
Merawat luka dengan baik dan benar merupakan langkah penting untuk mencegah infeksi yang sering bisa memperlambat proses penyembuhan bahkan menyebabkan komplikasi serius. Baik luka kecil akibat tergores maupun luka pasca operasi, semua memerlukan perhatian yang tepat. Kavacare menyediakan layanan Homecare perawatan luka ke rumah, hubungi Kavacare Support di nomor WhatsApp ย 0811 1446 777.
Cara Merawat Luka
1. Membersihkan Luka Sejak Awal
Langkah pertama cara merawat lukaย adalah membersihkannya dengan benar. Menurut jurnal Wound Repair and Regeneration, membilas luka dengan larutan saline steril atau air mengalir bersih dapat mengurangi jumlah bakteri tanpa merusak jaringan sehat.
- Jangan gunakan alkohol atau hidrogen peroksida karena bisa merusak sel dan memperlambat penyembuhan.
- Gunakan kapas steril atau kasa bersih, bukan tisu biasa.
2. Menutup Luka dengan Perban yang Tepat
Setelah luka dibersihkan, penting untuk melindunginya dari kotoran dan bakteri. Walaupun tidak semua lukan harus ditutup, menutup luka dengan baik adalah cara merawat luka yang sering diabaikan, padahal sangat penting.
- Gunakan perban atau plester steril.
- Ganti perban setiap hari atau saat basah/kotor.
- Untuk luka yang mengeluarkan banyak cairan, pilih perban dengan daya serap tinggi.
3. Gunakan Salep Antibiotik Sesuai Anjuran
Menurut Journal of Clinical Dermatology, penggunaan salep antibiotik seperti bacitracin atau neomycin dapat membantu mencegah infeksi ringan. Namun, ini harus digunakan dengan bijak.
- Jangan gunakan antibiotik topikal terlalu lama.
- Jika terjadi reaksi alergi (gatal, kemerahan), hentikan pemakaian.
Menggunakan salep ini secara tepat termasuk dalam cara merawat luka yang efektif untuk luka ringan hingga sedang. Penggunaan salep antibiotika secara sembarangan bisa menyebabkan komplikasi resistensi, atau tumbuhnya jamur.
4. Perhatikan Tanda-tanda Infeksi
Mengetahui tanda infeksi sejak dini adalah bagian penting dari cara merawat luka. Beberapa tanda umum infeksi luka adalah:
- Kemerahan dan bengkak yang meluas
- Nyeri bertambah parah
- Luka mengeluarkan nanah
- Demam atau menggigil
Jika gejala ini muncul, segera konsultasikan ke dokter.
5. Biarkan Luka Bernapas, Tapi Tetap Terlindungi
Salah satu mitos umum adalah bahwa luka harus “dibiarkan terbuka agar cepat kering.” Padahal, menurut Advances in Wound Care, lingkungan yang lembab justru mempercepat regenerasi jaringan dan mengurangi risiko jaringan parut.
Cara merawat luka yang benar adalah dengan menutup luka, namun menggunakan perban yang tetap memungkinkan sirkulasi udara (misalnya hydrocolloid dressing).
6. Konsumsi Nutrisi yang Mendukung Penyembuhan
Penyembuhan luka juga dipengaruhi oleh kondisi tubuh secara keseluruhan. Kekurangan nutrisi dapat menghambat proses regenerasi sel.
- Konsumsi makanan tinggi protein, vitamin C, dan zinc.
- Minum air yang cukup untuk menjaga kelembaban kulit.
Pola makan yang sehat mendukung cara merawat luka dari dalam tubuh.
7. Hindari Menggaruk atau Menekan Luka
Menggaruk luka yang sedang dalam masa penyembuhan bisa merusak jaringan baru dan memperbesar risiko infeksi. Ini juga berlaku untuk menekan luka atau mencoba mengeluarkan cairan secara paksa.
- Jika terasa gatal, konsultasikan untuk penggunaan antihistamin topikal.
- Gunakan pelindung atau perban tambahan agar tidak tergesek.
Cara merawat lukaย yang satu ini sangat penting terutama pada anak-anak atau lansia.
Mengapa Luka Bisa Terinfeksi?
Infeksi luka terjadi ketika mikroorganisme seperti bakteri, virus, atau jamur berkembang biak di area luka. Hal ini bisa memperparah kondisi luka, memperlambat penyembuhan, bahkan memicu komplikasi serius. Berikut adalah beberapa penyebab umum infeksi luka, antara lain:
1. Luka Tidak Dibersihkan dengan Benar
Saat luka tidak segera dibersihkan dari kotoran, debu, atau serpihan benda asing, bakteri memiliki peluang besar untuk masuk dan berkembang biak. Penggunaan bahan pembersih yang tidak steril atau iritatif seperti alkohol juga dapat merusak jaringan dan memperlambat penyembuhan.
