• Contact Center
  • 1500 007
  • Chatbot

Informasi Terkait Pemeriksaan COVID-19

Primaya Hospital memberikan beragam pilihan pemeriksaan Covid-19 sesuai dengan kebutuhan Anda! Sebelum memilih paket pemeriksaan Covid-19, mari kenali istilah-istilah di bawah ini:

  1. Kasus Suspek adalah orang yang memiliki gejala demam dan batuk atau sesak nafas dan ada salah satu riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi lokal atau ada riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/probable Covid-19.
  2. Kasus Probable adalah kasus suspek dengan ISPA berat, gagal nafas atau meninggal dengan gambaran klinis yang meyakinkan COVID-19 dan belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
  3. Kasus Konfirmasi adalah seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
  4. Kontak Erat adalah orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau konfirmasi COVID-19
  5. Pelaku Perjalanan adalah seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri maupun luar negeri pada 14 hari terakhir.

Apa itu COVID-19?

Tanggal 11 Februari 2020, WHO mengumumkan nama resmi untuk penyakit yang disebabkan oleh Corona virus jenis baru yang menimbulkan wabah di Wuhan, Provinsi Hubei, China pada akhir tahun 2019. Nama resmi penyakit tersebut adalah COVID-19 yang merupakan akronim dari ‘CO’ yakni ‘corona’, ‘VI’ untuk ‘virus’, dan ‘D’ untuk ‘disease’ atau penyakit. Virus penyebabnya dinamakan SARS-CoV2 (sebelumnya disebut sebagai 2019-nCOV).

Coronavirus adalah termasuk kelompok virus yang umumnya menginfeksi saluran pernafasan pada hidung, sinus, atau tenggorokan bagian atas. Kelompok virus ini sudah ada sejak lama dan kebanyakan tidak berbahaya, tetapi sebagian kecil jenisnya dapat menyebabkan infeksi yang berisiko pada kematian, seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

 

Bagaimana Cara Penularan COVID-19?

Virus SARS-CoV2 dapat menular dari pasien COVID-19 kepada orang sehat melalui:

  1. Menghirup percikan ludah atau droplet dari pasien saat batuk atau bersin.
  2. Kontak erat dengan orang yang sudah terinfeksi (bersentuhan, berjabat tangan, berbicara dengan jarak dekat tanpa menggunakan masker).
  3. Kontak dengan benda-benda yang terkontaminasi virus dan menyentuh area hidung, mata, dan mulut tanpa cuci tangan dengan sabun terlebih dahulu.

 

Siapa Saja yang Dapat Terkena COVID-19?

Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja. Akan tetapi, orang tua terutama yang berusia di atas 60 tahun memiliki risiko dua kali lipat untuk tertular Covid-19. Demikian pula dengan orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah, seperti penderita kanker yang dalam kemoterapi atau penderita autoimun yang menggunakan steroid dan/atau imunomodulator. Efek penyakit ini juga akan lebih berbahaya bila terjadi pada orang lanjut usia, ibu hamil, orang yang memiliki penyakit penyerta seperti diabetes, jantung, ginjal, kanker, atau orang yang daya tahan tubuhnya lemah.

 

Apa Gejala Penyakit COVID-19?

Gejala infeksi virus Corona atau COVID-19 dapat meyerupai gejala flu (flu like symptom) seperti demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Gejala dapat saja memberat yaitu pasien mengalami demam tinggi, batuk terus menerus, sesak napas, dan nyeri dada.

Secara umum, terdapat 3 gejala yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona yaitu:

  1. Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)
  2. Batuk
  3. Sesak Nafas

Gejala di atas akan muncul dalam waktu 2 sampai 14 hari setelah terpapar virus Corona.

 

Definisi Kasus (Suspek, Probable, Konfirmasi dan Kontak Erat)

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 mendefinisikan empat istilah dalam kasus Covid-19, yaitu suspek, probable, konfirmasi, dan kontak erat.

 

Apa Itu Kasus Suspek?

Kasus suspek Covid-19 sebelumnya merujuk pada istilah pasien dalam pengawasan (PDP). Pasien yang dicurigai terjangkit Covid-19 berdasarkan kriteria tertentu di bawah ini tergolong sebagai kasus suspek.

Kriteria A       

Dalam kriteria A, kasus suspek terjadi jika pasien memenuhi lebih dari satu kriteria klinis dan lebih dari satu kriteria epidemiologis berikut ini.

