Gangguan irama detak jantung atau aritmia memerlukan penanganan medis untuk mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup individu yang mengalaminya. Salah satu prosedur yang biasa ditempuh untuk mengatasi aritmia adalah ablasi jantung yang mencakup ablasi jantung secara konvensional atau ablation conventional dan ablasi jantung 3 dimensi.
Mengenal Ablasi Jantung
Ablasi Jantung adalah bagian dari prosedur medis yang umumnya dilakukan untuk memulihkan irama detak jantung yang mengalami gangguan. Tindakan ablasi biasanya dijalankan seusai studi elektrofisiologi yang dilakukan untuk mengidentifikasi pemicu aritmia.
Penggunaan istilah konvensional dalam ablation conventional merujuk pada metode atau teknik yang efektivitasnya sudah terbukti serta sudah diterapkan dalam praktik klinis selama beberapa waktu. Prosedur ini pun masih menjadi salah satu pendekatan utama dalam penanganan aritmia. Tujuannya adalah menghancurkan atau memodifikasi jaringan yang menyebabkan gangguan irama detak jantung.
Dokter melakukan prosedur Ablasi Jantungย dengan alat mapping atau pemetaan 2 dimensi (fluoroskopi) serta pemantauan konduksi listrik secara berkelanjutan. Fluoroskopi adalah teknik pencitraan medis dengan sinar-X secara real-time yang dapat menghasilkan gambar bergerak dari bagian dalam tubuh, termasuk jantung.
Penggunaan fluoroskopi dalam tindakan ablation conventional bertujuan memberi panduan bagi dokter untuk memastikan kateter diarahkan dengan benar dan ablasi dilakukan dengan akurat. Dengan begitu, kemungkinan keberhasilan prosedur lebih besar dan risiko komplikasi bisa dihindari.
Siapa Saja yang Memerlukan Ablasi Jantung
Ablation conventional lazim dilakukan untuk mengatasi aritmia. Aritmia sendiri terdiri atas beberapa jenis, seperti:
- Fibrilasi atrium atau atrial fibrilasi: denyut jantung tak beraturan karena serat jaringan di serambi atau atrium jantung tak berkontraksi secara teratur
- Takikardia supraventrikular: irama detak jantung terlalu cepat akibat berlebihnya impuls listrik di area serambi jantung
- Takikardia ventrikel: denyut jantung terlalu cepat yang bersumber dari bilik atau ventrikel jantung
- Flutter atrium atau atrial flutter: irama detak jantung lebih cepat dari normal karena impuls listrik memutari serambi jantung dalam pola tertentu
Selain itu, ablasi jantung dengan kateter telah terbukti sebagai terapi yang sangat efektif dan aman bagi pasien sindrom Wolff-Parkinson-White.
Kapan Seseorang Memerlukan Ablasi Jantung
Ablation conventional kerap menjadi opsi pengobatan bagi individu yang mengalami masalah irama detak jantung yang tidak normal dan tak dapat diatasi dengan metode penanganan lain. Begitu pula jika kondisi tersebut sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Meski begitu, dokter ahli jantung yang bisa mempertimbangkan kapan seseorang memerlukan tindakan ini berdasarkan sejumlah faktor, seperti:
- Frekuensi dan tingkat keparahan gejala yang dialami dalam hidup sehari-hari
- Potensi peningkatan risiko jika aritmia tak segera ditangani
- Respons atau toleransi terhadap obat-obatan
- Riwayat medis pasien dan keluarga, termasuk riwayat penyakit jantung dan masalah kesehatan lain
- Usia dan kondisi kesehatan pasien secara umum
Manfaat/Tujuan
Prosedur ablation conventional memiliki tujuan utama memulihkan irama detak jantung yang sebelumnya tak normal karena berbagai penyebab. Dengan demikian, manfaat lain yang bisa diambil oleh pasien termasuk:
- Mengatasi atau meringankan gejala seperti sesak napas, kelelahan ekstrem, jantung berdebar-debar, dan pusing
- Membuat aktivitas sehari-hari lebih lancar tanpa gangguan gejala
- Meningkatkan kualitas hidup
- Menekan risiko komplikasi, terutama stroke yang bisa melumpuhkan dan mengancam jiwa
- Menghindari ketergantungan pada obat, terutama jika pasien punya masalah medis lain yang juga membutuhkan pengobatan rutin
- Menghindari keharusan menjalani operasi terbuka yang lebih berisiko dan butuh waktu pemulihan lebih lama
- Mencegah kematian mendadak yang bisa terjadi akibat gangguan irama detak jantung, termasuk takikardia ventrikel yang membahayakan
Persiapan Sebelum Menjalani Ablation Conventional
Sebelum menjalani prosedur ablation conventional, pasien umumnya akan diminta:
- Puasa makan dan minum selama 6 jam sebelum prosedur berlangsung
- Berhenti mengonsumsi obat-obatan tertentu setidaknya 3 hari sebelum tindakan, seperti obat diabetes jika ada diabetes
- Tidak mengenakan perhiasan atau aksesori apa pun pada tubuh saat datang ke rumah sakit
- Menjalani pemeriksaan pra-tindakan, seperti tes fisik, tes darah, serta pemetaan elektrofisiologi yang lebih detail
Dokter atau perawat akan memberikan informasi lebih lanjut mengenai apa saja yang mesti dipersiapkan untuk menjalani prosedur ini.
