• Contact Center
  • 1500 007
  • Chatbot

Penyebab Vertigo yang Tak Kunjung Sembuh

penyebab vertigo

Vertigo bukan sekadar pusing biasa. Gejalanya bisa sangat mengganggu, bahkan sangat menghambat aktivitas sehari-hari. Apalagi ketika vertigo tak segera sembuh meski sudah diobati. Penyebab vertigo tak kunjung sembuh bisa sangat kompleks dan berkaitan dengan kondisi telinga bagian dalam, otak, dan bahkan kejiwaan. Artikel ini akan membahasnya lebih lanjut.

Apa Itu Vertigo?

Dalam buku Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory Examinations. 3rd edition, definisi vertigo adalah sensasi gerakan yang tidak normal. Sensasi ini dapat terjadi tanpa adanya gerakan atau ketika gerakan dirasakan secara tidak akurat. Orang yang mengalami vertigo akan merasa seolah-olah dirinya atau lingkungan di sekitarnya bergerak.

buat jani dokter primaya

Berbeda dengan pusing biasa, vertigo biasanya lebih intens dan kerap disertai dengan gejala seperti mual, muntah, berkeringat, dan gangguan keseimbangan. Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori utama:

  • Vertigo perifer: disebabkan oleh gangguan pada bagian dalam telinga atau saraf vestibular.
  • Vertigo sentral: berasal dari masalah pada otak, khususnya bagian otak kecil (cerebellum) atau batang otak.

Vertigo bisa terjadi karena beragam faktor, dari masalah di telinga bagian dalam, migrain, sampai gangguan sistem saraf pusat. Menurut studi di jurnal Neuroscience, vertigo sering kali dikaitkan dengan dampak psikologis yang dapat memperburuk kondisi fisik pasien.

Sebagian besar kasus vertigo akut berasal dari penyebab perifer, seperti benign paroxysmal positional vertigo (BPPV), neuritis vestibular, atau penyakit Ménière. Kondisi pasien vertigo akut akibat gangguan vestibular perifer ini bisa membaik dalam beberapa hari atau minggu, tergantung penanganannya.

Namun, pada beberapa orang, gejala pusing hingga gangguan keseimbangan bisa terus berlangsung walau pemicu utamanya pada telinga bagian dalam atau saraf keseimbangan yang membawa sinyal ke otak telah diatasi. Kondisi ini bisa dicurigai sebagai vertigo kronis persistent postural-perceptual dizziness (PPPD) yang memerlukan tindakan lebih lanjut.

PPPD Sebagai Penyebab Vertigo yang Tak Kunjung Sembuh

Persistent postural-perceptual dizziness atau PPPD adalah gangguan vestibular kronis yang ditandai dengan gejala pusing non-berputar (lebih ke arah goyang atau tidak stabil) dan ketidakseimbangan yang berlangsung selama tiga bulan atau lebih. Gejala ini biasanya memburuk ketika:

  • Berdiri atau duduk tegak
  • Melakukan gerakan aktif atau pasif tanpa memperhatikan arah atau posisi
  • Terpapar rangsangan visual yang bergerak atau kompleks (misalnya keramaian mal, pola karpet yang rumit, tontonan film aksi di bioskop).
Baca Juga:  Sering Kebas dan Mati Rasa? Waspadai Tanda-Tanda Saraf Kejepit

PPPD sering dipicu oleh kondisi yang menyebabkan vertigo akut, gangguan keseimbangan, atau pusing, seperti infeksi telinga atau cedera kepala. Kondisi ini kerap menjadi biang keladi vertigo yang tak kunjung sembuh.

Sebuah tinjauan sistematis yang diterbitkan dalam Journal of Neurology, Neurosurgery & Psychiatry berjudul “Predictors of persistent postural-perceptual dizziness (PPPD) and similar forms of chronic dizziness precipitated by peripheral vestibular disorders: a systematic review” berupaya mengidentifikasi faktor-faktor prediktor atau hal-hal yang dapat digunakan untuk memprediksi kemunculan PPPD atau bentuk-bentuk pusing kronis  yang serupa setelah seseorang mengalami gangguan vestibular perifer.

Berdasarkan analisis terhadap 13 studi, tinjauan sistematis tersebut mendapati faktor-faktor berikut ini sebagai prediktor terpenting munculnya PPPD atau pusing kronis, termasuk vertigo, setelah gangguan vestibular perifer:

Kecemasan Setelah Cedera Vestibular

Serangan vertigo akut akibat cedera vestibular bisa memicu respons cemas yang tinggi. Kecemasan yang muncul setelah serangan ini, bukan yang telah ada sebelumnya, berperan besar atas bertahannya gejala pusing dari PPPD.

Ciri Kepribadian Dependen (Dependent Personality Traits)

Individu dengan ciri kepribadian dependen (cenderung bergantung pada orang lain, takut ditinggalkan, dan sulit membuat keputusan sendiri) juga didapati lebih rentan mengembangkan PPPD.

Gairah Otonom (Autonomic Arousal)

Peningkatan gairah pada sistem saraf otonom (yang mengatur fungsi tubuh otomatis seperti detak jantung dan pernapasan) setelah kejadian pemicu juga menjadi prediktor. Artinya, jantung berdebar lebih kencang, napas lebih cepat, atau muncul keringat berlebih saat merasa pusing hingga menambah sensasi tidak nyaman.

Baca Juga:  Menyiapkan Rumah Aman bagi Pasien Stroke

Peningkatan Kewaspadaan Tubuh (Increased Body Vigilance)

Setelah mengalami vertigo, beberapa orang menjadi sangat waspada terhadap setiap sensasi kecil di tubuh mereka, terutama yang berkaitan dengan keseimbangan. Mereka terus-menerus mengecek apakah mereka merasa goyang atau pusing. Kewaspadaan berlebih ini justru bisa memperburuk dan melanggengkan gejala.

Ketergantungan Visual (Visual Dependence)

Ini berarti pasien menjadi terlalu bergantung pada input visual untuk menjaga keseimbangan dan kurang mempercayai input dari sistem vestibular (telinga dalam) atau somatosensori (sensasi dari sendi dan otot). Akibatnya, pasien mudah terganggu oleh lingkungan visual yang ramai atau bergerak.

Vertigo yang tak kunjung sembuh bukanlah hal sepele. Salah satu penyebab utamanya adalah PPPD. Meski begitu, penting untuk diingat bahwa ada kondisi lain yang juga bisa menyebabkan gejala vertigo kronis. Untuk memastikannya, diperlukan pemeriksaan oleh dokter. Diagnosis yang akurat penting untuk menentukan tindakan penanganan yang tepat.

Narasumber:

dr. Irsyah Dwi Rohmayanti, Sp.N

Spesialis Neurologi

Primaya Hospital Pasar Kemis

 

Referensi:

Share to :

Buat Janji Dokter

Promo

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Sahabat Sehat Primaya

Select an available coupon below