan yang menyenangkan, misalnya dengan makan bersama diselingi mengobrol, memberikan porsi kecil dan memberikan pujian meski anak hanya makan sedikit, atau mengubah cara penyajian makanan agar lebih menarik.

Narasumber:

dr. Arina Kartika. Sp. A

Spesialis Anak

Primaya Hospital Bekasi Timur

Referensi:

Share to :

Buat Janji Dokter

Promo

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Sahabat Sehat Primaya

Select an available coupon below