Epilepsi merupakan salah satu penyakit otak yang sering ditemukan, hingga saat ini masih merupakan salah satu masalah medis cukup mengkhawatirkan bagi masyarakat. Namun masih banyak pula orang yang salah paham perihal penyakit ini yang dikenal juga dengan sebutan penyakit ayan ini. Dikalangan masyarakat awam, terutama di negara berkembang masih terdapat pandangan keliru (stigma) terhadap epilepsi, antara lain dianggap sebagai penyakit akibat kutukan, guna-guna, kerasukan, gangguan jiwa/ mental, dan dianggap penyakit yang dapat ditularkan melalui air liur. Hal ini berpengaruh negatif terhadap upaya pelayanan penyandang epilepsi. Padahal umumnya penyakit ini dapat diobati ; data penelitian menemukan 55-68% kasus berhasil menunjukkan perbaikan klinis dalam jangka waktu pengobatan yang cukup panjang.
Mengenal Epilepsi (Ayan)
Epilepsi didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan epilepsi berulang berselang lebih dari 24 jam yang timbul tanpa provokasi. Sedangkan yang dimaksud dengan bangkitan epilepsi adalah manifestasi klinis yang disebabkan oleh aktifitas listrik otak yang abnormal dan berlebihan pada sekelompok sel otak. Manifestasi klinik ini terjadi secara tiba-tiba dan hanya sementara berupa perubahan perilaku yang stereotipik, dapat berupa gangguan motorik, gangguan sensorik, otonomik, psikis ataupun sampai gangguan kesadaran. Secara umum di masyarakat kenal sebagai kejang berulang dengan atau tanpa menyebabkan gangguan kesadaran.
Segala macam gangguan dan aktivitas abnormal pada sel-sel saraf otak dapat memicu kejang. Aktivitas listrik berlebih di otak yang mempengaruhi cara kerja otak akan menyebabkan kejang. Kejang yang terjadi saat orang mengalami demam tinggi atau gegar otak tidak dilihat sebagai gejala epilepsi. Namun jika seseorang mengalami dua atau lebih peristiwa seperti itu tanpa pemicu, kondisinya dianggap epilepsi.
International League Against Epilepsy mengidentifikasi empat jenis epilepsi, yaitu:
- Epilepsi fokal: kejang bersumber dari satu sisi otak
- Epilepsi umum: kejang dimulai di kedua sisi otak
- Gabungan epilepsi umum dan fokal: kondisi ini mencakup kejang fokal dan umum
- Tidak diketahui epilepsi umum atau fokal: penyebab kejang tak bisa diketahui dengan pasti
Epilepsi paling banyak terjadi pada usia kanak-kanak. Pada lebih dari separuh kasus anak yang mengidap epilepsi, kejang bisa dikendalikan dengan obat antikejang.
Gejala Epilepsi (Ayan)
Tanda dan gejala epilepsi pada setiap orang bisa berbeda, tapi yang utama adalah terjadinya kejang. Namun tidak semua kejang ditandai dengan badan yang kelojotan tak terkendali. Kejang juga bisa terjadi hanya beberapa detik saja lalu hilang.
Gejala lainnya mencakup:
- Mata berkedip dengan cepat
- Tampak kebingungan
- Sulit bernapas
- Kehilangan kesadaran
- Badan lemas hingga terjatuh
- Perubahan pada kemampuan penglihatan, pendengaran, rasa, dan penciuman
- Sulit berbicara
- Peningkatan laju detak jantung
- Mengecap bibir, mengunyah, atau menggosok-gosokkan tangan dan jari
Penyebab Epilepsi (Ayan)
Sebagian besar kasus epilepsi tak diketahui penyebabnya. Penyebab umumnya antara lain:
- Genetik
- Cedera kepala
- Infeksi otak
- Gangguan sistem imun
- Masalah tumbuh kembang anak
- Gangguan metabolis
- Masalah pembuluh darah di otak, termasuk stroke, dementia, dan tumor otak
- Kurang oksigen saat lahir
- Penyalahgunaan obat dan alkohol
- Adapun hal yang dapat memicu kejang termasuk:
- Stres
- Melewatkan jadwal minum obat
- Demam, terutama pada anak
- Perubahan hormon
- Kurang tidur
- Cahaya yang terlalu terang dan berkedip-kedip
- Melewatkan jadwal makan
- Terlalu bersemangat
- Kekurangan nutrisi
Diagnosis Epilepsi (Ayan)
Penegakan diagnosis epilepsi tidak sederhana karena butuh serangkaian pemeriksaan. Dokter akan mengumpulkan berbagai informasi mengenai kondisi pasien yang bisa menyebabkan kejang epilepsi. Selain itu, dokter perlu menjalankan sejumlah tes untuk memastikan diagnosis.
