
Sering kali, saat kita bersentuhan pada suatu hal yang menyebabkan alergi, maka dapat berujung pada rasa gatal. Gatal pada kulit ini sejatinya respons kulit terhadap berbagai penyebab seperti alergi, iritasi kulit, maupun penyakit tertentu.
Gejalanya sendiri meliputi ruam merah pada kulit, bentol-bentol, kulit kering, dan bahkan bisa berdarah ketika digaruk berlebihan. Yuk cari tahu secara mendalam seputar iritasi kulit dan rincian lengkapnya di bawah ini!
Mengenal Iritasi Kulit
Iritasi kulit yaitu suatu respons inflamasi non imunologis pada kulit yang terjadi akibat paparan zat iritan yang merusak lapisan pelindung epidermis. Dalam medis, hal ini sering di sebut sebagai irritant contact dermatitis.
Kerusakan barrier kulit (stratum korneum) akibat paparan iritan menyebabkan pelepasan mediator inflamasi lokal. Juga dapat terjadi gangguan homeostasis epidermal dan aktivasi sel-sel imun lokal. Ini akan menyebabkan gejala khas seperti kemerahan, perih, dan gatal.
Meski tak mengancam nyawa, iritasi kulit dapat mengganggu kualitas hidup dan meningkatkan risiko infeksi sekunder.
Jadi, walau ternasuk kondisi dermatologis yang umum dan sering dianggap sepele, tapi kondisi ini bisa berdampak besar terhadap kenyamanan, estetika, maupun performa kerja seseorang.
Maka dari itu, diagnosis dan penanganan yang tepat tentunya dapat mencegah komplikasi kronis. Juga dapat menjaga integritas kulit sebagai salah satu pertahanan utama tubuh.
Gejala Iritasi Kulit
Umumnya, gejala yang tampak dari iritasi kulit yaitu berupa:
- Ruam kulit.
- Eritema (kemerahan kulit).
- Pruritus (gatal ringan hingga sedang).
- Sensasi terbakar.
- Sensasi perih.
- Kulit tangan kering dan pecah-pecah.
- Kulit bersisik.
- Pembengkakan
- Vesikel
- Ekskoriasi akibat garukan.
- Deskuamasi (pengelupasan kulit).
Gejala bisa muncul dalam beberapa menit hingga jam setelah paparan. Pada paparan kronis, gejala berkembang secara perlahan dan bisa tampak sebagai kulit menebal dan bahkan bisa timbul hiperpigmentasi.
Penyebab dan Faktor Risiko
Nah, sejatinya iritasi kulit sendiri disebabkan oleh zat fisik, kimia, atau lingkungan yang secara langsung merusak lapisan pelindung kulit. Beberapa contohnya:
- Detergen kuat dan sabun.
- Pelarut (alkohol, aseton).
- Air keras atau air kapur.
- Lateks atau plastik.
- Semen, bahan bangunan.
- Cuaca ekstrem (dingin atau panas).
- Gesekan berulang.
Lalu, untuk faktor risiko yang berperan mengakibatkan seseorang terkena kondisi ini meliputi:
Diagnosis oleh Dokter
Diagnosis iritasi kulit dilakukan secara klinis. Namun, terkadang membutuhkan pemeriksaan tambahan untuk menyingkirkan kemungkinan dermatitis alergi kontak atau kondisi kulit lain. Nah, diagnosisnya sendiri dapat melalui:
- Anamnesis. Dokter akan bertanya terkait riwayat paparan, durasi gejala, pekerjaan, dan juga penggunaan produk kulit.
- Pemeriksaan dermatologis. Identifikasi lesi, pola distribusi, simetris/tidak, lokasi predileksi.
- Uji tambalan (patch test). Dilakukan untuk membedakan iritasi vs reaksi alergi (negatif pada ICD).
- Biopsi kulit. Hanya jika dokter curiga adanya penyakit kulit lain seperti psoriasis atau dermatitis seboroik. Namun ini terbilang jarang dokter lakukan.