Kriteria Klinis

  • Mengalami demam akut/riwayat demam dengan suhu 38 derajat Celsius ke atas dan batuk, atau
  • Memiliki tiga atau lebih gejala/tanda akut di bawah ini:
  • Demam/riwayat demam
  • Batuk
  • Kelelahan
  • Sakit kepala
  • Myalgia (nyeri otot)
  • Nyeri tenggorokan
  • Coryza/pilek/hidung tersumbat
  • Sesak napas
  • Anoreksia/mual/muntah
  • Diare
  • Kesadaran menurun

Kriteria Epidemiologis

Dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala:

  • Pernah tinggal atau bekerja di tempat dengan risiko penularan tinggi, atau
  • Pernah tinggal atau bepergian di negara/daerah di Indonesia yang melaporkan adanya penularan lokal, atau
  • Bekerja di fasilitas kesehatan baik sebagai petugas medis maupun non-medis serta petugas pelaksana penyelidikan dan pemantauan kasus serta kontak

Kriteria B       

Dalam kriteria B, seseorang menjadi kasus suspek jika mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) berat.

Kriteria C       

Dalam kriteria C, kasus suspek berlaku untuk orang yang:

  • Tidak menunjukkan gejala
  • Tidak memenuhi kriteria epidemiologis
  • Pemeriksaan antigen SARS-CoV-2 menunjukkan hasil positif

 

Apa Itu Kasus Probable?

Terdapat empat kriteria untuk menentukan kasus probable Covid-19, yaitu:

Kriteria A                               

  • Memenuhi kriteria klinis dalam kasus suspek
  • Punya riwayat kontak erat dengan kasus probable atau terkonfirmasi atau berkaitan dengan kluster Covid-19

Kriteria B                               

  • Memenuhi kriteria kasus suspek
  • Hasil pemeriksaan radiologi mengarah ke Covid-19

Kriteria C                               

  • Kemampuan indra penciuman atau indra perasa menghilang tanpa penyebab jelas

Kriteria D

  • Orang dewasa yang meninggal karena gagal napas akibat cairan yang memenuhi kantong oksigen paru-paru (distres pernapasan)
  • Punya riwayat kontak erat dengan kasus probable atau terkonfirmasi atau terkait dengan kluster Covid-19

 

Apa Itu Kasus Konfirmasi?

Kasus konfirmasi terjadi jika seseorang memenuhi salah satu dari tiga kriteria berikut ini:

  • Hasil pemeriksaan tes usap RT-PCR positif
  • Hasil pemeriksaan antigen SARS-CoV-2 positif dan memenuhi kriteria kasus probable atau kriteria A dan B kasus suspek
  • Tidak menunjukkan gejala dan hasil tes antigen SARS-CoV-2 positif serta punya riwayat kontak erat dengan kasus probable atau terkonfirmasi

 

Apa Itu Kontak Erat?

Definisi kontak erat adalah memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau kasus konfirmasi Covid-19. Yang dimaksud kontak dalam hal ini adalah:

  • Bertatap muka/berdekatan dalam jarak 1 meter dengan durasi 15 menit atau lebih
  • Bersentuhan langsung secara fisik
  • Memberikan perawatan langsung tanpa alat pelindung diri yang sesuai dengan standar
  • Hasil penilaian risiko lokal oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat mengindikasikan adanya kontak

 

Tatalaksana Pasien Belum Terkonfirmasi Covid-19

Prosedur untuk mengonfirmasi pasien Covid-19 mencakup pemeriksaan dengan antigen SARS-CoV-2 dan RT-PCR. Pemeriksaan RT-PCR tetap menjadi standar diagnosis Covid-19.

Pemeriksaan RT-PCR         

  • Sebagai sarana diagnosis, tes RT-PCR dilakukan cukup sekali jika hasilnya positif. Sedangkan jika hasil tes negatif, perlu pemeriksaan ulang pada hari berikutnya.
  • Tes RT-PCR hanya tiga kali bagi pasien rawat inap.
  • Tes RT-PCR untuk tindak lanjut (follow-up) hanya bagi pasien yang menunjukkan gejala berat dan kritis. Tes dilakukan 10 hari sesudah tes yang menunjukkan hasil positif.

