Gagal jantung kongestif adalah salah satu jenis penyakit jantung yang tak begitu familiar di masyarakat umum. Orang kerap menyalahartikannya dengan serangan jantung, yaitu ketika jantung mendadak berhenti berdetak. Serangan jantung terjadi secara mendadak, terasa menyakitkan, dan bisa berujung fatal. Sedangkan gagal jantung kongestif berkembang perlahan dan bisa keliru dipahami sebagai gejala penuaan biasa. Namun baik serangan jantung maupun gagal jantung sama-sama berbahaya.
Mengenal Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung kongestif terjadi saat otot jantung tak dapat memompa darah dengan cukup kuat ke seluruh tubuh. Masalah kesehatan ini dulu mendapat julukan silent killer atau pembunuh senyap karena bisa muncul tanpa disertai gejala dalam jangka waktu lama hingga akhirnya membuat pasien meninggal.
Namun saat ini para peneliti telah menemukan kesimpulan bahwa gagal jantung kongestif tidak berarti vonis mati bagi pasien. Banyak orang yang menderita gagal jantung ringan hingga sedang dapat hidup lama dan normal dengan bantuan obat-obatan dan perawatan.
Berikut ini beberapa fakta seputar gagal jantung yang didapati dalam penelitian:
- Gagal jantung berarti fungsi pemompaan jantung tak dapat memenuhi kebutuhan dasar tubuh
- Penyakit ini bisa muncul bersama penyakit lain
- Gejala antara satu pasien dan pasien lain bervariasi
- Penyakit ini bersifat progresif atau dapat memburuk seiring dengan waktu
- Banyak pasien yang merasa kelelahan dan napasnya pendek
Pasien gagal jantung kongestif dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori berdasarkan kemampuannya dalam beraktivitas sehari-hari:
I: tidak ada masalah mobilitas
II: hanya ada masalah mobilitas yang kecil
III: memiliki keterbatasan untuk kegiatan tertentu
IV: tidak bisa menyelesaikan kegiatan tanpa merasakan ketidaknyamanan yang ekstrem
Gejala Gagal Jantung Kongestif
Terdapat beberapa gejala yang mengindikasikan seseorang mengalami gagal jantung kongestif. Pemeriksaan di rumah sakit jantung dapat mengonfirmasi gejala ini. Meski demikian, gejala pada tingkat awal mungkin tidak mempengaruhi kondisi kesehatan umum. Ada setidaknya tiga tingkatan gejala yang muncul menurut keparahannya.
Tahap awal
- Kaki membengkak
- Mudah merasa lelah, terutama setelah melakukan kegiatan fisik
- Berat badan meningkat secara signifikan
- Sering ingin buang air kecil, terutama saat malam hari
Tahap menengah
- Detak jantung tak beaturan
- Batuk-batuk akibat pembengkakan paru-paru
- Napas tersengal-sengal
- Napas pendek karena paru-paru terisi cairan
- Susah menggerakkan badan karena kelelahan
Tahap lanjut
- Rasa nyeri di dada, bisa jadi ini mengindikasikan serangan jantung
- Kulit membiru, tanda paru-paru kekurangan oksigen
- Napas cepat dan pendek
- Pingsan
Pada tahap lanjut, gejala gagal jantung kongestif terasa bahkan saat beristirahat. Akibatnya, pasien sulit menjalankan kegiatan sehari-hari.
Penyebab Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung kongestif terjadi karena masalah otot jantung yang disebabkan oleh beragam faktor. Di antaranya:
Penyakit arteri koroner: aliran darah yang mengandung oksigen ke jantung tersumbat karena tumpukan plak dalam pembuluh darah arteri, pengerasan arteri, atau lapisan dalam arteri robek.
Serangan jantung: terjadi ketika arteri koroner tiba-tiba tersumbat dan darah tak bisa mengalir ke jantung sepenuhnya. Akibatnya, otot jantung menjadi rusak permanen dan sel otot bisa mati, sementara sel otot yang masih normal terpaksa bekerja lebih keras.
Kardiomiopati: penyakit ini mengacu pada kerusakan dan pembengkakan otot jantung yang tidak dipicu masalah aliran darah atau arteri koroner.
Penyakit jantung bawaan: kelainan jantung yang terjadi dalam masa kehamilan karena masalah perkembangan janin.
