• Contact Center
  • 1500 007
  • Chatbot

Terapi Saraf Kejepit, Kapan Diperlukan?

Terapi Saraf Kejepit

Saraf kejepit adalah salah satu kondisi yang sangat mengganggu dan bahkan melumpuhkan karena gejalanya yang berupa rasa nyeri tak tertahankan. Untuk mengatasinya, ada beberapa pilihan penanganan medis yang tersedia. Salah satunya adalah terapi saraf kejepit yang kerap dipilih karena tak melibatkan operasi terbuka. Apa itu terapi saraf kejepit dan bagaimana prosedur hingga efek sampingnya akan dibahas dalam artikel ini.

Mengenal Terapi Saraf Kejepit

Saraf kejepit terjadi ketika saraf tertekan oleh jaringan di sekitarnya, seperti tulang, tulang rawan, otot, atau tendon. Tekanan ini mengganggu fungsi saraf dan menyebabkan rasa sakit, kesemutan, mati rasa, atau kelemahan, biasanya pada punggung bawah atau leher. Terapi saraf kejepit adalah serangkaian prosedur medis yang dirancang untuk menghilangkan tekanan tersebut dan memulihkan fungsi saraf.

Terapi saraf kejepit di sini mengacu pada prosedur non-bedah atau manajemen konservatif yang melibatkan penggunaan obat-obatan dan fisioterapi. Banyak pasien yang didiagnosis mengalami saraf kejepit memilih terapi ini karena berbagai hal, antara lain ingin menghindari risiko operasi yang dianggap lebih besar dan terkait dengan biayanya.

Di Korea Selatan, misalnya, sebuah studi di jurnal Healthcareย menemukan peningkatan tren penggunaan terapi non-bedah untuk mengatasi herniasi diskus lumbal dengan radikulopati alias saraf kejepit sejak 2012 hingga 2024.

Pada 2023, Badan Kesehatan Dunia (WHO)ย pun mengeluarkan pedoman konsensus mengenai gangguan nyeri kronis punggung bawah yang menekankan pentingnya intervensi non-bedah. Meski begitu, penerapan terapi saraf kejepit non-bedah bergantung pada kondisi dan preferensi pasien masing-masing.

Siapa Saja yang Memerlukan Terapi Saraf Kejepit?

Secara umum, mereka yang membutuhkan terapi saraf kejepit adalah individu yang mengalami gejala neurologis akibat kompresi saraf. Di antaranya:

  • Pekerja kantoran dan pengguna gawai yang kerap duduk terlalu lama dengan postur tubuh buruk atau menunduk menatap layar ponsel sehingga dapat meningkatkan tekanan pada tulang belakang leher dan punggung bawah.
  • Pekerja fisik berat yang sering mengangkat benda berat dengan teknik yang salah sehingga sangat rentan mengalami saraf kejepit di punggung bawah.
  • Lansia yang rentan terhadap tekanan saraf karena diskus (bantalan) tulang belakang yang kehilangan kadar air dan fleksibilitasnya seiring dengan bertambahnya usia.
  • Penderita obesitas atau berat badan berlebih yang membuat tulang belakang mendapat tekanan ekstra dan meningkatkan risiko nyeri punggung serta masalah bantalan tulang belakang.
  • Atlet yang kerap melakukan gerakan repetitif atau mengalami cedera olahraga yang menyebabkan pergeseran struktur tulang hingga menekan saraf.
  • Pasien yang takut atau tidak bisa dioperasi, antara lain karena ada penyakit penyerta yang membuat operasi terlalu berisiko.
Baca Juga:  Prosedur Deep Brain Stimulation untuk Parkinson

Kapan Seseorang Memerlukan Terapi Saraf Kejepit?

Makin dini terapi saraf kejepit dimulai, makin cepat proses penyembuhannya. Terapi ini sebaiknya segera dijalani jika:

  • Nyeri tidak hilang dengan istirahat selama lebih dari 3-7 hari meskipun sudah mengurangi aktivitas.
  • Nyeri menjalar ke bagian tubuh lain.
  • Sulit membungkuk, menoleh, atau menegakkan badan karena otot terasa terkunci.
  • Merasa kesemutan yang timbul-tenggelam.

Manfaat dan Tujuan Terapi Saraf Kejepit

Tujuan utama terapi saraf kejepit non-bedah bukan sekadar menghilangkan rasa sakit, melainkan juga mengatasi sumber saraf kejepit itu sendiri. Rinciannya:

  • Mengurangi pembengkakan dan peradangan saraf.
  • Merelaksasi otot yang tegang di sekitar saraf.
  • Melatih tubuh untuk kembali ke posisi anatomis yang benar sehingga beban tidak bertumpu pada saraf yang sakit.
  • Menguatkan otot penyangga (core muscle) pada perut dan punggung.