Rapid Antigen SARS-CoV-2 (Swab Antigen)

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberikan rekomendasi pelaksanaan tes antigen SARS-CoV-2 bagi pasien yang belum terkonfirmasi Covid-19. Rekomendasi itu mencakup:

  • Penggunaan alat tes antigen dengan sensitivitas 80 persen dan spesifitas 97 persen dibanding tes RT-PCR.
  • Dilakukan hanya ketika tes RT-PCR tak tersedia atau memerlukan diagnosis segera menurut pertimbangan klinis.
  • Pelaksana tes hanya petugas yang telah terlatih dan dilakukan dalam waktu 5-7 hari pertama setelah muncul gejala.

WHO merekomendasikan alat antigen SD BioSensor Inc dan Abbot. Adapun Kementerian Kesehatan telah menerbitkan izin edar untuk lebih dari 37 alat tes antigen, seperti:

  • SD BioSensor Inc
  • Abbot
  • Indec
  • GenBody
  • Dan lain-lain

Alur Penanganan Pasien dengan Gejala Covid-19

Alur penanganan pasien dengan gejala Covid-19 mengacu pada hasil pemeriksaan tiga kondisi berikut ini:

  • Frekuensi napas lebih dari 30 kali per menit atau sesuai kelompok usia pada anak
  • Saturasi oksigen kurang dari 93 persen atau kurang dari 92 persen pada anak di udara ruang
  • Terdapat tanda sepsis atau distres pernapasan

Bila ada satu atau lebih kondisi itu, gejala pasien tergolong berat atau kritis. Tindakan selanjutnya adalah:

  • Pemberian vitamin, azitromisin/levofloksasin, antivirus, antikoagulan berdasarkan evaluasi dokter, obat sesuai dengan gejala, terapi cairan dan nutrisi, serta antibiotik
  • Terapi oksigen jika memerlukan oksigen
  • Tata laksana syok bila ada tanda-tanda syok

Bila tak memerlukan terapi oksigen, pasien bisa ditangani dengan terapi:

  • Tocilizumab
  • IVIG (masih dalam tahap uji klinis)
  • Plasma konvalesens
  • Stem cell

Sedangkan jika memerlukan terapi oksigen, pasien akan mendapat alat bantu pernapasan sesuai dengan ketentuan penanganan Covid-19.

Adapun bila hasil pemeriksaan tidak mendapati satu pun dari tiga kondisi di atas, pasien masih perlu dicek apakah mengalami pneumonia atau tidak.

Jika tidak ada pneumonia, gejala pasien tergolong ringan. Pasien gejala ringan yang mampu menjalani isolasi mandiri membutuhkan vitamin, obat sesuai dengan gejala, dan antivirus bila tersedia. Sedangkan jika tidak mampu menjalani isolasi mandiri, pasien harus dirawat di rumah sakit.

Jika ada pneumonia, gejala pasien tergolong sedang (ada pneumonia tapi tak memerlukan oksigen). Pasien gejala sedang perlu dirawat di rumah sakit dan diberi vitamin, azitromisin/levofloksasin, antivirus bila tersedia, obat sesuai dengan gejala, antikoagulan berdasarkan evaluasi dokter, serta terapi cairan dan nutrisi. Bila saat perawatan mengalami sesak napas dan kondisi pneumonia memburuk, pasien ini dialihkan ke alur penanganan gejala berat/kritis.

 

Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi Covid-19

Bagi pasien yang telah terkonfirmasi Covid-19, terdapat prosedur penanganan terkait dengan pengobatan, terapi, dan perawatan sesuai dengan gejalanya. Pasien tanpa gejala dan gejala ringan bisa menjalani isolasi mandiri. Pasien gejala sedang perlu dirawat rumah sakit darurat. Sedangkan pasien gejala berat/kritis dirujuk ke rumah sakit rujukan.

Tanpa Gejala

  • Vitamin C dan vitamin D dengan rincian:

Vitamin C
– Vitamin C non-acidic (tanpa asam) 500 miligram sebanyak 3-4 kali per hari selama 14 hari
– Tablet isap dosis 500 miligram sebanyak 2 kali per hari selama 30 hari
– Multivitamin yang mengandung vitamin C sebanyak 1-2 tablet per hari selama 30 hari

Vitamin D
– Suplemen dengan dosis 400-1.000 IU per hari
– Obat dengan dosis 1.000-5.000 IU per hari

  • Bila pasien memiliki komplikasi penyakit penyerta atau komorbid, pengobatan untuk penyakit itu tetap dilanjutkan.
  • Jika pasien rutin meminum obat-obatan yang tergolong ACE-inhibitor dan ARB, misalnya penderita tekanan darah tinggi dan penyakit jantung, perlu berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam serta dokter spesialis jantung dan pembuluh darah.
  • Konsumsi obat dengan sifat antioksidan dan obat penunjang lain.
  • Menjalani isolasi mandiri dan menerapkan protokol kesehatan.

