• Contact Center
  • 1500 007
  • Chatbot

Brain Fog Bisa Terkait Peradangan di Otak

Brain fog

Jika Anda pernah merasa seperti ada โ€œkabutโ€ di dalam kepala yang membuat susah berkonsentrasi, mengingat sesuatu, atau berpikir jernih, bisa jadi itu adalah tanda brain fog. Menurut penelitian, kondisi ini bisa berkaitan dengan adanya peradangan sistemik yang mempengaruhi fungsi otak. Artikel ini akan membahas kaitan brain fog dengan peradangan di otak itu.

Apa Itu Brain Fog

Brain fogย adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi mental yang ditandai dengan kebingungan, kesulitan berkonsentrasi, dan masalah memori. Brain fog atau kabut otakย bukan istilah resmi dalam dunia medis. Namun banyak orang merasa mengalami gejala ini, terutama setelah sakit atau selama periode stres tinggi. Seusai pandemi Covid-19, banyak penyintas yang melaporkan gejala ini.

buat jani dokter primaya

Gejala utama yang sering dikeluhkan antara lain:

  • Kesulitan berkonsentrasi dan memusatkan perhatian: pikiran mudah buyar, sulit berfokus pada satu tugas dalam waktu lama.
  • Masalah memori: sering lupa akan hal-hal kecil, kesulitan mengingat informasi baru, bahkan lupa kata yang hendak diucapkan.
  • Keletihan mental: merasa lelah secara mental meskipun tidak melakukan aktivitas fisik berat, energi untuk berpikir seperti terkuras habis.
  • Pikiran terasa lambat atau tumpul: proses berpikir menjadi lebih lamban dari biasanya, butuh waktu lebih lama untuk memahami sesuatu.
  • Kesulitan memproses informasi dan mengambil keputusan: merasa kewalahan saat harus menganalisis informasi atau membuat pilihan.
  • Perasaan disorientasi atau kebingungan ringan: kadang merasa seperti tidak nyambung dengan sekitar.

Siapa Saja yang Bisa Mengalaminya?

Brain fogย bisa dialami oleh siapa saja dan dipicu berbagai faktor. Beberapa kondisi yang umum dikaitkan dengan brain fogย antara lain stres kronis, kurang tidur berkualitas, perubahan hormonal (misalnya saat hamil atau menopause), efek samping obat-obatan tertentu, kekurangan nutrisi, hingga kondisi medis seperti fibromialgia, sindrom kelelahan kronis, anemia, dan penyakit autoimun.

Dalam beberapa tahun terakhir, brain fogย menjadi sorotan sebagai salah satu gejala sisa jangka panjang dari infeksi Covid-19 yang dikenal sebagai long Covid. Dalam tinjauan di jurnal General Hospital Psychiatryย yang meneliti 17 studi, ditemukan peningkatan gejala long Covidย yang mengacu pada brain fog.

Diperkirakan sekitar 100 juta orang yang telah pulih dari infeksi SARS-CoV-2 mengalami gejala sisa jangka panjang, termasuk gangguan kognitif berkelanjutan alias brain fog. Tapi mekanisme penyebabnya belum sepenuhnya dipahami.

Baca Juga:  Menyiapkan Rumah Aman bagi Pasien Stroke

Namun sebuah penelitian di Nature Neuroscienceย menemukan adanya keterkaitan gangguan sawar darah-otak dan peradangan sistemik berkelanjutan pada individu dengan gangguan kognitif terkait long Covid.

Apa Itu Blood-Brain Barrier dan Fungsinya

Sawar darah otak atau blood-brain barrierย adalah salah satu struktur paling vital dalam sistem saraf kita. Sawar darah otak berperan sebagai tembok pertahanan atau benteng sekaligus gerbang yang selektif pada otak. Struktur lapisan ini berfungsi melindungi otak dari ancaman seperti racun dan patogen seperti bakteri atau virus. Hanya zat tertentu yang dibutuhkan otak, seperti oksigen dan nutrisi, yang bisa melewatinya.

Ketika terjadi kerusakan atau gangguan pada blood-brain barrier, fungsi sebagai benteng dan gerbang itu pun terganggu. Pemicunya bisa berupa infeksi berat, peradangan sistemik kronis, stres, cedera kepala, stroke, dan penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer.

Kondisi ini disebut sebagai leaky blood-brain barrierย atau sawar darah otak yang bocor. Ketika hal ini terjadi, zat-zat yang seharusnya tidak masuk ke otak dapat menembus tembok dan memicu respons inflamasi di dalam jaringan otak. Inilah awal mula dari berbagai masalah neurologis, termasuk potensi terjadinya brain fog.

Peradangan di Otak Pemicu Brain Fog

Peradangan atau inflamasi biasanya dipandang negatif padahal merupakan respons alami dan penting dari sistem kekebalan tubuh. Ketika tubuh mengalami cedera atau infeksi, sistem imun melawan penyebab infeksi itu dan memulai proses penyembuhan. Inilah yang disebut peradangan akut yang biasanya ditandai dengan kemerahan, bengkak, panas, dan nyeri serta berlangsung sementara.

Jika peradangan akut tak kunjung reda, bisa terjadi peradangan kronis yang berlangsung selama berbulan-bulan hingga tahunan dan memicu kerusakan jaringan tubuh yang sehat. Adapun peradangan sistemik terjadi ketika inflamasi meluas ke seluruh tubuh, bukan hanya di satu area. ย Peradangan sistemik yang terus-menerus dapat membebani berbagai organ, termasuk otak.

Penelitian oleh Greene et. al. di Nature Neuroscience yang dibahas Sian Lewis di jurnal Nature Reviews Neuroscienceย memberikan gambaran mengenai mekanisme biologis di balik brain fog, khususnya yang dialami oleh penyintas Covid-19.

Baca Juga:  Migrain Sering Kambuh, Apa Yang Harus Dilakukan?

Hasil penelitian menunjukkan, pada kelompok individu yang mengalami brain fog, ditemukan kadar berbagai sitokin pro-inflamasi dalam plasma darah yang secara signifikan lebih tinggi dibanding kelompok tanpa brain fog. Sitokin pro-inflamasi adalah protein yang dilepaskan ketika terjadi peradangan di otak yang memicu dan memperkuat respons peradangan.

Selain itu, peneliti mendapati adanya peningkatan kadar protein S100ฮฒ dalam plasma darah pada kelompok dengan brain fog. S100ฮฒ adalah protein yang dalam kondisi normal kadarnya sangat rendah dalam darah karena dikurung di dalam otak oleh sawar darah otak yang sehat. Peningkatan kadar S100ฮฒ dalam darah menandakan adanya kerusakan atau disfungsi pada sawar darah otak.

Temuan ini menunjukkan bahwa brain fogย yang terkait dengan long Covid sangat mungkin disebabkan oleh kombinasi peradangan sistemik dan gangguan pada sawar darah otak. Namun masih dibutuhkan riset lanjutan untuk menjelaskan bagaimana infeksi SARS-CoV-2 bisa memicu peradangan dan disfungsi sawar darah otak itu.

Untuk mengatasinya, diperlukan pendekatan holistik yang meliputi perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat dan pengobatan serta terapi. Bagi penyintas Covid-19 yang merasakan gejala brain fog, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan saran medis yang sesuai dengan kondisi yang dialami.

Narasumber:

dr. Juliet Christy Gunawan Umbas, Sp. N

Spesialis Neurologi

Primaya Hospital Hertasning

 

Referensi:

Share to :

Buat Janji Dokter

Promo

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Sahabat Sehat Primaya

Select an available coupon below