Diabetes: tingginya kadar gula darah
Hipertensi: tekanan darah tinggi
Obesitas: kelebihan berat badan
Aritmia: kelainan irama jantung
Gaya hidup tidak sehat: misalnya merokok, menggunakan narkotik, makan makanan tidak sehat, jarang berolahraga
Deteksi Gagal Jantung Kongestif
Untuk menentukan apakah seseorang mengalami gagal jantung kongestif, dokter perlu mengetahui gejala yang dikeluhkan serta riwayat kesehatan orang itu. Dokter akan menanyakan beberapa hal, seperti:
- Apakah ada penyakit lain yang diderita, terutama yang berkaitan dengan jantung
- Adakah anggota keluarga yang punya penyakit jantung
- Punya kebiasaan merokok atau tidak
- Minum alkohol atau tidak. Jika minum seberapa banyak
- Apakah sedang atau pernah menjalani kemoterapi
- Obat-obatan apa yang sedang diminum
Dokter di rumah sakit jantung juga perlu memeriksa fisik pasien untuk mencari tanda gagal jantung dan penyakit lain yang mungkin menyebabkan otot jantung lemah atau kaku.
Adapun tes yang diperlukan untuk mendiagnosis gagal jantung meliputi:
Tes darah: untuk mengetahui kadar kolesterol dan tingkat sel darah merah
Kateterisasi jantung: penggunaan alat berbentuk tabung kecil dan panjang yang disebut kateter yang dimasukkan ke arteri dan diarahkan ke jantung untuk mengetahui kondisi jantung. Sinar-X dan cairan kontras juga diperlukan agar dapat melihat jantung dan pembuluh darah lebih jelas.
Sinar-X: hasil pemindaian sinar-X bisa menunjukkan ukuran jantung dan apakah ada penumpukan cairan di area jantung serta paru-paru.
Echocardiogram: penggunaan teknologi gelombang suara untuk mengetahui seberapa baik fungsi pemompaan jantung sekaligus mengecek aliran darah.
Pengukuran fraksi ejeksi: fraksi ejeksi adalah ukuran untuk seberapa banyak darah yang dipompa keluar dari jantung dalam setiap detaknya. Pengukurannya dapat menggunakan echocardiogram, magnetic resonance imaging (MRI), atau pencitraan multigated acquisition (MUGA). EF yang normal adalah 55-70 persen.
Elektrokardiogram: untuk merekam aktivitas elektrik jantung menggunakan elektroda yang terhubung dengan mesin monitor elektrokardiograf.
Pengobatan Gagal Jantung Kongestif
Obat-obatan untuk penyakit gagal jantung kongestif bisa diberikan, tergantung tingkat keparahan kondisi pasien. Dokter mungkin juga perlu menjalankan prosedur medis lain untuk membantu memperbesar peluang pulih pasien. Jenis obat yang diperuntukkan bagi pasien gagal jantung antara lain:
ACE inhibitor (penghambat enzim konversi angiotensin): untuk menurunkan tekanan darah
Digoksin: berguna buat menguatkan otot jantung
Beta blockers (penghambat beta): meringankan kerja jantung dengan menghambat hormon tertentu
Diuretik: mengeluarkan cairan berlebih dari tubuh
Sedangkan prosedur lain termasuk perbaikan atau mengganti katup jantung, operasi bypass untuk mengatasi sumbatan pada arteri, pemasangan defribilator guna mengembalikan irama detak jantung, dan transplantasi jantung.
Pencegahan Gagal Jantung Kongestif
Pada prinsipinya, gagal jantung kongestif bisa terjadi karena beragam faktor yang berkaitan dengan jantung. Maka upaya pencegahan utama adalah mengendalikan faktor risiko tersebut. Terutama dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.
Bila punya kebiasaan merokok, kinilah saatnya berhenti merokok demi jantung yang sehat dan bebas dari gagal jantung. Memonitor berat badan, kadar kolesterol, dan tekanan darah juga penting agar terhindar dari risiko penyakit jantung. Yang tak kalah penting adalah rajin berolahraga serta makan gizi seimbang.
Kapan Harus ke Dokter?
Seperti jenis penyakit lain, makin awal kondisi pasien terdiagnosis, makin besar kemungkinan keberhasilan perawatannya. Gagal jantung kongestif yang memburuk secara perlahan mungkin tidak terlacak hingga sudah tingkat lanjut. Karena itu, tak perlu ragu berkonsultasi dengan dokter serta menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin. Terlebih bila pasien memiliki faktor risiko. Jangan tunggu sampai muncul gejala gagal jantung yang lebih serius.
Narasumber:
dr. Facmi Achmad m, Sp.Jp.FIHA
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah
Referensi:
https://www.healthline.com/health/congestive-heart-failure