Gejala Ringan                       

  • Vitamin C dan D seperti pasien tanpa gejala dengan tambahan anjuran vitamin berkomposisi C, B, E, dan zink.
  • Azitromisin dosis 500 miligram sebanyak 1 kali per hari selama 5 hari.
  • Terapi untuk mengatasi gejala serta mengonsumsi obat penunjang lain.
  • Antivirus berupa oseltamivir (Tamiflu) dosis 75 miligram sebanyak 2 kali per hari selama 5-7 hari atau Favipiravir dosis permulaan 1.600 miligram 2 kali pada hari pertama dan 600 miligram 2 kali per hari pada hari kedua hingga kelima.
  • Meneruskan pengobatan penyakit penyerta, menjalani isolasi mandiri, dan menerapkan protokol kesehatan.

Gejala Sedang                                  

  • Vitamin C sesuai petunjuk dokter.
  • Obat pengencer darah sesuai dengan pertimbangan dokter spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah.
  • Melanjutkan pengobatan penyakit penyerta dan gejala.
  • Azitromisin dosis 500 miligram oral sebanyak 1 kali per hari selama 5-7 hari atau levofloksasin dosis 750 sebanyak 1 kali per hari selama 5-7 hari bila dicurigai ada infeksi bakteri.
  • Favipiravir dosis permulaan 1.600 miligram 2 kali pada hari pertama dan 600 miligram 2 kali per hari pada hari kedua hingga kelima.
  • Remdisivir dosis 200 miligram tetes pada hari pertama dan 1.1000 miligram 1 kali per hari pada hari kedua hingga kelima atau hingga hari kesepuluh.

Gejala Berat atau Kritis

  • Azitromisin dosis 500 miligram oral sebanyak 1 kali per hari selama 5-7 hari atau levofloksasin dosis 750 sebanyak 1 kali per hari selama 5-7 hari bila dicurigai ada infeksi bakteri.
  • Favipiravir dosis permulaan 1.600 miligram 2 kali per hari pada hari pertama dan 600 miligram 2 kali per hari pada hari kedua hingga kelima.
  • Vitamin C, D, dan B1 sesuai petunjuk dokter.
  • Obat pengencer darah menurut pertimbangan dokter spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah.
  • Obat anti-peradangan, alergi, dan autoimun deksametason dosis 6 miligram setiap 24 jam selama 10 hari.
  • Meneruskan pengobatan penyakit penyerta dan gejala.

 

Kriteria Selesai Isolasi

Pasien dinyatakan selesai isolasi setelah memenuhi beberapa kriteria berikut ini:

  • Pasien tanpa gejala: tes RT-PCR tidak diperlukan*. Isolasi selesai setelah 10 hari terhitung sejak keluarnya hasil tes yang positif.
  • Pasien gejala ringan-sedang: tes RT-PCR tidak perlu*. Bagi pasien gejala sedang dengan komorbid atau kondisinya berisiko memburuk, bisa dilakukan tes RT-PCR. Isolasi selesai setelah 10 hari sejak munculnya gejala awal plus setidaknya 3 hari tanpa gejala demam dan gangguan pernapasan.
  • Pasien gejala berat/kritis: perlu menjalani tes RT-PCR. Isolasi selesai setelah hasil tes RT-PCR follow-up negatif plus setidaknya 3 hari tak menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan. Jika tak bisa menjalani tes RT-PCR, isolasi selesai setelah dirawat 10 hari di rumah sakit sejak muncul gejala awal plus 3 hari bebas dari gejala demam dan gangguan pernapasan. Pasien ini dialihkan ke ruang rawat non-isolasi atau pulang.

*WHO tetap merekomendasikan evaluasi dengan tes RT-PCR jika kapasitas laboratorium memungkinkan.

