• Contact Center
  • 1500 007
  • Chatbot

Apa Itu Zidovudine? Ketahui Manfaatnya

zidovudine

Humanย immunodeficiency/acquired immunodeficiency syndromeย ย (HIV/AIDS) masih menjadi tantangan kesehatan global yang serius. Namun, terdapat penurunan kematian terkait AIDS yang signifikan sampai 30% sejak tahun 2005 karena peningkatan akses pengobatan antiretroviral (ARV). Di dalam sejarah panjang penanganan HIV/AIDS, zidovudine hadir sebagai salah satu obat ARV pertama yang telah membantu banyak orang dengan HIV/AIDS.

Apa Itu Zidovudine?

Zidovudine adalah obat ARV dari kelompok nucleoside reverse transcriptase inhibitorย (NRTI). Obat yang menjadi pionir dalam pengobatan HIV/AIDS ini pertama kali disetujui oleh Food and Drug Administrationย (FDA) pada 1987. Zidovudine bekerja dengan cara menghambat enzim reverse transcriptaseย yang dibutuhkan virus HIV untuk mereplikasi diri.

buat jani dokter primaya

Manfaat

Zidovudine sebagai salah satu obat ARV memiliki kontribusi dalam pengobatan dan pencegahan HIV/AIDS. Di antaranya:

  • Mengurangi viral loadatau menurunkan jumlah virus HIV dalam darah sehingga memperlambat perkembangan penyakit
  • Menurunkan risiko penularan HIV dari ibu ke anak hingga jika diberikan selama kehamilan, persalinan, dan periode postpartum
  • Meningkatkan jumlah sel darah putih CD4+ yang penting untuk menguatkan sistem kekebalan tubuh
  • Mengurangi risiko infeksi oportunistik (infeksi oleh mikroba yang bisa terjadi ketika sistem imun melemah) pada pasien HIV
  • Memperpanjang harapan hidup pasien HIV secara signifikan

Dengan sejumlah manfaat itu, zidovudine kerap digunakan bersama obat antiretroviral lain sebagai bagian dari terapi kombinasi sehingga bisa meningkatkan efektivitas pengobatan secara keseluruhan. Lazimnya, regimen standar pengobatan ARV terdiri dari 2 macam obat NRTI ditambah dengan 1 macam obat non-nucleoside reverse transcriptase inhibitorย (NNRTI) atau protease inhibitorย atau integrase inhibitor.

Dosis dan Aturan Pakai

Secara umum, untuk dosis pengobatan HIV orang dewasa, dosis yang direkomendasikan adalah 300 mg untuk dua kali minum dalam sehari. Dosis ini bisa disesuaikan dengan kondisi kesehatan pasien atau bila ada efek samping yang muncul. Beberapa efek samping yang sering muncul pada pasien yang menggunakan zidovudin, antara lain anemia dan intoleransi saluran cerna

Bagaimana Cara Menggunakan Zidovudine?

Zidovudine baru tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul di Indonesia. Cara penggunaannya yang paling umum adalah dengan menelan tablet atau kapsul menggunakan air.

Baca Juga:  Chloramphenicol: Manfaat, Dosis, Efek Samping, dan Aturan Pakainya

Sediaan oral ini bisa dikonsumsi dengan atau tanpa makanan. Penting untuk mengonsumsi zidovudine secara teratur dan pada waktu yang sama setiap hari untuk memastikan kadar obat dalam darah tetap stabil. Jika ada dosis yang terlewat, pasien harus mengonsumsi dosis itu sesegera mungkin ketika ingat. Tapi, jika sudah mendekati waktu dosis berikutnya, dosis yang terlewat sebaiknya diabaikan dan tidak ditambahkan ke dosis berikutnya.

