Spastisitas pasca stroke menjadi salah satu hal yang paling ditakuti oleh para pengidap stroke. Hal tersebut karena kondisi ini mengakibatkan otot menjadi kaku sehingga akan menyebabkan aktivitas terganggu.
Terlebih lagi terkadang kondisi ini juga dibarengi dengan rasa nyeri sehingga membuat pasien semakin tidak nyaman. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kekakuan otot tersebut, berikut gejala, penyebab, pengobatan hingga pencegahan yang dapat dilakukan.
Mengenal Apa Itu Spastisitas Pasca Stroke
Spastisitas menjadi kondisi yang paling umum terjadi pasca stroke dimana mengakibatkan otot menjadi kaku, tegang hingga tidak bisa digerakkan. Hal itu disebabkan karena adanya kontraksi otot yang terjadi dalam waktu lama.
Stroke sendiri dapat mengakibatkan kerusakan pada otak yang berfungsi mengontrol sinyal saraf menuju ke otot. Apabila hal tersebut sampai terjadi, maka pasien stroke mungkin akan mengalami kekakuan ataupun tonus otot mengalami peningkatan tidak normal.
Kondisi spastisitas itulah dapat mempengaruhi cara pasien dalam berbicara, berjalan hingga bergerak. ย Terkadang juga akan mengakibatkan pasiennya seperti sedang bergerak secara lambat atau seperti ada yang menekan area otot.
Bahkan ketika pasien tengah beristirahat, otot juga akan terasa sangat sakit sehingga mengakibatkan pasien kesulitan tidur. ย Beberapa dari pasien yang mengalami gejala spastisitas ringan masih dapat menggerakkan ototnya, tetapi justru menyebabkan gerakan tidak teratur..
Berdasarkan informasi dari American Stroke Association, sekitar 25%-45% akan mengalami masalah ini di tahun pertama pasca stroke. Itu biasanya akan dialami oleh pasien yang masih dapat bertahan hidup.
Gejala Dari Spastisitas
Gejala yang ditimbulkan akibat kekakuan otot sangat beragam dan tergantung pada kondisi para pasien. Pasien bisa merasakan gejala ringan hingga mengakibatkan rasa sakit dan nyeri di area tubuh.
Beberapa dari mereka juga mengaku mengalami rasa sesak pada area sendi. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah sejumlah gejala yang dapat diderita saat mengalami spastisitas:
- Sulit untuk meregangkan otot
- Terjadinya kejang pada otot
- Jari kaki terlihat melengkung
- Siku menjadi bengkok dan kehilangan fungsinya
- Area lengan, tungkai, tangan dan pergelangan kaki menjadi kaku
- Terhambatnya otot longitudinal bertumbuh
- Kelelahan pada otot
- Sintesis protein di dalam sel-sel otot justru terhambat
- Adanya gangguan tidur karena nyeri otot yang terjadi.
Penyebab Spastisitas
Penyebab otot kaku setelah stroke yang paling utama adalah karena adanya kerusakan atau gangguan di area otak serta sumsum tulang belakang. Bagian tubuh ini mempunyai fungsi guna mengontrol refleks otot ataupun gerakan.
Di samping itu, bisa juga dikarenakan adanya ketidakseimbangan dalam sinyal penghambatan dan rangsangan yang dikirimkan ke bagian otot. Menurut Cleveland Clinicย terdapat faktor lainnya yang mengakibatkan risiko spastisitas diantaranya:
- Adanya riwayat cedera otak
- Cedera pada area tulang belakang
- Cerebral palsy (lumpuh otak)
- Multiple sclerosis
- Stroke
- Penyakit krabbe
Diagnosis Spastisitas
Sebelum mengambil tindakan pengobatan, dokter akan melakukan diagnosis terlebih dahulu. Diagnosis dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan fisik melalui pengujian neurologis.
Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk mengetahui tingkat keparahan spastisitas yang terjadi pada pasien. Dokter biasanya juga akan melakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat MRI (magnetic resonance imaging) guna mengetahui informasi lebih lanjut.
Pengobatan dan Penanganan Spastisitas
Jika tidak segera ditangani, maka kekakuan otot yang terjadi akan semakin parah hingga menyebabkan penderita tidak dapat bergerak. Untungnya, sudah ada beberapa metode pengobatan spastisitas yang dapat dipilih.
Namun biasanya penderita dapat lebih dari satu pengobatan guna memaksimalkan hasilnya. Di bawah ini sejumlah cara pengobatan untuk kekakuan otot:
1.ย Terapi Fisik
Terapi fisik atau latihan fisioterapi untuk spastisitas menjadi terapi yang paling umum dipilih oleh pasien. Terapi ini biasanya dilakukan guna membantu meningkatkan kemampuan fisik yang berkurang selama otot kaku.
2.ย Operasi
Pengobatan operasi dapat dilakukan untuk mengobati spastisitas pada pasien dengan kondisi tertentu, misalnya Cerebral Palsy. Di dalam proses operasi itulah, terdapat juga ahli bedah saraf yang terlibat.