Salah satunya adalah elektroensefalogram (EEG) untuk memeriksa aktivitas kelistrikan di dalam otak. Dalam tes, kulit kepala ditempeli sensor kecil untuk menangkap sinyal listrik yang dihasilkan ketika sel-sel otak saling berkirim pesan. Mesin EEG akan merekam sinyal-sinyal ini dan bisa dilihat apakah ada aktivitas yang abnormal.
Scan atau pemindaian otak juga bisa dilakukan untuk mengecek apakah ada masalah pada otak yang bisa memicu epilepsi, seperti:
- Tumor otak
- Kerusakan otak, misalnya akibat stroke atau cedera
- Jaringan parut di otak
- Pemindaian otak biasanya memakai alat pencitraan resonansi magnetik atau MRI yang dapat menghasilkan gambar detail otak.
Mengatasi Epilepsi (Ayan)
Perawatan pasien epilepsi meliputi pemberian obat, penggunaan peralatan medis, perubahan gaya hidup, dan operasi. Tujuan perawatan ini adalah mencegah kejang datang lagi, menghindari efek samping, dan membantu pasien menjalani hidup aktif. Ketika seseorang pertama kali didiagnosis epilepsi, umumnya dokter akan langsung memberikan obat-obatan untuk mengendalikan gejalanya.
Jika pengobatan tidak berjalan efektif, pilihan lain untuk mengatasi epilepsi termasuk:
- Pemasangan alat kecil di dalam tubuh untuk mengendalikan kejang
- Penerapan diet khusus untuk membantu mengontrol kejang
- Operasi untuk mengangkat sebagian kecil otak yang menyebabkan kejang
Beberapa pasien memerlukan perawatan seumur hidup. Tapi bila kejang sudah tak pernah muncul dalam waktu tertentu, pengobatan bisa dihentikan sesuai dengan arahan dokter.
Komplikasi Epilepsi (Ayan)
Epilepsi alias ayan bisa memicu berbagai komplikasi, seperti:
- Kesulitan belajar
- Pneumonia aspirasi, yakni masuknya makanan atau air liur ke paru-paru saat kejang
- Cedera akibat jatuh atau kecelakaan ketika kejang
- Tenggelam akibat kejang saat berenang
- Kerusakan otak permanen, termasuk stroke
- Masalah psikologis, seperti depresi dan gangguan kecemasan
- Ancaman pada kehamilan
- Efek samping obat-obatan
- Kematian mendadak yang tak dapat dijelaskan pada epilepsi (SUDEP)
Pencegahan
Epilepsi yang berkaitan dengan genetik tak bisa dicegah. Tapi faktor risiko lainnya bisa dikendalikan, misalnya dengan:
- Mencegah cedera otak dengan menerapkan standar keamanan dalam berbagai kegiatan, terutama olahraga dan berkendara
- Langsung mencari perawatan medis ketika mengalami cedera kepala
- Menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah lewat penerapan gaya hidup sehat dan aktif
- Menjalani imunisasi sesuai dengan rekomendasi dokter
- Menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah infeksi
- Menjaga kehamilan dengan memperhatikan asupan makanan dan rutin menjalani kontrol
Kapan Harus ke Dokter?
Secara umum, orang yang mengalami kejang sebaiknya segera mendatangi dokter untuk menjalani pemeriksaan. Khususnya jika kejang berlangsung lebih dari 5 menit dan kerap terjadi. Pemeriksaan diperlukan untuk mengidentifikasi apakah penyebab kejang adalah epilepsi atau kondisi lain sehingga bisa ditentukan langkah penanganan yang sesuai.
Narasumber
dr. Audhy Tanasal, Sp.S, FINA
Dokter Spesialis Saraf
Primaya Hospital Tangerang
Referensi:
- Epilepsy. https://www.aans.org/en/Patients/Neurosurgical-Conditions-and-Treatments/Epilepsy. Diakses 22 Oktober 2022
- About Epilepsy. https://www.cdc.gov/epilepsy/about/index.htm. Diakses 22 Oktober 2022
- Frequently Asked Questions About Epilepsy. https://www.cdc.gov/epilepsy/about/faq.htm. Diakses 22 Oktober 2022
- Epilepsy and Seizures. https://emedicine.medscape.com/article/1184846-overview. Diakses 22 Oktober 2022
- Epilepsy. https://medlineplus.gov/epilepsy.html. Diakses 22 Oktober 2022
- Epilepsy. https://www.nationwidechildrens.org/conditions/epilepsy. Diakses 22 Oktober 2022
- Seizures and Epilepsy: An Overview for Neuroscientists. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4448698/. Diakses 22 Oktober 2022
- Overview-Epilepsy. https://www.nhs.uk/conditions/epilepsy/. Diakses 22 Oktober 2022