Penanganan & Obat
Tujuan utama pengobatan yaitu untuk mengembalikan fungsi barrier kulit dan juga mengurangi inflamasi serta gejala. Untuk penanganannya sendiri, dokter dapat melakukan beberapa metode berikut:
1)ย Eliminasi penyebab
- Menghindari zat iritan.
- Modifikasi lingkungan kerja atau alat pelindung.
2)ย Pemberian krim topikal
- Restorasi barrierkulit dengan emolien.
- Gunakan ceramide, petrolatum, lanolin.
3)ย Kortikosteroid topikal
- Untuk iritasi sedang hingga berat.
- Contohnya hydrocortisone, mometasone, betamethasone.
4)ย Antihistamin oral
- Jika gatal parah.
- Dapat menyebabkan kantuk sehingga cocok untuk mengatasi gangguan tidur.
5)ย Antibiotik topikal/oral
- Jika terjadi infeksi sekunder (impetiginisasi).
- Penggunaan antibiotik harus dengan resep.
6)ย Edukasi pasien
- Edukasi terkait cara perawatan kulit.
- Pentingnya penggunaan sabun yang ringan di kulit.
Komplikasi
Mengutip dari situs American Academy of Dermatology, bahwa kondisi ini umumnya bersifat ringan, tapi iritasi kulit yang tak ditangani dengan tepat bisa menimbulkan komplikasi seperti halnya:
- Yaitu penebalan kulit akibat garukan kronis.
- Infeksi sekunder. Bakteri (Staphylococcus aureus, Streptococcus) dapat masuk lewat kulit rusak.
- Hiperpigmentasi pasca inflamasi.
- Kerusakan permanen pada struktur kulit.
- Penurunan produktivitas kerja akibat nyeri dan rasa tidak nyaman.
Pencegahan Iritasi Kulit
Pencegahan merupakan kunci utama untuk menghindari kekambuhan iritasi kulit, khususnya bagi individu dengan risiko tinggi. Beberapa langkah yang perlu Anda terapkan agar terhindar dari kondisi ini meliputi:
- Gunakan sarung tangan pelindung saat bekerja dengan zat kimia.
- Hindari penggunaan sabun keras atau pembersih dengan alkohol tinggi.
- Gunakan pelembap secara teratur.
- Pilih produk hipoalergenikatau dermatologically tested.
- Edukasi diri tentang zat/zona iritan di lingkungan sekitar.
- Keringkan kulit dengan handuk lembut, hindari menggosok terlalu kuat.
Kapan Harus ke Dokter?
Meskipun iritasi kulit bisa sembuh sendiri dengan perawatan mandiri, Anda harus segera konsultasi ke dokter spesialis kulit jika:
- Gejala tak membaik >7 hari walau sudah menghindari iritan.
- Muncul nanah, luka terbuka, atau demam (tanda infeksi sekunder).
- Gatal ekstrem hingga mengganggu tidur.
- Ruam menyebar luas dan cepat.
- Tidak yakin apakah gejala disebabkan iritasi atau alergi.
- Riwayat dermatitis atopik atau penyakit kulit lain.
Narasumber:
dr. Suci Leni Mimanda, Sp. DVE
Spesialis Dermatologi, Venereologi, dan Estetika
Primaya Hospital Karawang
Referensi:
- Skin Allergy. https://acaai.org/allergies/types/skin-allergies. Diakses pada 22 Juni 2025.
- https://www.aad.org/public/everyday-care/itchy-skin/rash. Diakses pada 22 Juni 2025.
- Skin Rashes and Other Skin Problems. https://familydoctor.org/symptom/skin-rashes-skin-problems. Diakses pada 22 Juni 2025.
- Everything You Need to Know About Rashes. https://www.healthline.com/health/rashes. Diakses pada 22 Juni 2025.
- Rashes in Children. https://www.merckmanuals.com/home/children-s-health-issues/symptoms-in-infants-and-children/rashes-in-children. Diakses pada 22 Juni 2025.
- What Is Eczema? https://nationaleczema.org/eczema/. Diakses pada 22 Juni 2025.