Cara Penyimpanan

Penyimpanan obat secara tepat sangat penting untuk menjaga keefektifannya, termasuk untuk zidovudine. Berikut adalah panduan cara penyimpanan zidovudine:

  • Simpan dalam suhu ruangan
  • Hindari paparan sinar matahari langsung atau tempat yang lembap, seperti kamar mandi
  • Jangan menyimpan obat di dalam lemari es kecuali diarahkan oleh dokter atau apoteker
  • Jauhkan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan
  • Gunakan wadah yang tertutup rapat sebagai tempat penyimpanan

Interaksi Zidovudine dengan Obat Lain

Jika zidovudine digunakan bersamaan dengan obat lain, termasuk suplemen dan obat herbal, ada risiko interaksi yang mesti diperhatikan. Sejumlah interaksi obat bisa meningkatkan risiko efek samping hingga menurunkan efektivitas obat yang dikonsumsi. Di antaranya:

  • Stavudine: mengurangi efektivitas kedua obat
  • Ribavirin: meningkatkan risiko anemia
  • Gansiklovir: meningkatkan risiko toksisitas hematologis
  • Probenesid: meningkatkan kadar zidovudine dalam darah
  • Claritromisin: mengurangi penyerapan zidovudine

Selalu beri tahu dokter Anda tentang semua obat, suplemen, atau herbal yang sedang Anda konsumsi.

Peringatan dan Perhatian Menggunakan Zidovudine

Zidovudine harus digunakan secara rutin dan sesuai dengan dosis yang direkomendasikan dokter. Jangan menghentikan pengobatan atau mengubah dosis tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter karena bisa mempengaruhi efektivitas pengobatan dan meningkatkan risiko resistansi atau kekebalan kuman terhadap obat. Hal lain yang mesti diperhatikan termasuk:

  • Lakukan pemeriksaan darah rutin untuk memantau efek samping
  • Informasikan kepada dokter jika memiliki riwayat anemia atau gangguan hati
  • Hindari konsumsi alkohol yang dapat meningkatkan risiko kerusakan hati
  • Penggunaan jangka panjang memerlukan pemantauan fungsi hati dan darah
Baca Juga:  Amoxicillin: Manfaat, Efek Samping, dan Dosisnya

Efek Samping dan Bahaya

Efektivitas zidovudine telah terbukti, tetapi tetap ada efek samping yang harus dipahami, seperti:

Efek samping umum

  • Mual dan muntah
  • Sakit kepala
  • Kelelahan
  • Nyeri otot
  • Sakit tenggorokan
  • Sakit punggung
  • Demam
  • Batuk

Efek samping serius

  • Anemia berat
  • Neutropenia (penurunan jumlah sel darah putih)
  • Hepatomegali (pembesaran hati)
  • Asidosis laktat (penumpukan asam laktat dalam darah)

Alternatif Obat Sejenis Zidovudine

Di samping zidovudine, ada sejumlah alternatif yang kerap digunakan dalam pengobatan HIV/AIDS, seperti lamivudine, tenofovir, dan emtricitabine. Obat-obat ini juga termasuk golongan NRTI dan bisa digunakan secara kombinasi. Pemilihan obat yang tepat bergantung pada berbagai faktor, termasuk efek samping, interaksi obat, dan preferensi pasien. Karena itu, penting untuk berdiskusi dengan dokter sebelum menjalani pengobatan.

Kapan Harus ke Dokter?

Pengguna zidovudine harus rutin menjalani pemeriksaan medis untuk memantau efektivitas pengobatan dan mendeteksi efek samping. Segera hubungi dokter jika muncul gejala serius seperti kesulitan bernapas, pembengkakan wajah atau tenggorokan, atau tanda-tanda infeksi seperti demam tinggi, dan keringat malam.

Narasumber:

dr. Wicensius Parulian Hasudungan, Sp. PD

Spesialis Penyakit Dalam

Primaya Hospital PGI Cikini

 

Referensi:

Share to :

Buat Janji Dokter

Promo

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Select an available coupon below