Persiapan Sebelum Menjalani Terapi Saraf Kejepit

Agar terapi saraf kejepit memberikan hasil yang optimal, persiapan yang baik diperlukan. Hal pertama yang dibutuhkan adalah berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan diagnosis dan menentukan jenis terapi yang tepat. Langkah persiapan berikutnya bergantung pada jenis terapi yang dijalani.

Yang pasti, pasien harus berkomunikasi secara terbuka dengan dokter atau fisioterapis yang menangani. Sampaikan riwayat kesehatan lengkap, tingkat nyeri, dan keterbatasan yang dirasakan. Ini membantu mereka merancang program yang personal dan aman.

Prosedur dan Pelaksanaan Terapi Saraf Kejepit

Terapi saraf kejepit non-bedah di rumah sakit biasanya merupakan kombinasi antara obat-obatan dan penggunaan alat serta latihan. Berikut ini detailnya:

Terapi Farmakologi

  • Obat antiinflamasi nonsteroid seperti ibuprofen untuk mengurangi peradangan di area saraf kejepit.
  • Kortikosteroid oral untuk meredakan bengkak pada saraf dengan cepat.
  • Obat pelemas otot untuk membantu meredakan kejang otot.
  • Obat nyeri saraf untuk menenangkan aktivitas listrik saraf yang terganggu akibat tekanan.

Fisioterapi

  • Transcutaneous electrical nerve stimulationmenggunakan arus listrik ringan yang ditempelkan ke kulit untuk memblokir sinyal nyeri ke otak dan merangsang produksi endorfin alami.
  • Terapi gelombang suara frekuensi tinggi untuk menghasilkan panas di jaringan dalam guna meningkatkan aliran darah dan mempercepat penyembuhan jaringan lunak.
  • Penggunaan alat khusus yang menarik tulang belakang secara lembut dan terkontrol (traksi) untuk meregangkan jarak antartulang belakang agar piringan sendi bisa kembali ke posisinya dan jepitan pada saraf terlepas.
  • Terapi pemanasan menggunakan gelombang elektromagnetik untuk merelaksasi otot yang kaku di sekitar tulang belakang.

Terapi Latihan

  • Latihan peregangan (stretching) untuk mengembalikan kelenturan otot.
  • Latihan penguatan (strengthening) yang berfokus pada otot perut dan punggung.
  • Latihan cara duduk, berdiri, dan mengangkat barang yang benar.
Baca Juga:  Sindrom Neurologis Paraneoplastik : Ketika Kanker Menyebabkan Gejala pada Saraf

Perawatan Pasca-Terapi Saraf Kejepit

Terapi saraf kejepit non-bedah biasanya berlangsung dalam jangka waktu lama. Dibutuhkan konsistensi dan komitmen untuk menyelesaikan terapi agar pulih sepenuhnya. Maka perawatan pasca-terapi juga menyangkut konsistensi menjalankan latihan yang diberikan terapis di rumah.

Selain itu, pasien harus rajin kontrol ke dokter atau fisioterapis sesuai dengan jadwal untuk mengevaluasi progres terapi dan penyesuaian program latihan jika diperlukan. Yang juga penting adalah menjalani pola hidup sehat terutama bila sebelumnya ada kondisi seperti obesitas atau ada penyakit penyerta yang berkaitan dengan risiko saraf kejepit.

Adakah Efek Samping Setelah Terapi Saraf Kejepit?

Efek samping terapi saraf kejepit non-operasi umumnya minimal dan sementara. Di antaranya:

  • Dari terapi latihan: pegal atau nyeri otot ringan setelah latihan yang bisa berkurang seiring dengan adaptasi tubuh terhadap latihan itu.
  • Dari obat-obatan: gangguan pencernaan, rasa kantuk. Selalu konsumsi sesuai resep dan konsultasikan efek yang dirasakan ke dokter.
  • Dari fisioterapi: otot nyeri, kulit kemerahan atau gatal.

Terapi Saraf Kejepit di Primaya Hospital

Primaya Hospital menyediakan layanan komprehensif untuk penanganan saraf kejepit tanpa operasi dengan tim lintas disiplin. Di sini, pasien akan mendapatkan program terapi yang dipersonalisasi dengan berbagai alat yang modern dan tenaga medis yang terlatih dan berpengalaman. Primaya Hospital berkomitmen membantu pasien mengatasi nyeri saraf kejepit dan kembali beraktivitas optimal melalui cara yang aman dan sesuai dengan standar internasional.

Narasumber:

dr. Marthin Tori, Sp.N

Spesialis Neurologi (Saraf)

Primaya Hospital Betang Pambelum

 

Referensi:

Share to :

Buat Janji Dokter

Promo

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Sahabat Sehat Primaya

Select an available coupon below