 

Kriteria Sembuh

Kriteria sembuh sama bagi pasien tanpa gejala, gejala ringan, sedang, berat atau kritis, yaitu:

  • Memenuhi kriteria selesai isolasi
  • Mendapat surat selesai pemantauan dari fasilitas pelayanan kesehatan atau dokter penanggung jawab pelayanan

 

Kriteria Pemulangan

Pasien dibolehkan pulang setelah memenuhi kriteria selesai isolasi dan kriteria klinis, yakni:

  • Dokter penanggung jawab membolehkan pasien pulang berdasarkan kajian klinis menyeluruh, meliputi radiologi dan pemeriksaan darah
  • Pasien tidak lagi membutuhkan perawatan atau tindakan terkait dengan Covid-19 maupun masalah kesehatan lain

Khusus bagi pasien dengan gejala berat atau kritis, setelah pemulangan harus menjalani isolasi mandiri minimal 7 hari untuk pemulihan dan pemantauan gejala yang mungkin muncul kembali.

 

Apa Itu Reinfeksi Covid-19 (SARS-CoV-2)?

Seseorang mungkin bisa kembali terinfeksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Terdapat sejumlah laporan reinfeksi dari SARS-CoV-2 dengan tipe berbeda. Tapi ada pula kemungkinan seseorang terinfeksi oleh tipe virus yang sama dan mengalami reaktivasi. Antibodi yang terbentuk setelah terinfeksi akan hilang dalam waktu 3-12 bulan. Reinfeksi atau infeksi kedua mungkin dapat menyebabkan sakit yang lebih berat dibanding infeksi pertama karena:

  • Kadar virus sangat tinggi
  • Virus lebih ganas
  • Respons imun meningkat

 

Apa Itu Positif Persisten?

Positif persisten adalah kondisi ketika pasien telah membaik tapi hasil tes RT-PCR masih positif. Artinya, tes masih dapat mendeteksi komponen virus yang sudah tidak aktif di tubuh pasien. Virus yang tidak aktif tak dapat lagi menular. Pasien dengan hasil tes positif persisten tetap bisa dinyatakan sembuh menurut evaluasi dokter penanggung jawab.

 

Kenali Fenomena Long Covid-19

Umumnya, proses pemulihan pasien dari gejala Covid-19 berlangsung selama 2-6 pekan. Fenomena long Covid-19 terjadi ketika pasien masih mengalami gejala melebihi durasi waktu itu walau sudah dinyatakan sembuh. Bahkan gejala bisa bertahan atau muncul kembali hingga berminggu-minggu sampai berbulan-bulan setelah pulih. Fenomena long Covid-19 kebanyakan terjadi pada pasien dengan gejala ringan hingga sedang.

Gejala yang bertahan lama itu antara lain:

  • Kelelahan
  • Batuk, tumpukan dahak, sesak napas
  • Sakit kepala, pegal-pegal
  • Diare, mual
  • Nyeri perut dan dada
  • Kebingungan
  • Hilangnya kemampuan indra perasa dan penciuman

Faktor risiko fenomena long Covid-19 meliputi hipertensi, obesitas, dan kondisi mental. Sebanyak 35 persen orang dewasa yang sebelumnya terkonfirmasi positif Covid-19 mengaku kondisinya belum pulih kembali seperti sedia kala ketika diwawancarai via telepon dalam 2-3 pekan seusai pemeriksaan. Di kelompok usia 18-34 tahun dengan kondisi kesehatan baik, terdapat sekitar 20 persen yang mengalami gejala berkepanjangan.

 

Terapi Tambahan untuk Pasien Covid-19

Belum ada obat Covid-19. Namun terdapat sejumlah pilihan terapi tambahan menggunakan obat-obatan dan metode lain untuk mengurangi dampak Covid-19 hingga pemulihan.

Anti Il-6 (Tocilizumab): obat penekan imun untuk melawan interleukin 6 (IL-6). IL-6 adalah sitokin yang berperan penting dalam respons imun.

Anti IL-1 (Anakinra): obat biofarmasi untuk mengatasi peradangan akibat infeksi virus Covid-19.

IVIG (Intravenous Immunoglobulin): obat untuk mengatasi kurangnya antibodi.

Plasma konvalesens: transfusi darah dari penyintas Covid-19 yang telah mengandung antibodi terhadap SARS-CoV-2.

Mesenchymal stem cell: pemberian sel punca mesenkimal lewat infus intravena untuk mengatasi gejala gangguan pernapasan akut.

Spironolakton: obat yang memberikan perlindungan bagi pasien Covid-19 terutama yang mengalami hipertensi dan obesitas, khususnya pada stadium awal.

Kolkisin: obat analgesik yang dapat menurunkan kebutuhan penggunaan oksigen dan mempersingkat perawatan.

 

Bagaimana Cara Agar Saya Dapat Melakukan Pemeriksaan di Fasilitas Kesehatan dengan Aman?

