• Contact Center
  • 1500 007
  • Chatbot

Skoliosis: Gejala, Mencegah dan Mengobati

gejala skoliosis

Skoliosis adalah kondisi medis yang sering diabaikan, tapi dapat berdampak besar pada kualitas hidup seseorang. Banyak yang menganggap bahwa skoliosis sekadar kelengkungan tulang belakang yang tidak berbahaya. Namun, faktanya, kondisi ini bisa menyebabkan rasa sakit kronis dan bahkan mempengaruhi fungsi paru-paru serta jantung jika tidak ditangani dengan baik. Penjelasan lengkap seputar skoliosis bisa disimak dalam artikel berikut ini.

Mengenal Skoliosis

Skoliosis adalah kelainan pada tulang belakang yang menyebabkan kelengkungan lateral (menyamping) atau membentuk huruf โ€œCโ€ atau โ€œSโ€ dengan sudut kelengkungan lebih dari 10 derajat berdasarkan pengukuran sudut Cobb. Sudut Cobb adalah standar untuk mengukur kelengkungan skoliosis secara medis.

buat jani dokter primaya

Skoliosis umumnya berkembang pada masa pertumbuhan di kalangan anak-anak dan remaja, terutama pada usia 10-15 tahun. Menurut artikel di Hopkins Medicine, sebanyak 80 persen kasus kelainan tulang belakang ini disebut skoliosis idiopatik karena penyebabnya tak dapat dipastikan.

Adapun dalam studi di American Journal of Translational Researchย disebutkan skoliosis lebih banyak didapati pada remaja perempuan dibanding laki-laki. Tingkat keparahannya tidak berbeda secara signifikan di antara laki-laki dan perempuan. Namun secara umum tulang belakang yang terkena skoliosis lebih kaku pada laki-laki ketimbang perempuan. Selain itu, kekakuan tulang yang melengkung ke kanan lebih tinggi daripada yang melengkung ke kiri.

Skoliosis bukan sekadar masalah estetika penampilan tubuh. Dalam kasus yang berat, skoliosis bisa menyebabkan nyeri kronis, keterbatasan gerak, hingga gangguan psikologis karena postur tubuh yang tidak simetris.

Gejala Skoliosis

Gejala skoliosis bisa sangat bervariasi dari ringan hingga berat, tergantung usia, derajat kelengkungan, dan pemicunya. Gejala yang umum meliputi:

  • Bahu tidak sejajar
  • Salah satu tulang belikat tampak lebih menonjol
  • Kepala tidak berada di tengah atau tak sejajar dengan bagian tubuh lain
  • Pinggang atau panggul terlihat miring
  • Ketidakseimbangan saat berdiri atau berjalan
  • Nyeri punggung, terutama pada orang dewasa
  • Kesulitan bernapas dalam kasus berat ketika ruang paru-paru tertekan oleh tulangโ€™
  • Saat berdiri tegak, ada perbedaan lengan yang menjuntai di samping kiri dan kanan tubuh
  • Ketika membungkuk ke depan, ketinggian punggung bagian kiri dan kanan tampak berbeda
  • Cepat merasa lelah

Gejala skoliosis sering tak terdeteksi pada anak-anak atau remaja. Seiring dengan bertambahnya usia dan tingkat keparahan kondisi, gejala itu akan makin terasa.

Penyebab Skoliosis

Sebagian besar kasus skoliosis tergolong idiopatik atau penyebabnya tak diketahui. Tapi terdapat sejumlah jenis skoliosis lain yang penyebabnya lebih kentara, seperti:

  • Kelainan perkembangan tulang belakang atau pembentukan tulang yang tak sempurna saat dalam kandungan (skoliosis kongenital)
  • Kondisi neurologis atau muskular yang mempengaruhi kontrol otot, seperti cerebral palsyatau distrofi otot (skoliosis neuromuskular)
  • Penuaan dan degenerasi tulang belakang, biasanya terjadi pada orang dewasa (skoliosis degeneratif)
Baca Juga:  Tindakan untuk Skoliosis, Tulang Belakang Melengkung

Menurut sejumlah penelitian, skoliosis idiopatik berkaitan dengan faktor genetik. Ada sejumlah gen tertentu yang teridentifikasi sebagai faktor risiko skoliosis. Jika ada riwayat skoliosis dalam keluarga, risiko seseorang mengalami kondisi yang sama akan meningkat dua-tiga kali lipat.

