Terdapat banyak sekali obat yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah pencernaan. Salah satunya yaitu ranitidin yang kerap dokter resepkan untuk kondisi masalah duodenum dan tukak lambung.
Memang, beberapa tahun lalu obat ini sempat viral karena ditarik oleh BPOM. Namun, saat ini sudah diperbolehkan beredar kembali untuk dikonsumsi baik untuk anak maupun dewasa. Ingin tahu seputar ranitide secara lebih mendalam? Yuk cek rinciannya berikut.
Apa itu Ranitidin?
Ranitidin adalah obat penurun produksi asam lambung golongan antagonis H2 (H2 blocker) yang berfungsi untuk mengobati maag, heartburn, infeksi H. pylori, erosif esofanitis, GERD, maupun tukak lambung. Dokter juga kerap meresepkan obat ini untuk mengatasi penyakit pada kerongkongan akibat naiknya asam lambung.
Di tahun 2019, BPOM sempat menarik peredaran ranitidin dari pasaran. Hal ini karena obat ini mengandung N-Nitrosodimethylamine (NDMA) yang berpotensi menimbulkan kanker. Namun, saat ini produsen farmasi telah membuat kandungan tersebut sangat minim sehingga peredaran diizinkan kembali.
Terdapat beberapa merek ranitidin di pasaran yang dapat Anda pilih sesuai dengan bentuk obatnya. Contohnya ada:
- Tablet/kaplet: Hufadine, Ranivel, Aciblock, Rantin, Bloxer, Radin, Gasela, Ratinal, Raniphil, Graseric, Wiacid, Titan, Zantifar, Gastridin, Tricker, Xeradin, Omeranin, Zenti, Rancus, Fordin, Tyran, Renatac, Rantamid, dan juga Limaag.
- Sirup: Fordin, Ranivel, Ranicho, Wiacid, dan juga Tyran
- Injeksi: Anitid, Rantin, Radin, Ratinal, Tricker, Getidin, Gastridin, Ulceranin, dan juga Ranivel
Nama Obat | Ranitidin |
Kategori Obat | H2 blocker, antacid, antiulserasi, antirefluks |
Golongan Obat | Obat resep (obat keras) |
Bentuk Obat | Tablet/kaplet, sirus, injeksi |
Manfaat/Indikasi | Mengatasi produksi asam lambung yang berlebih |
Dikonsumsi Oleh | Anak dan dewasa |
Kategori Ibu Hamil | Kategori B, tidak ada risiko pada janin tapi belum pasti keamanannya untuk ibu hamil |
Peringatan Ibu Menyusui | Konsultasikan ke dokter karena ranitidin dapat terserap ke ASI |
Manfaat Ranitidin
Ranitidin dapat bermanfaat untuk mengatasi beberapa kondisi penyakit seperti berikut ini:
- Tukak lambung
- Refluks esofagitis
- Tukak duodenum
- Hiperasiditas
- Tukak karena penggunaan NSAID
- Infeksi bakteri H. pylori
Dosis dan Aturan Pakai Ranitidin
Dosis ranitidin harus menyesuaikan dengan kondisi penyakit maupun dengan usia pasien. Di antaranya yaitu:
Tukak Lambung
- Dewasa: 300 mg 1x sehari atau 150 mg 2x sehari dalam 4-8 minggu
Ulkus Duodenum
- Dewasa: 300 mg 1x sehari atau 150 mg 2x sehari dalam 4-8 minggu
Tukak Gaster
- Kondisi hipersekresi patologis: 150 mg 2x sehari
- Esofagitis erosif: 150 mg 4x sehari
- Penyakit berat: hingga 6g per hari
- Terapi pemeliharaan: 150 mg sebelum tidur
Untuk pemberian jenis injeksi, maka harus dilakukan oleh dokter. Dosis dapat bervariasi mulai dari 1 mg/kg BB/jam dan dapat naik secara bertahap.
Bagaimana Cara Menggunakan Ranitidin?
