Setiap orang memiliki sistem imun yang berfungsi mempertahankan tubuh dari serangan penyakit. Tapi, pada beberapa orang, sistem kekebalan tubuh ini justru bisa menyerang tubuh sendiri. Menariknya, kondisi yang disebut autoimun ini lebih sering didapati pada wanita daripada pria. Apa itu autoimun pada wanita dan seluk-beluknya akan dibahas dalam artikel ini.
Mengenal Autoimun pada Wanita
Penyakit autoimun adalah sekelompok kondisi ketika sistem imun salah mengenali sel-sel sehat tubuh sebagai ancaman asing seperti virus atau bakteri. Akibatnya, sistem ini justru menyerang jaringan tubuh yang sehat dengan menghasilkan antibodi yang bisa mengakibatkan kerusakan pada jaringan dan organ seperti sendi, kulit, kelenjar tiroid, hingga ginjal dan otak. Dalam Enhancing NIH Research on Autoimmune Disease disebutkan kasus autoimun pada wanita lebih banyak dibanding pada pria dengan angka sekitar 75 persen.
Hingga kini terdapat lebih dari 100 jenis penyakit autoimun yang telah teridentifikasi, dari yang menyerang organ spesifik seperti tiroiditis Hashimoto (kelenjar tiroid) hingga yang sistemik seperti lupus eritematosus sistemik (SLE) yang dapat mempengaruhi seluruh tubuh. Menurut artikel di Stanford Medicine News Center tentang studi kenapa autoimun pada wanita lebih banyak daripada pria disebutkan rasio kasus lupus bisa mencapai 9 wanita berbanding 1 pria.
Selain tiroiditis Hashimoto dan lupus, jenis penyakit autoimun pada wanita yang umum meliputi:
- Reumatoid artritis: peradangan kronis pada sendi
- Sindrom Sjögren: sistem imun menyerang kelenjar yang memproduksi kelembapan, seperti kelenjar air mata dan air liur
- Multiple sclerosis: sistem kekebalan tubuh menggerogoti lapisan pelindung saraf
Menurut riset di American Journal of Public Health, penyakit autoimun sering menjadi penyebab utama kematian pada wanita muda dan paruh baya. Artinya, penyakit autoimun pada wanita sangat serius.
Gejala Autoimun pada Wanita
Salah satu tantangan terbesar dalam mendiagnosis penyakit autoimun, terutama autoimun pada wanita, adalah gejalanya yang seperti masalah kesehatan lain dan timbul-tenggelam. Gejala ini juga tergantung organ apa yang terpengaruh oleh serangan sistem imun.
Gejala Umum (Sistemik)
- Kelelahan kronis (fatigue): rasa lelah yang ekstrem dan tidak membaik meskipun sudah beristirahat.
- Nyeri sendi dan otot: rasa sakit atau kaku yang berpindah-pindah atau menetap tanpa adanya cedera fisik yang jelas.
- Demam derajat rendah: peningkatan suhu tubuh ringan yang muncul tanpa infeksi.
- Kabut otak (brain fog): kesulitan berkonsentrasi, masalah ingatan, atau merasa lambat dalam berpikir.
- Perubahan kulit dan rambut: rambut rontok yang parah, ruam yang tidak biasa, atau kulit yang sangat sensitif terhadap sinar matahari.
Gejala Spesifik (Tergantung Organ yang Diserang)
- Mata dan mulut kering: khas gejala sindrom Sjögren’s
- Ruam kupu-kupu (malar rash): ruam merah di pipi dan pangkal hidung, sering dikaitkan dengan lupus
- Perubahan berat badan: kenaikan atau penurunan berat badan yang drastis, sering terjadi pada penyakit tiroid autoimun
- Fenomena Raynaud: jari-jari tangan atau kaki menjadi pucat, dingin, atau mati rasa saat terpapar suhu dingin
- Gangguan saraf: mati rasa, kesemutan, kelemahan otot, terutama padamultiple sclerosis
Gejala-gejala ini dapat muncul/memburuk (flare) dan hilang/mereda (remisi). Pola ini sering membuat pasien dan bahkan dokter kesulitan mengaitkannya dengan penyakit kronis sehingga memperlambat proses diagnosis.
Penyebab Autoimun pada Wanita
Hingga kini para ilmuwan masih berupaya menemukan penyebab pasti penyakit autoimun, termasuk kenapa autoimun pada wanita lebih banyak daripada pria. Ada dugaan kuat bahwa penyakit autoimun dipengaruhi oleh interaksi beberapa faktor:
Genetik
Secara genetik, wanita memiliki dua kromosom X (XX), sementara pria satu X dan satu Y (XY). Kromosom X mengandung banyak gen yang mengatur fungsi sistem kekebalan. Karena adanya dosis ganda gen itu, wanita lebih rentan terhadap kelainan imun. Selain itu, untuk menyeimbangkan dosis gen, salah satu kromosom X dinonaktifkan secara acak. Tapi penonaktifan ini bisa menghasilkan molekul tertentu yang dianggap sebagai benda asing oleh sistem imun sehingga memunculkan autoantibodi.
Hormon seks
Estrogen dapat meningkatkan aktivitas sel B yang memproduksi antibodi dan sel T yang mengatur kekebalan sehingga membuat sistem imun wanita lebih kuat dan lebih cepat bereaksi terhadap patogen. Namun respons yang lebih kuat ini juga meningkatkan risiko kesalahan produksi antibodi yang menyerang tubuh sendiri.
Faktor lingkungan
Faktor lingkungan bertindak sebagai pemicu yang melepaskan potensi genetik dan hormonal. Ini termasuk:
- Infeksi virus atau bakteri tertentu yang mirip dengan protein tubuh (molecular mimicry) sehingga sistem imun keliru menyerang keduanya.
