
Banyak orang yang memandang pneumonia sebagai masalah kesehatan orang dewasa. Tapi sebenarnya penyakit infeksi paru-paru ini juga berbahaya bagi anak-anak. Pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di bawah lima tahun di seluruh dunia. Menurut data WHO tahun 2023, pneumonia menyumbang sekitar 14% kematian balita secara global. UNICEF juga melaporkan bahwa setiap tahunnya lebih dari 700.000 anak usia di bawah lima tahun meninggal akibat pneumonia. Oleh karena itu, pneumonia pada anak merupakan kondisi yang perlu dikenali, dipahami, dan ditangani dengan tepat oleh tenaga kesehatan maupun orang tua.
Mengenal Pneumonia pada Anak
Pneumonia adalah infeksi akut pada jaringan paru-paru yang menyebabkan peradangan dan gangguan fungsi pernapasan. Infeksi ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur. ย Pada anak, terutama bayi dan balita, pneumonia lebih berisiko karena sistem imun yang belum matang, saluran napas yang lebih sempit, serta kemungkinan adanya faktor risiko lain seperti gizi buruk dan paparan polusi.
Menurut studi di jurnal Pneumonia, infeksi yang menyerang paru-paru yang sedang tumbuh pesat dan berkembang dalam 1-3 tahun pertama kehidupan berkait dengan peningkatan risiko gangguan fungsi paru-paru di masa dewasa. Efek jangka panjang yang terkait dengan pneumonia pada anak usia dini meliputi peningkatan risiko asma, penurunan fungsi paru, penyakit paru obstruktif kronis yang tak berhubungan dengan merokok, dan bronkiektasis.
Gejala Pneumonia pada Anak
Gejala pneumonia pada anak dapat bervariasi tergantung usia, penyebab, dan derajat keparahan. Gejala yang umum meliputi:
- Demam tinggi hingga lebih dari 38 derajat Celsius
- Batuk, kering maupun berdahak
- Pernapasan cepat (takipnea) dengan kriteria WHO:
- <2 bulan: >60 kali/menit
- 2โ12 bulan: >50 kali/menit
- 1โ5 tahun: >40 kali/menit
- Tarikan dinding dada ke dalam (retraksi)
- Bunyi napas tambahan seperti mengi atau ronkhi
- Sianosis (kebiruan pada bibir atau kuku akibat kekurangan oksigen)
- Nafsu makan berkurang atau kesulitan menyusu
- Lemas, rewel, atau mengantuk berlebihan
- Rewel atau mudah marah
Catatan: pada bayi, gejala bisa muncul lebih halus, misalnya hanya berupa sulit menyusu, muntah, atau rewel berlebihan.
Penyebab Pneumonia pada Anak dan Faktor Risiko
Penyebab utama pneumonia pada anak adalah infeksi bakteri, virus, dan jamur.
- Bakteri: Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe b, Staphylococcus aureus, Mycoplasma pneumoniae
- Virus: Respiratory Syncytial Virus (RSV), influenza, adenovirus, SARS-CoV-2
- Jamur: Pneumocystis jirovecii (umumnya pada anak dengan imunitas rendah)
Faktor risiko yang membuat seorang anak lebih rentan terkena pneumonia antara lain:
- Malnutrisi, terutama kekurangan gizi
- Tidak mendapatkan air susu ibu eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan
- Paparan asap rokok atau polusi udara
- Tinggal di permukiman padat penduduk dan ventilasi rumah yang buruk
- Ada kondisi komorbid atau penyakit bawaan, seperti masalah sistem kekebalan dan penyakit paru kronis
Cara Mendiagnosis Pneumonia pada Anak
Diagnosis pneumonia pada anak ditegakkan melalui:
- Anamnesis: riwayat demam, batuk, dan sesak napas.
- Pemeriksaan fisik: napas cepat, tarikan dinding dada, bunyi napas abnormal, serta pengukuran saturasi oksigen.
- Pemeriksaan penunjang (bila diperlukan):
- Foto toraks (rontgen dada): membantu memastikan adanya peradangan atau infiltrat pada paru-paru, menilai luas infeksi, serta mendeteksi kemungkinan komplikasi (misalnya efusi pleura atau abses paru).
- Pulse oximetry: untuk menilai kadar oksigen dalam darah.
- Pemeriksaan darah: dapat menunjukkan adanya tanda infeksi bakteri atau virus.
- Uji deteksi virus atau bakteri tertentu: bila diperlukan untuk penentuan terapi lebih spesifik.
Catatan: Menurut panduan WHO dan IDAI, diagnosis pneumonia pada anak umumnya dapat ditegakkan secara klinis tanpa harus menunggu pemeriksaan radiologi, terutama pada kasus ringan atau di fasilitas dengan sumber daya terbatas. Namun, foto toraks tetap bermanfaat untuk membantu menegakkan diagnosis pada kasus yang meragukan atau berat.
