Pengapuran sendi atau osteoartritis adalah penyakit yang bersifat kronis dan dapat membuat penderitanya menghadapi keterbatasan mobilitas sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Karena itu, perlu intervensi medis untuk mengatasinya. Ada berbagai macam tindakan yang bisa menjadi opsi penanganan osteoartritis, termasuk synovectomy yang umumnya dipilih ketika terjadi peradangan pada sinovium, yakni lapisan jaringan lunak yang melapisi bagian dalam sendi.
Mengenal Synovectomy
Synovectomy adalah prosedur medis yang dilakukan untuk mengangkat atau mengurangi sebagian atau seluruh jaringan yang melapisi sendi alias sinovium. Sinovium berperan menghasilkan cairan sinovial. Fungsinya adalah menjadi pelumas dan menutrisi sendi. Dalam kasus tertentu, sinovium bisa mengalami peradangan atau pertumbuhan berlebihan hingga memicu masalah pada sendi.
Dokter bisa menyarankan pasien menjalani synovectomy ketika adalah masalah sinovium. Selain osteoartritis, kondisi yang mungkin diatasi dengan synovectomy termasuk reumatoid artritis. Baik osteoartritis maupun reumatoid artritis bisa menyerang sendi mana pun pada manusia, seperti lutut, panggul, tangan, pergelangan tangan/kaki, dan bahu.
Synovectomy dapat dilakukan dengan metode bedah terbuka ataupun artroskopi yang merupakan prosedur minimal invasif. Dengan metode bedah terbuka, dokter akan melakukan pembedahan pada jaringan di sekitar sendi yang terkena. Adapun melalui artroskopi, dokter hanya perlu membuat sayatan kecil untuk memasukkan alat kecil. Selain itu, ada prosedur radiasi dengan cara menyuntikkan zat radioaktif ke sendi dan kimiawi lewat penyuntikan obat ke dalam sendi untuk menghancurkan sinovium.
Melalui synovectomy, gejala seperti nyeri dan keterbatasan gerakan yang berkaitan dengan masalah persendian tersebut bisa berkurang. Untuk mengatasi artritis pada pergelangan tangan, misalnya, menurut sebuah studi, prosedur ini dapat mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan fungsi sehingga bisa membuat individu yang mengalaminya kembali bekerja.
Siapa Saja yang Memerlukan Synovectomy
Orang yang mengalami masalah persendian mungkin memerlukan synovectomy. Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan dulu untuk memastikan pasien adalah kandidat yang tepat untuk menjalani prosedur tersebut. Synovectomy umum diterapkan untuk bagian sendi berikut ini:
- Pergelangan kaki
- Lutut
- Panggul
- Siku
- Bahu
- Pergelangan tangan
- Jari
Adapun masalah yang bisa menyerang bagian sendi tersebut meliputi:
- Osteoartritis atau pengapuran sendi, biasanya disebabkan oleh faktor usia
- Reumatoid artritis, gangguan imun yang menyebabkan peradangan sendi
- Hemofilia, gangguan pembekuan darah yang bisa memicu perdarahan berlebihan dalam sendi
- Pertumbuhan tumor dalam sinovium atau sekitar sendi
- Gangguan sinovial lain yang menyebabkan kerusakan atau pertumbuhan jaringan sinovial berlebihan, seperti pigmented villonodular synovitis (PVNS)
Kapan Seseorang Memerlukan Synovectomy
Pasien yang tak menunjukkan tanda-tanda perbaikan gejala ketika mendapat pengobatan untuk masalah sendinya bisa dirujuk ke ahli bedah ortopedi untuk berkonsultasi perihal kemungkinan menjalani synovectomy. Nantinya dokter akan melihat apakah pasien memerlukan synovectomy atau tidak dan bila perlu, apakah hanya sebagian sinovium yang diangkat atau harus seluruhnya.
Misalnya pasien yang sudah menjalani terapi pengobatan selama lebih dari enam bulan tapi masih ada bagian sendi yang mengalami peradangan. Dalam hal ini, synovectomy mungkin diperlukan untuk mengurangi sinovium sehingga obat-obatan lebih efektif dalam meredakan gejala nyeri sendi.
Manfaat/Tujuan
Prosedur synovectomy memiliki sederet manfaat/tujuan, bergantung pada kondisi pasien yang menjalani perawatan. Berikut ini beberapa di antaranya:
- Mengurangi peradangan kronis pada sendi sehingga bisa meredakan nyeri, pembengkakan, dan gejala lain yang berkaitan
- Mencegah kerusakan jaringan sendi dan tulang rawan yang dapat terjadi akibat peradangan sinovium
- Menghilangkan jaringan yang tumbuh berlebihan dan menimbulkan gangguan pada sendi, seperti tumor jinak pada sinovium
- Meningkatkan rentang gerak pada bagian sendi yang terpengaruh sehingga kualitas hidup dan kemampuan fungsional pun meningkat
- Mengatasi risiko perdarahan berulang yang bisa terjadi di dalam sendi pada pasien hemofilia
- Memungkinkan diagnosis lebih lanjut bila ada tanda-tanda masalah lain di dalam sendi yang membutuhkan pemeriksaan mendalam secara langsung
Persiapan Sebelum Menjalani Synovectomy
Pasien perlu menjalani konsultasi dan evaluasi sebagai persiapan sebelum menjalani synovectomy. Dokter juga akan memberi informasi mengenai larangan atau batasan yang mesti dipatuhi sebelum prosedur berlangsung demi hasil yang sesuai dengan harapan.