Jika anda merasa memiliki gejala dan atau riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/probable Covid-19 dan ingin menuju ke Fasilitas Kesehatan atau Rumah Sakit, maka Anda dapat memilih pemeriksaan di Fever Clinic, dan Rapid Test Antibodi IgG dan IgM, PCR Test Drive thru, atau tes antibodi serologi Primaya Hospital.

Fever Clinic

Panduan Pelayanan Fever Clinic adalah sebagai berikut:

  1. Pastikan Anda sudah melakukan appointment atau registrasi online untuk menghindari penumpukan pasien dan mempercepat waktu kunjungan di Fever Clinic Primaya Hospital. Anda dapat melakukan registrasi online di sini.
  2. Apabila berniat untuk mengambil paket pemeriksaan, pastikan Anda sudah memahami informasi mengenai paket pemeriksaan tersebut. Anda dapat melihat paket pemeriksaan Fever Clinic di sini.
  3. Menunggu konfirmasi atau balasan dari petugas Primaya Hospital mengenai jadwal dan jam kunjungan atau pemeriksaan (balasan dapat berupa e-mail, WhatsApp, atau telepon).
  4. Datang ke Fever Clinic Primaya Hospital tepat waktu setelah mendapatkan konfirmasi atau balasan dari petugas Primaya Hospital.
  5. Gunakan masker pada saat mengunjungi Fever Clinic Primaya Hospital.
  6. Pada saat datang, Anda akan dilakukan pemeriksaan suhu tubuh dengan thermal scan, wawancara singkat oleh petugas di pintu masuk, dan Anda akan diarahkan ke Fever Clinic.
  7. Selalu menjaga jarak aman dengan orang lain selama berada di dalam gedung rumah sakit.

Pemeriksaan Antibody virus Corona atau SARS CoV2 dapat dilakukan dengan beberapa cara:

  1. PCR Test
  2. Rapid Test Antibodi
  3. Rapid Test Antigen
  4. Test Antibodi Serologi

 

1. Apa Itu PCR Test ?

Pemeriksaan PCR Test adalah salah satu pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa Covid-19 dengan sampel swab bagian belakang hidung atau tenggorokan untuk mendeteksi adanya virus SARS-CoV2. Pemeriksaan ini memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi untuk mendiagnosis kondisi terpapar Covid-19, sebab sekali virus Corona menginfeksi tubuh maka virus akan terdeteksi melalui pemeriksaan tersebut.

 

Paket Drive Thru PCR Test

Drive Thru PCR Test adalah paket pemeriksaan praktis di dalam mobil pada wilayah luar gedung rumah sakit menggunakan metode pemeriksaan PCR Test. Proses ini dilakukan dengan pengambilan sampel swab bagian belakang hidung atau tenggorokan. Hasil tes akan dikirimkan melalui e-mail dan WhatsApp dalam waktu maksimum 2×24 jam.

Pemeriksan ini lebih disarankan bagi seseorang dengan suspek. Suspek yaitu orang orang yang memiliki gejala demam dan batuk atau sesak nafas dan ada salah satu riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi lokal atau ada riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/probable Covid-19.

Namun, Anda juga dapat melakukan pemeriksaan mandiri jika merasa memiliki gejala demam, batuk atau sesak nafas meskipun tidak memiliki riwayat perjalanan atau riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/probable Covid-19.

Jika anda masuk kategori suspek dan memiliki gejala demam, batuk dan sesak nafas, maka Anda disarankan melakukan pemeriksaan di Fever Clinic.

Berikut ini adalah panduan yang harus dilakukan saat pemeriksaan PCR Test Drive Thru:

  1. Gunakan masker walaupun berada di dalam mobil dan tetap berada di mobil Anda selama pemeriksaan berlangsung.
  2. Petugas akan mendatangi Anda, melakukan wawancara singkat, dan melakukan pengambilan sampel swab belakang hidung atau tenggorokan di dalam mobil.
  3. Setelah pengambilan sampel swab, Anda langsung dapat kembali ke rumah sehingga dapat menghemat waktu Anda.
  4. Anda akan memperoleh hasil tes maksimum 2×24 jam dari waktu pemeriksaan. Hasil pemeriksaan akan dikirimkan melalui nomor WhatsApp atau alamat e-mail
  5. Apabila hasil pemeriksaan negatif, maka Anda akan disarankan untuk tetap berhati-hati dan menerapkan protokol stay at home, social distancing, dan hand hygiene. Silahkan melakukan telekonsultasi gratis perihal hasil pemeriksaan tersebut melalui aplikasi Link Sehat yang dapat Anda temukan di sini.
  6. Apabila hasil pemeriksaan positif, maka Anda akan diinformasikan melalui telepon untuk mendapatkan saran pemeriksaan dan terapi selanjutnya.