Selalu ikuti petunjuk yang dokter berikan atau bisa dengan melihat catatan yang ada di kemasan obat. Tanya dokter atau apoteker bila Anda masih bingung terkait cara menggunakan obat ini.
Ranitidin dapat Anda konsumsi sebelum maupun setelah makan dan usahakan diminum sebelum tidur secara rutin sehingga hasilnya efektif.
Penghentian obat ranitidin secara tiba-tiba juga tidak diperbolehkan kecuali Anda mendapatkan saran dari dokter.
Hindari konsumsi alkohol saat mengonsumsi obat ini agar terhindar dari efek samping yang tidak diinginkan.
Cara Penyimpanan
Anda dapat menyimpan obat ini pada suhu ruangan yang kering dan tidak terpapar sinar matahari langsung. Pastikan untuk tidak meletakkannya pada tempat yang mudah terjangkau oleh anak-anak.
Interaksi Ranitidin dengan Obat Lain
Ranitidin dapat berinteraksi dengan beberapa obat-obatan lain yang berpotensi meningkatkan efek sampingnya maupun melemahkan manfaatnya. Contohnya yaitu:
- Antijamur (contohnya yaitu ketoconazole)
- Pengencer darah (contohnya yaitu warfarin)
- Obat penyakit jantung (contohnya yaitu prokainamid)
- Obat infeksi HIV (contohnya yaitu delavirdine)
- Glipizide
- Obat gangguan tidur (contohnya yaitu triazolam)
- Obat kanker (contohnya yaitu gefitinib)
Peringatan dan Perhatian Menggunakan Ranitidin
Terdapat beberapa macam peringatan dan perhatian yang perlu Anda ketahui terkait penggunaan obat ini. Berikut di antaranya:
- Bila Anda punya alergi terhadap obat ini, maka pastikan informasikan ke dokter.
- Informasikan ke dokter bila Anda punya rencana hamil, sedang hamil, atau sedang menyusui.
- Beri tahu rincian obat-obatan atau suplemen yang saat ini sedang Anda konsumsi kepada dokter.
- Beri tahu juga detail riwayat penyakit yang Anda miliki seperti penyakit jantung, ginjal, diabetes, atau lainnya.
Efek Samping dan Bahaya Ranitidin
Terdapat beberapa macam efek samping umum yang bisa Anda rasakan apabila mengonsumsi ranitidin baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang seperti:
- Sakit kepala
- Insomnia
- Pusing
- Mual
- Muntah
- Halusinasi
- Ruam
- Sembelit
Sementara efek samping yang jarang terjadi meliputi:
- Kehilangan libido
- Gelisah
- Nyeri sendi
- Nyeri otot
- Rambut rontok
Alternatif Obat Sejenis Ranitidin
Terdapat serangkaian obat alternatif ranitidin yang kerap dokter resepkan sebagai pengganti obat ini seperti:
- Cimetidine
- Famotidine
- Nizatidine
Kapan Harus ke Dokter?     Â
Segera konsultasikan terhadap dokter umum atau dokter spesialis penyakit dalam apabila Anda mengalami gejala efek samping akibat mengonsumsi ranitidin. Khususnya untuk efek samping serius yang langka seperti yang kami sebutkan di atas. Bila terjadi overdosis, maka segera periksakan ke rumah sakit terdekat atau bawa ke UGD.
Narasumber:
Spesialis Penyakit Dalam
Primaya Hospital PGI Cikini
Referensi:
- Ranitidine. https://www.drugs.com/ranitidine.html. Diakses pada 29 Februari 2024.
- Ranitidine Oral. https://www.webmd.com/drugs/2/drug-4091-7033/ranitidine-oral/ranitidine-tablet-oral/details. Diakses pada 29 Februari 2024.
- Ranitidine. https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a601106.html. Diakses pada 29 Februari 2024.
- Ranitidine. https://www.nhs.uk/medicines/ranitidine/. Diakses pada 29 Februari 2024.
- H2 Blockers for GERD. https://www.healthline.com/health/gerd/h2-blockers. Diakses pada 29 Februari 2024.