Cara Dokter Mendiagnosis Skoliosis

Selain mengandalkan penglihatan atau melakukan observasi visual, dokter perlu menjalankan serangkaian pemeriksaan untuk mendiagnosis skoliosis. Di antaranya:

  • Pemeriksaan fisik untuk mengecek kesimetrisan bahu, pinggul, dan tulang belikat. Metode yang biasa digunakan adalah Adamโ€™s forward bend test. Pasien akan diminta membungkuk ke depan dengan kaki rapat dan lutut lurus, sementara dokter mengamati adanya tulang belakang yang asimetris atau ketidakseimbangan tulang rusuk.
  • Foto rontgenatau sinar-X untuk mengukur derajat kelengkuangan dengan standar sudut Cobb sekaligus menentukan tingkat keparahan.
  • Magnetic resonance imaging(MRI) atau computed tomography scanย bila diduga ada kelainan saraf atau struktur lain.

Cara Mengatasi Skoliosis

Penanganan skoliosis bergantung pada tingkat keparahan kelengkungan, perkembangan kondisi, dan usia pasien. Pendekatan yang biasa diambil meliputi:

Observasi

Untuk skoliosis ringan (sudut Cobb kurang 20 derajat), terutama pada anak yang masih dalam masa pertumbuhan, pemeriksaan rutin setiap 4โ€“6 bulan dilakukan guna memantau apakah kelengkungan bertambah.

Bracing (penyangga tubuh)

Digunakan pada anak atau remaja dengan kelengkungan skoliosis 25โ€“45 derajat. Tujuannya bukan meluruskan punggung, tapi juga mencegah kelengkungan bertambah.

Fisioterapi dan latihan khusus

Program fisioterapi seperti Schroth Methodย untuk menderotasi, memperpanjang, dan menstabilkan tulang belakang terbukti efektif dapat memperbaiki postur, mengurangi rasa nyeri, hingga meningkatkan fungsi paru pada pasien skoliosis. Latihan seperti yoga dan pilates juga dapat membantu memperkuat otot inti dan memperbaiki keseimbangan tubuh.

Operasi (spinal fusion)

Prosedur pembedahan untuk memperbaiki kondisi skoliosis mungkin diperlukan ketika:

  • Sudut Cobb > 45ยฐ pada remaja
  • Sudut Cobb > 50ยฐ pada orang dewasa
  • Menimbulkan gangguan pernapasan atau nyeri kronis
Baca Juga:  Infeksi Saluran Kemih: Gejala, Mencegah dan Mengobati

Operasi ini bertujuan menyatukan dua atau lebih tulang belakang menggunakan batang logam dan sekrup agar tidak bergerak dan mencegah kelengkungan bertambah.

Komplikasi Skoliosis

Bila tak mendapat penanganan yang tepat, skoliosis bisa berkembang dan memicu sederet komplikasi yang meliputi:

  • Nyeri kronis, terutama pada pasien dewasa
  • Gangguan pernapasan bila lengkungan tulang menekan paru-paru
  • Masalah jantung dalam kasus ekstrem, ketika lengkungan tulang menekan jantung
  • Problem psikososial, terutama pada remaja yang merasa minder atau depresi akibat bentuk tubuhnya
  • Artritis tulang belakang di usia dewasa

Pencegahan Skoliosis

Sebagian besar skoliosis bersifat idiopatik sehingga sulit memastikan upaya pencegahannya. Meski begitu, ada sejumlah langkah yang bisa membantu menurunkan risiko keparahan dan deteksi dini agar penanganan lebih optimal. Di antaranya:

  • Skrining skoliosis di sekolah untuk deteksi dini pada anak-anak. Skrining disarankan pada anak perempuan berusia 10 dan 12 tahun serta anak laki-laki 13 atau 14 tahun.
  • Tidak duduk dalam posisi membungkuk terlalu lama
  • Berolahraga secara teratur untuk mengasah kekuatan otot inti dan kelenturan tubuh
  • Tidak membawa beban berat pada satu sisi tubuh, misalnya tas ransel yang disandang dengan satu bahu saja
  • Konsultasi rutin jika ada riwayat skoliosis dalam keluarga

Kapan Harus ke Dokter?

Segera konsultasi ke dokter jika ada gejala skoliosis yang didapati pada diri sendiri ataupun keluarga. Makin dini skoliosis didiagnosis, makin besar kemungkinan keberhasilan penanganannya tanpa perlu tindakan invasif seperti operasi.

Narasumber:

dr. Ajiantoro, Sp. OT (K-Spine)

Dokter Spesialis Orthopedi Konsultan Tulang Belakang

Primaya Hospital Tangerang

 

Referensi:

Share to :

Buat Janji Dokter

Promo

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Select an available coupon below