Cara Mengobati Pneumonia pada Anak
Penatalaksanaan pneumonia pada anak disesuaikan dengan penyebab dan tingkat keparahan:
ยทย Pneumonia akibat bakteri ringan: umumnya diberikan antibiotik oral sesuai anjuran dokter.
ยทย Pneumonia atipikal (misalnya oleh Mycoplasma pneumoniae): dapat diberikan antibiotik golongan makrolid sesuai indikasi.
ยทย Pneumonia berat: memerlukan perawatan di rumah sakit dengan antibiotik intravena, pemberian oksigen, serta terapi suportif lain.
ยทย Pneumonia akibat virus: biasanya ditangani dengan terapi suportif seperti istirahat cukup, hidrasi, serta obat penurun panas. Antivirus diberikan bila ada indikasi khusus.
ยทย Pneumonia akibat Pneumocystis jirovecii: memerlukan terapi khusus yang hanya diberikan di rumah sakit.
Catatan: penggunaan antibiotik harus berdasarkan pemeriksaan dokter. Pemberian obat tanpa resep dapat berisiko menimbulkan resistensi dan membahayakan anak.
Komplikasi Pneumonia pada Anak
Pneumonia dapat menimbulkan sejumlah komplikasi serius, antara lain:
โข Efusi pleura / empiema: penumpukan cairan di rongga antara paru-paru dan dinding dada yang dapat memperberat sesak napas. Bila cairan terinfeksi disebut empiema.
โข Abses paru: terbentuknya rongga berisi nanah di jaringan paru akibat infeksi yang berat.
โข Pneumotoraks: masuknya udara ke dalam rongga pleura (antara paru dan dinding dada) sehingga paru-paru mengempis dan menyebabkan sesak mendadak.
โข Sepsis: infeksi menyebar ke aliran darah dan seluruh tubuh, dapat mengancam nyawa.
โข Gagal napas: paru-paru tidak mampu menyediakan oksigen yang cukup bagi tubuh.
โข Bronkiektasis: pelebaran permanen saluran napas akibat kerusakan paru yang berulang, menyebabkan batuk kronis dan infeksi berulang.
โข Meningitis: peradangan selaput otak akibat penyebaran kuman dari paru ke sistem saraf pusat.
Pencegahan Pneumonia pada Anak
Pneumonia pada anak pada umumnya bisa dicegah. Upaya pencegahan pneumonia pada anak meliputi:
- Imunisasi sesuai jadwal, termasuk vaksin pneumokokus (PCV), Hib, influenza, campak, dan COVID-19
- Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan
- Pemenuhan nutrisi yang baik dengan pola makan bergizi seimbang
- Menjaga kebersihan tangan dan lingkungan
- Menghindari paparan asap rokok dan polusi udara
- Menjaga ventilasi rumah tetap baik
- Menghindari kontak dengan orang sakit
ย Kapan Harus ke Dokter?
Anak dengan gejala pneumonia sebaiknya segera diperiksakan ke dokter. Tanda bahaya yang harus diwaspadai antara lain:
- Sesak napas atau napas cepat, terutama bila anak tampak kesulitan menarik napas.
- Muncul tarikan dinding dada ke dalam (retraksi) saat bernapas atau terdengar suara mengorok/mengi.
- Sianosis, yaitu bibir, lidah, atau ujung jari tampak kebiruan.
- Demam tinggi menetap yang tidak turun dengan obat penurun panas.
- Tidak mau makan atau minum, termasuk bayi yang menolak menyusu.
- Anak tampak sangat lemah, mengantuk terus-menerus, atau sulit dibangunkan.
Catatan: pada bayi, gejala bisa muncul lebih halus, misalnya hanya berupa sulit menyusu, muntah, atau rewel berlebihan. Kondisi ini juga harus segera dibawa ke dokter.
Narasumber:
dr. Vania Catleya Estina, Sp.A
Spesialis Anak
Primaya Hospital PGI Cikini
Referensi:
- World Health Organization (WHO). Pneumonia in children โ Fact sheet. Geneva: WHO; 2023. Tersedia di: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia (Diakses 12 Agustus 2025).
- Childhood pneumonia explained: what you need to know. New York: UNICEF; 2023. Tersedia di: https://www.unicef.org/stories/childhood-pneumonia-explained (Diakses 12 Agustus 2025).
- Kliegman RM, St Geme JW, Blum NJ, Shah SS, Tasker RC, Wilson KM, editor. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-21. Philadelphia: Elsevier; 2020. Bab: Community-Acquired Pneumonia.
- Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi 2022. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2022.
- Bradley JS, Byington CL, Shah SS, et al. The Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older Than 3 Months of Age: Clinical Practice Guidelines. Pediatrics. 2011;128(6):e1โe59. (digunakan sebagai referensi pelengkap praktik klinis).