Prosedur dan Pelaksanaan
Prosedur ablation conventional berlangsung di ruangan rumah sakit. Pasien biasanya akan dibawa ke ruangan itu dengan kursi roda setelah berganti pakaian dengan gaun khusus. Sesampai di ruangan, pasien akan diminta berbaring di atas meja tindakan dan dipasangi elektroda pada dada untuk memantau kondisi jantung.
Untuk membantu pasien rileks, perawat akan memberikan obat penenang lewat slang infus di lengan. Adapun pelaksanaan tindakan mencakup:
- Pemberian anestesi lokal pada area paha setelah dicukur
- Memasukkan kateter lewat pangkal paha ke pembuluh darah
- Mengarahkan kateter ke jantung dengan bantuan alat sinar-X
- Jantung dibuat berdetak dengan kecepatan berbeda menggunakan impuls listrik
- Detak jantung direkam untuk dianalisis dengan peralatan khusus
- Dengan kateter elektrofisiologi, dokter memetakan aktivitas kelistrikan jantung guna mengidentifikasi area jantung yang bermasalah dan memicu aritmia
- Setelah sumber masalah teridentifikasi, dokter melakukan prosedur ablasi memakai kateter khusus dengan elemen pemanas atau elemen pendingin untuk menghancurkan atau memodifikasinya
- Selama dan sesudah ablasi, tim medis terus memantau aktivitas jantung lewat elektroda pada dada pasien
- Bila irama detak jantung telah membaik, peralatan dikeluarkan dari tubuh pasien dan bekas luka ditutup
Perawatan Pasca Ablasi Jantung
Prosedur ablation conventional bisa berlangsung hingga 4 jam atau lebih. Setelah prosedur selesai, dokter akan mengecek kondisi pasien lebih lanjut sebelum dibawa ke ruang pemulihan. Tim medis akan memantau aktivitas jantung dengan saksama untuk memastikan aritmia telah hilang. Ikuti petunjuk dokter agar pemulihan berjalan lancar, seperti:
- Banyak beristirahat dan menghindari aktivitas fisik yang berat hingga kondisi sudah stabil sesuai dengan hasil evaluasi dokter
- Minum obat penghilang rasa sakit atau anti-aritmia sesuai dengan resep dokter
- Jaga kebersihan area luka di paha tempat kateter dimasukkan
- Perhatikan gejala yang bisa muncul dan membahayakan, seperti nyeri dada intens, sesak napas berat, detak jantung tak beraturan, atau tanda-tanda infeksi
- Menerapkan gaya hidup sehat, seperti berolahraga secara rutin, menjaga berat badan sehat, dan menghindari faktor risiko penyakit jantung
Beberapa minggu atau bulan seusai prosedur, pasien biasanya perlu menjalani pemeriksaan lebih lanjut sesuai dengan instruksi dokter.
Adakah Efek Samping Setelah Ablasi Jantung
Selama ini ablation conventional dikenal sebagai prosedur yang aman untuk mengatasi aritmia. Banyak pasien yang bisa kembali ke aktivitas sehari-hari setelah beberapa hari. Namun dalam dua hingga tiga hari seusai tindakan, wajar jika pasien merasa sangat lelah dan nyeri di area paha yang sebelumnya menjadi tempat masuknya kateter. Selain itu, kadang pasien merasa detak jantungnya cepat, tak beraturan, atau melompat-lompat (palpitasi).
Ablasi Jantung di Primaya Hospital
Primaya Hospital memiliki tim medis yang berpengalaman dalam melakukan tindakan ablation conventional ataupun prosedur lain untuk mengatasi gangguan irama detak jantung. Dengan peralatan dan fasilitas modern, pasien bisa merasa nyaman dan aman dalam menjalani prosedur ablasi hingga pulih dan kembali ke rutinitas sehari-hari.
Butuh Rekomendasi Dokter Terbaik, Rumah Sakit dan Perkiraan Biaya Operasi
Tunggu Apalagi, Hubungi PIC Kami untukย Konsultasi Gratis terkait Tindakan/Operasi Elektif Anda