 

2. Rapid Test Antibodi IgG dan IgM

Anda dapat memilih layanan Rapid Test Drive Thru jika:

  1. Tidak memiliki gejala dengan atau tanpa riwayat kontak dan menginginkan pemeriksaan.
  2. Memiliki gejala-gejala demam dan/atau batuk (flu like sypmtom) derajat ringan dengan atau tanpa riwayat kontak dan menginginkan pemeriksaan.

Berikut ini adalah panduan yang harus dilakukan saat pemeriksaan Rapid Test Drive Thru:

  1. Gunakan masker walaupun berada di dalam mobil dan tetap berada di mobil Anda selama pemeriksaan berlangsung.
  2. Petugas akan mendatangi Anda, melakukan wawancara singkat, dan melakukan pengambilan sampel darah di dalam mobil.
  3. Setelah pengambilan darah, Anda langsung dapat kembali ke rumah sehingga dapat menghemat waktu Anda.
  4. Anda akan memperoleh hasil tes maksimum 1×24 jam dari waktu pemeriksaan. Hasil pemeriksaan akan dikirimkan melalui nomor WhatsApp atau alamat e-mail
  5. Apabila hasil pemeriksaan negatif, maka Anda akan disarankan untuk melakukan tes ulang setelah 7 hari dari waktu pelaksanaan tes pertama. Silahkan melakukan telekonsultasi gratis perihal hasil pemeriksaan tersebut melalui aplikasi Link Sehat yang dapat Anda temukan di sini.
  6. Apabila hasil pemeriksaan positif, maka Anda akan diinformasikan melalui telepon untuk mendapatkan saran pemeriksaan selanjutnya (PCR Test atau Swab Test).

 

3. Rapid Test Antigen (Swab Antigen)

Swab antigen Covid-19 adalah tes usap untuk mendeteksi keberadaan antigen virus SARS-CoV-2 yang mengindikasikan terjadinya infeksi oleh virus tersebut pada tubuh seseorang. Tes mengambil sampel lewat usapan dari dalam hidung (nasofaring) atau tenggorok (orofaring). WHO menganjurkan penggunaan alat tes antigen setidaknya dengan sensitivitas 80 persen dan spesifitas 97 persen. Tes swab antigen dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih di laboratorium khusus. Terdapat dua kemungkinan hasil tes swab antigen, yaitu positif dan negatif.

Jika positif

  • Dilakukan tes konfirmasi dengan pemeriksaan RT-PCR
  • Isolasi sesuai dengan kondisi
  • Menerapkan protokol kesehatan

Jika negatif

  • Hasil negatif tidak menghilangkan kemungkinan terinfeksi virus SARS-CoV-2
  • Disarankan mengulang tes antigen atau menjalani tes konfirmasi dengan RT-PCR, terutama jika bergejala atau pernah berkontak erat dengan pasien terkonfirmasi Covid-19
  • Hasil negatif mungkin terjadi ketika kuantitas antigen spesimen kurang dari batas deteksi alat.

 

4. Apa yang dimaksud pemeriksaan antibody serologi?

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang sudah mempunyai antibody (kekebalan) terhadap virus tertentu. Apabila seseorang terinfeksi virus SARS CoV2, maka tubuh orang tersebut akan membentuk antibody spesifik terhadap virus SARS CoV2.

Bagaimana cara kerjanya?

  • Pada hari ke 5-7 setelah terinfeksi virus SARS CoV2 tubuh akan membentuk antibody IgM yang kemudian akan diikuti oleh timbulnya antibody IgG pada hari ke8-10. Ig M akan menghilang dan IgG akan bertahan lebih lama dalam tubuh dibandingkan IgM.
  • Antibody dalam darah dapat diperiksa dari sample darah kapiler (Rapid test) atau darah vena (Rapid Test / Antibody serologi).
  • Hasil pemeriksaan tersebut akan keluar dalam 1 hingga 2 hari kerja.

Apakah antibody serologi termasuk dalam rapid test ? Apa perbedaannya?

