Primaya Hospital Group (PRAY) membukukan kinerja yang stabil pada kuartal pertama 2025, dengan mampu menghadapi dinamika perubahan pola pasien dan tekanan eksternal, sambil tetap menjaga keyakinan terhadap pencapaian target tahunannya.
PRAY mencatat pendapatan sebesar Rp539,9 miliar di 1Q25, tumbuh 5% YoY, meskipun sedikit menurun 3% dibandingkan 4Q24 karena faktor musiman. EBITDA mencapai Rp126,9 miliar, relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya, namun turun 7% QoQ, mencerminkan tekanan margin sementara akibat perubahan komposisi pasien dan penurunan pemanfaatan layanan rawat inap. EBITDA margin tercatat sebesar 23,4%, turun dari 24,6% di kuartal sebelumnya dan 24,9% pada 1Q24.
Pada kuartal ini terjadi pergeseran komposisi pasien yang signifikan, di mana pendapatan rawat jalan meningkat 28% YoY, sementara pendapatan rawat inap turun 5% YoY. Hal ini terutama disebabkan oleh perubahan regulasi dan prosedur eksternal yang mempengaruhi cara penanganan dan klasifikasi beberapa jenis kasus. Sejalan dengan itu, jumlah hari rawat inap menurun 14% YoY, dan tingkat okupansi tempat tidur turun menjadi 43% dari 56% tahun lalu, juga dipengaruhi oleh penambahan lebih dari 250 tempat tidur baru dalam satu tahun terakhir.
Terlepas dari tantangan operasional tersebut, PRAY terus menjalankan agenda strategisnya. Pembangunan Primaya Hospital Kelapa Gading menunjukkan kemajuan yang baik, meskipun pembukaannya sedikit mundur dan kini diperkirakan akan berlangsung pada Juli 2025. Sementara itu, Primaya Hospital BSD masih sesuai jadwal dan ditargetkan beroperasi pada akhir tahun. Kedua fasilitas ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas jangka panjang dan memperkuat margin perusahaan, sejalan dengan visi PRAY dalam menyediakan layanan kesehatan yang komprehensif dan berkualitas tinggi.
Dari sisi regulasi dan pasar, PRAY telah merespons secara proaktif terhadap perubahan industri. Pergeseran komposisi OP-IP sebagian mencerminkan penyesuaian kebijakan BPJS yang masih berlangsung, termasuk aturan rujukan dan klasifikasi penanganan yang lebih ketat. Grup telah melakukan persiapan menyeluruh untuk implementasi KRIS, dan seluruh rumah sakit PRAY telah memenuhi standar sejak awal tahun. Secara positif, hubungan dengan mitra asuransi swasta juga menunjukkan peningkatan, dibandingkan dengan tahun lalu.
Ke depan, PRAY tetap berkomitmen terhadap target tahunannya di FY25, termasuk target pendapatan, margin EBITDA, dan volume pasien. Namun, mengingat ketidakpastian kondisi makroekonomi, perusahaan menerapkan prinsip kehati-hatian finansial dengan menurunkan proyeksi belanja modal (capex) FY25 dari Rp900 miliar menjadi Rp750 miliar, guna memastikan keberlanjutan pertumbuhan dengan pendekatan investasi yang disiplin.