3.ย Stimulasi Listrik Neuromuskular atau Getaran
Ini merupakan bentuk perawatan yang nantinya dilakukan dengan cara memberikan kejutan pada otot yang terkena kekakuan. Adapun kejutan yang diberikan mulai dari intensitas ringan seperti kesemutan hingga sensasi seperti terbakar.
4.ย Braces
Pemberian kawat dapat membantu menahan otot agar tetap berada di posisi normal. Hal ini dilakukan supaya bisa menghindari adanya kontraksi secara berlebihan.
5.ย Pemberian Obat-obatan
Pemberian obat-obatan ini biasanya akan dikombinasikan dengan jenis terapi lainnya seperti terapi fisik. Beberapa jenis obat yang disarankan untuk diberikan seperti Benzodiazepin, natrium dantrolen, baclofen, imidazolin serta gabapentin.
6.ย Suntikan Botok
Botox untuk kekakuan otot digunakan untuk membantu meregangkan otot-otot yang kejang agar berhenti berkontraksi. Pemberian botox atau toksin botulinum dilakukan dalam jumlah kecil dan disuntikkan ke area yang dipilih dengan hati-hati.
7.ย Terapi Wicara
Apabila kekakuan otot memberikan pengaruh pada area wajah, mulut dan tenggorokan, maka dapat menjalani terapi wicara. Pihak terapi wicara itulah akan membantu pasien untuk berbicara, berkomunikasi serta menelan dengan baik.
Komplikasi Yang Mungkin Terjadi
Apabila spastisitas tidak segera mendapatkan penanganan dengan cepat oleh tenaga medis profesional, maka dapat mengakibatkan komplikasi. Berikut sejumlah komplikasi yang dapat terjadi pada pasien.
- Adanya luka tekan
- Infeksi saluran kemih
- Mengalami sembelit kronis
- Mengalami demam atau penyakit sistemik lainnya
- Sendi menjadi kaku
- Patah tulang
Pencegahan Spastisitas
Meskipun menjadi momok menakutkan bagi penderita stroke, tetapi spastisitas dapat dicegah. Di bawah adalah sejumlah cara yang dapat dilakukan guna mencegah atau perawatan sesudah menjalani pengobatan spastisitas.
- Berolahraga
Anda dapat mencegah adanya kekakuan otot tersebut dengan cara berolahraga atau melakukan peregangan. Dengan berolahraga maka bisa mengurangi ketegangan yang terjadi serta mempertahankan kemampuan gerak tubuh.
- Hindari Berada di Satu Posisi Dalam Waktu Lama
Sebaiknya pasien harus menghindari berada di satu posisi untuk waktu yang cukup lama. Sebab ketika Anda berada di satu posisi cukup lama, area otot dan persendian akan menjadi kaku dan sakit.
- Lindungi Anggota Tubuh Yang Terkena Kekakuan
Ini dapat dilakukan sebagai bentuk pencegahan agar spastisitas tidak datang kembali. Misalnya saja, saat pasien lebih suka tidur miring, maka harus menghindari meletakkan beban di sisi yang terkena stroke.
- Jangan Lupa Menyesuaikan Kondisi Rumah
Pencegahan terakhir dapat dilakukan dengan cara penyesuaian kondisi rumah sehingga memudahkan penderita spastisitas untuk bergerak. Dengan begitu, penderita tetap bisa melakukan kegiatan sendiri.
Kapan Harus ke Dokter?
Apabila Anda sudah merasakan gejala spastisitas dan terasa semakin memburuk hingga mengganggu aktivitas, maka bisa segera datang ke dokter. Sebab jika tidak segera mendapatkan penanganan maka area sendi akan kaku dan mengakibatkan luka tekan di kulit.
Pihak dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu ataupun dilanjut melakukan terapi fisik. Semua akan disesuaikan dengan kondisi dan riwayat kesehatan pasien.
Kekakuan pada otot hampir dialami oleh sebagian besar dari pasien stroke dan mengakibatkan kesulitan untuk bergerak. Spastisitas pasca stroke harus segera diatasi sehingga tidak mengakibatkan komplikasi lebih lanjut.
Narasumber:
Dokter Umum
Primaya Hospital Karawang
Referensi:
- Spasticity. https://www.aans.org/patients/conditions-treatments/spasticity/. Diakses pada 24 September 2025
- Spasticity. https://www.stroke.org/en/about-stroke/effects-of-stroke/physical-effects/spasticity. Diakses pada 24 September 2025
- Pasca-stroke spasticity. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK585580/. Diakses pada 24 September 2025
- Post-Stroke Spasticity: A Review of Epidemiology, Pathophysiology, and Treatments. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1873959818300073. Diakses pada 24 September 2025
- Spasticity.ย https://my.clevelandclinic.org/health/symptoms/14346-spasticity. Diakses pada 24 September 2025