Pasien perlu berkonsultasi dengan ahli anestesi dulu karena pelaksanaan synovectomy memerlukan prosedur anestesi. Selain itu, dokter akan mengecek sendi yang terpengaruh dan rentang geraknya serta mengevaluasi riwayat kesehatan pasien. Guna memperoleh gambaran sendi yang detail, dokter akan meminta pasien menjalani tes pencitraan seperti MRI, USG, atau rontgen.
Adapun tes pra-operasi yang diperlukan sebagai persiapan antara lain tes darah, tes urine, elektrokardiogram, tes fungsi hati, dan tes laboratorium lain nya apabila dibutuhkan sesuai indikasi. Dokter memerlukan informasi tentang obat rutin dan suplemen yang dikonsumsi pasien. Beberapa jenis obat seperti aspirin dan ibuprofen terlarang diminum selama dua minggu sebelum prosedur. Pasien juga umumnya harus berpuasa selama 8-10 jam sebelum tindakan.
Prosedur dan Pelaksanaan
Terdapat dua macam prosedur utama untuk synovectomy, yakni bedah terbuka dan artroskopi. Tahap awalnya sama, yakni persiapan pasien dengan pemberian anestesi dan pemasangan peralatan untuk memantau kondisi pasien.
Bedah terbuka
- Dokter membuat sayatan pada kulit di area sendi
- Jaringan lunak dibedah untuk mengidentifikasi sinovium yang abnormal
- Lewat pembedahan itu, sebagian atau seluruh lapisan sinovium diangkat
- Kotoran atau benda lain di rongga sendi juga akan dihilangkan
- Dokter menghilangkan jaringan parut dan lalu menjahit lagi jaringan lunak serta kulit dan menutup luka dengan perban
Artroskopi
- Dokter membuat tiga atau empat sayatan kecil pada kulit di area sendi
- Lewat salah satu sayatan, dokter memasukkan instrumen medis berbentuk tabung tipis dengan kamera pada ujungnya yang disebut artroskop agar dapat mengamati bagian dalam sendi dengan lebih detail
- Melalui sayatan lain, dokter memasukkan peralatan bedah kecil
- Dengan peralatan tersebut, dokter mengangkat sinovium yang berlebihan
- Seusai prosedur, peralatan yang digunakan diangkat keluar dan bekas sayatan ditutup dengan jahitan dan diperban
Perawatan Pasca Synovectomy
Perawatan pasca synovectomy mencakup pemulihan di rumah sakit, perawatan luka, dan terapi fisik. Seusai operasi, pasien akan dibawa ke ruang pemulihan hingga kondisinya stabil dan bisa dipindahkan ke bangsal perawatan umum. Pasien mungkin perlu menjalani rawat inap satu malam.
Sebelum pulang, tim medis akan memberi informasi tentang perawatan luka bekas operasi di rumah. Dokter akan memberikan obat pereda nyeri untuk mengatasi nyeri yang terasa di rumah. Agar kekuatan dan kelenturan sendi lekas pulih, pasien akan diminta menggerakkan sendi itu sesuai dengan instruksi dokter.
Pasien juga perlu menjalani terapi fisik untuk meningkatkan fungsi sendi dan kekuatan otot. Hindari aktivitas berat selama setidaknya enam minggu atau sesuai petunjuk dokter.
Adakah Efek Samping Setelah Synovectomy
Risiko efek samping synovectomy yang bisa muncul termasuk:
- Infeksi
- Perdarahan
- Terbentuknya jaringan parut
- Reaksi terhadap anestesi
Adapun komplikasi dengan kemungkinan kejadian sangat jarang yang berkaitan dengan prosedur ini meliputi:
- Kerusakan ligamen dan tulang rawan
- Kerusakan saraf dan pembuluh darah
- Penggumpalan darah di kaki
- Kekakuan sendi
Synovectomy di Primaya Hospital
Primaya Hospital siap memberikan layanan synovectomy dengan prosedur ketat dan aman untuk pasien yang menunjukkan gejala masalah pada sinovium sendinya. Berdasarkan hasil pemeriksaan dan evaluasi, dokter akan merekomendasikan jenis synovectomy yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi medis pasien.