2. Lingkungan Luka yang Lembap dan Tertutup Rapat
Luka yang terlalu lembab atau ditutup terlalu lama tanpa penggantian perban dapat menciptakan kondisi ideal bagi pertumbuhan bakteri anaerob. Menurut jurnal Wound Repair and Regeneration, lingkungan yang terlalu basah tanpa ventilasi justru meningkatkan risiko kolonisasi bakteri.
3. Sistem Imun Tubuh yang Lemah
Pada pasien dengan daya tahan tubuh rendah, seperti penderita diabetes, HIV/AIDS, atau pasien kemoterapi, tubuh tidak mampu melawan bakteri yang masuk ke dalam luka. Sistem imun yang lemah juga menyebabkan proses regenerasi jaringan menjadi lebih lambat.
4. Adanya Luka Kronis atau Luka dalam
Luka yang dalam seperti luka tusuk, gigitan hewan, atau luka operasi memiliki risiko infeksi lebih tinggi karena kuman dapat masuk hingga ke lapisan dalam jaringan. Luka kronis seperti ulkus diabetikum juga rentan infeksi karena aliran darah di area tersebut kurang optimal.
5. Kebiasaan Menggaruk atau Menyentuh Luka
Tangan yang tidak bersih bisa menjadi media penularan bakteri saat sering menyentuh atau menggaruk luka. Menggaruk luka juga bisa merusak jaringan baru yang sedang terbentuk dan memperbesar area luka.
6. Penggunaan Alat atau Dressing yang Tidak Steril
Alat seperti gunting, pinset, atau perban yang tidak steril dapat langsung membawa kuman ke area luka. Mengganti perban dengan tangan kosong atau di lingkungan yang kotor juga meningkatkan risiko infeksi.
7. Lokasi Luka yang Rentan Terkontaminasi
Luka di area seperti kaki, tangan, atau dekat lipatan tubuh lebih rentan terkena kotoran, keringat, atau gesekan, yang semuanya bisa menyebabkan luka terinfeksi. Luka yang dekat dengan area genital atau anus juga memiliki risiko kontaminasi lebih tinggi dari flora bakteri alami tubuh.
Cara merawat luka yang benar sangat penting untuk mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan. Luka, sekecil apa pun, tetap memiliki risiko infeksi jika tidak ditangani dengan tepat. Langkah-langkah penting seperti membersihkan luka dengan benar, menggunakan perban steril, menghindari kontak tangan langsung, serta memperhatikan nutrisi dan tanda-tanda infeksi merupakan kunci utama dalam perawatan luka.
Pada kondisi tertentu seperti pasien diabetes, luka dalam, atau luka yang tidak kunjung membaik perawatan luka sebaiknya dilakukan oleh tenaga medis profesional. Dengan perawatan yang tepat dan konsisten, luka dapat sembuh lebih cepat, mengurangi risiko komplikasi, dan mencegah jaringan parut yang mengganggu. Menjaga kebersihan, kewaspadaan, dan edukasi adalah fondasi utama dari setiap cara merawat luka yang efektif.
Kavacare menyediakan layanan homecare dan perawat homecare profesional wilayah Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Depok. Kami dapat membantu melalui telekonsultasi dengan dokter atau layanan homecare perawat luka ke rumah. Silakan hubungi Kavacare Support di 0811 1446 777.
Narasumber:
dr. Eddy Wiria, PhD
Co-Founder & CEO
Referensi:
- Paola G Rodriguez, Frances N Felix, David T Woodley, Elisabeth K Shim. The role of oxygen in wound healing: a review of the literature. 2008 Sep;34(9):1159-69. doi: 10.1111/j.1524-4725.2008.34254.x. PMID: 18513296.
- Jing Liu, Hong Shen. Clinical efficacy of chitosan-based hydrocolloid dressing in the treatment of chronic refractory wounds. 2022 Dec;19(8):2012-2018. doi: 10.1111/iwj.13801. PMID: 35524492 PMCID: PMC9705172.
- ย Anthony R Berendt, Paul B Cornia, James C Pile, Edgar J G Peters, David G Armstrong. 2012 Infectious Diseases Society of America clinical practice guideline for the diagnosis and treatment of diabetic foot infections. 2012 Jun;54(12):e132-73. doi: 10.1093/cid/cis346. PMID: 22619242.