- Pola makan tinggi lemak jenuh, gula, dan makanan olahan.
- Stres kronis, merokok, dan paparan toksin lingkungan, termasuk sinar ultraviolet.
Cara Dokter Mendiagnosis Autoimun pada Wanita
Diagnosis penyakit autoimun pada wanita ataupun pria tidak mudah karena gejalanya sering mirip dengan gangguan kesehatan lain. Proses diagnosis biasanya meliputi:
- Anamnesis detail: dokter menanyakan gejala, lama berlangsung, riwayat keluarga, serta faktor risiko lingkungan.
- Pemeriksaan fisik: mencari tanda khas seperti ruam lupus, sendi bengkak, atau pembesaran kelenjar tiroid.
- Tes laboratorium:
- Tes antibodi, misalnya antinuclear antibodyuntuk lupus.
- RF (rheumatoid factor) dan anti-CCP untuk reumatoid artritis.
- TSH dan TPO antibodyuntuk penyakit tiroid.
- Pencitraan: MRI digunakan untuk mendeteksi lesi otak pada multiple sclerosis.
- Biopsi: pengambilan sampel jaringan seperti kelenjar ludah untuk Sjögren atau ginjal untuk lupus.
Cara Mengatasi Autoimun pada Wanita
Hingga kini belum ada obat yang benar-benar menyembuhkan penyakit autoimun pada wanita dan pria. Terapi bertujuan mengendalikan gejala, mencegah kerusakan organ, dan meningkatkan kualitas hidup. Di antaranya:
- Obat imunosupresif (penekan imun) seperti methotrexate, azathioprine, atau mycophenolate mofetil yang efektif untuk gejala reumatoid artritis dan lupus.
- Kortikosteroid untuk meredakan peradangan akut.
- Agen biologis (terapi target molekuler) yang menargetkan molekul atau sel spesifik dalam sistem imun.
- Terapi simptomatik, seperti obat nyeri, fisioterapi, atau tetes mata khusus untuk Sjögren.
- Perubahan gaya hidup yang meliputi pola makan seimbang, cukup tidur, olahraga ringan, dan manajemen stres.
Komplikasi Autoimun pada Wanita
Bila tidak dikendalikan, penyakit autoimun pada wanita bisa menimbulkan komplikasi serius, antara lain:
- Kerusakan organ permanen (ginjal pada lupus, sendi pada reumatoid artritis, saraf pada multiple sclerosis).
- Peningkatan risiko kardiovaskular, termasuk serangan jantung.
- Osteoporosis akibat penggunaan kortikosteroid jangka panjang.
- Gangguan kehamilan. Lupus dan sindrom antifosfolipid meningkatkan risiko keguguran atau preeklamsia.
- Penurunan kualitas hidup kronis.
- Masalah kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, dan rasa terisolasi.
Pencegahan Autoimun pada Wanita
Adanya pengaruh faktor genetik membuat penyakit autoimun pada wanita sulit dicegah. Namun ada langkah yang terbukti menurunkan risiko pemburukan gejala dan memperlambat perkembangan penyakit:
- Menghindari merokok.
- Melindungi kulit dari sinar matahari berlebih.
- Menerapkan pola makan tinggi serat, buah, sayur, lemak sehat, serta rendah gula olahan.
- Berolahraga teratur dengan intensitas ringan–sedang, misalnya yoga, berenang, atau jalan cepat.
- Mengurangi paparan terhadap bahan kimia, logam berat, dan polusi.
- Mengelola stres, misalnya dengan meditasi dan rutin menjalani hobi.
Kapan Harus ke Dokter?
Penyakit autoimun pada wanita kerap telat didiagnosis karena gejalanya yang tidak spesifik. Maka sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter bila merasakan gejala tersebut dan memiliki faktor risiko autoimun. Dengan diagnosis lebih dini, dokter bisa memberikan terapi tepat waktu dan mencegah risiko komplikasi, termasuk kerusakan organ permanen.
Narasumber:
Spesialis Penyakit Dalam
Primaya Hospital Inco Sorowako
Referensi:
- Autoimmune diseases: a leading cause of death among young and middle-aged women in the United States. https://ajph.aphapublications.org/doi/abs/10.2105/AJPH.90.9.1463. Diakses 20 September 2025
- Stanford Medicine-led study shows why women are at greater risk of autoimmune disease. https://med.stanford.edu/news/all-news/2024/02/women-autoimmune.html. Diakses 20 September 2025
- Autoimmune Disease in Women: Endocrine Transition and Risk Across the Lifespan. https://www.frontiersin.org/journals/endocrinology/articles/10.3389/fendo.2019.00265/full. Diakses 20 September 2025
- Why women have more autoimmune diseases than men: An evolutionary perspective. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7980266/. Diakses 20 September 2025
- Background on Autoimmune Diseases. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK605884/. Diakses 20 September 2025
- ANA (Antinuclear Antibody) Test. https://medlineplus.gov/lab-tests/ana-antinuclear-antibody-test/. Diakses 20 September 2025
- Role of “Western Diet” in Inflammatory Autoimmune Diseases. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4034518/. Diakses 20 September 2025
- Diagnostic Testing and Interpretation of Tests for Autoimmunity. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC2832720/. Diakses 20 September 2025
- Immunosuppressants. https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/10418-immunosuppressants. Diakses 20 September 2025
- Everything You Need to Know about Immunosuppressants. https://www.arthritis.org/drug-guide/medication-topics/immunosuppressant. Diakses 20 September 2025