Fungsi dari pemeriksaan Rapid Test dan Serology Test adalah sama yaitu untuk mendeteksi adanya Antibody terhadap virus SARS CoV2. Namun yang berbeda adalah jenis sample dan metode/alat pemeriksaan dari Rapid Test dan Serology Test. Rapid  test menggunakan sample darah kapiler atau darah vena dan dikerjakan dengan metode immunochromatography, sedangkan Antibody serology menggunakan sample darah vena dan dikerjakan dengan metode immunochemiluminescent di alat khusus Immunology.

Baik Rapid Test maupun Antibody Serology Test masing-masing memiliki kelebihan. Kelebihan dari pemeriksaan Rapid Test adalah hasil bisa dibaca dalam waktu lebih cepat < 1×24 jam, sedangkan kelebihan pemeriksaan antibody serology adalah lebih sensitive dan dapat mengeliminasi kesalahan pengerjaan dan pembacaan secara manual.

Seberapa efektif antibody serologi dalam mendeteksi Covid-19?

Hasil pemeriksaan serology sangat tergantung pada fase infeksi dari virus, dan respon dari tubuh dalam membentuk antobodi terhadap virus. Pada awal infeksi antibodi belum dapat terdeteksi yang dapat menyebakan hasil pemeriksaan non-reaktif. Pada pasien dengan immunitas yang rendah antobodi juga dapat tidak terdeteksi, terhadap hal tersebut maka konsultasi dan pemeriksaan fisik terhadap pasien dari seorang dokter sangat dianjurkan.

Hasil pemeriksaan serology antibodi memberikan tingkat akurasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Rapid Test dikarenakan proses pemeriksaan sample dilakukan di dalam suatu alat/mesin khusus dan tidak banyak terpengaruh oleh lingkungan luar.

Kondisi pasien dengan kriteria apa saja yang harus melakukan pemeriksaan antibody serologi?

Pemeriksaan ini disarankan bagi seseorang dengan kategori suspek. Namun, Anda juga dapat melakukan pemeriksaan ini jika merasa memiliki gejala demam, batuk, atau sesak nafas meskipun tidak memiliki riwayat bepergian ke negara/wilayah di Indonesia yang melaporkan transmisi lokal atau ada riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/probable Covid-19

Kapan seseorang harus melakukan pemeriksaan antibody serologi?

Pemeriksaan antibody serologi dapat dilakukan pada hari ke 5-7 dari riwayat kontak atau pada hari keberapapun saat ada gejala. Pada hasil non reaktif maka dapat dilakukan pemeriksaan ulang setelah hari ke-7 dari pemeriksaan pertama.

 

Bagaimana Cara Pencegahan COVID-19?

Lakukan hal-hal berikut untuk melindungi diri Anda dari Covid-19:

  1. Hindari bepergian jika tidak benar-benar perlu. Jika harus pergi, gunakan masker dan usahakan tidak menggunakan transportasi umum.
  2. Rutin cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir. Bila tidak tersedia, gunakan hand sanitizer, terutama sebelum makan dan menyentuh area wajah.
  3. Bersihkan benda atau permukaan yang sering disentuh, termasuk telepon genggam.
  4. Jaga daya tahan tubuh dengan menerapkan gaya hidup sehat, seperti rutin berolahraga (dianjurkan olahraga selama 30 menit per hari, dengan total 150 menit per minggu), minum air putih setidaknya 8 gelas per hari, perbanyak makan buah dan sayuran, serta istirahat yang cukup.
  5. Jaga jarak aman dengan anggota keluarga lainnya atau orang lain setidaknya 1-1,5 Meter

 

Tanya Jawab Pendaftaran Layanan Covid-19

Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi PIC masing-masing cabang Primaya Hospital di bawah ini:

  • Primaya Hospital Bekasi Barat : Agus 08128258156
  • Primaya Hospital Bekasi Timur : Icha 081398700053
  • Primaya Hospital Bekasi Utara : Neni 081292864217 / Adm. +62 877-7385-3636
  • Primaya Hospital Evasari Jakarta : Ninik 082123400066
  • Primaya Hospital Tangerang :  Gina 08568660781
  • Primaya Hospital Betang Pambelum Palangka Raya : Setny 0811527701
  • Primaya Hospital Makassar : Fikran 081241981376
  • Primaya Hospital Karawang : Nungki 08111777811
  • Primaya Hospital Bhaktiwara : Wahyu 0821 7970 1619
  • Primaya Hospital Pasar Kemis : Ros 0895397062841
  • Primaya Hospital Sukabumi : Irfan 085659575147

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.