Saat massa otot berkurang, maka akan mengakibatkan penderitanya lemah. Ada banyak kondisi yang mendasari berkurangnya massa dan kekuatan otot, salah satunya yaitu yang dalam medis disebut sebagai sarkopenia.
Sarkopenia memang dapat terjadi pada semua usia, namun lansia lebih kerap terjadi karena faktor aging atau penuaan. Beberapa kondisi kesehatan yang sering menyerang lansia juga dapat mengakibatkan kondisi ini.
Apa Itu Sarkopenia?
Sarkopenia yaitu kondisi ketika otot kehilangan massa, fungsi, dan kekuatannya. Kondisi ini termasuk ke dalam golongan atrofi otot di mana otot kehilangan jaringannya yang umumnya terjadi pada lansia.
Walau demikian, orang dengan usia lebih muda juga tetap berisiko mengalami kondisi ini. Khususnya jika mengalami malnutrisi, maka seseorang akan lebih berpotensi untuk terkena sarkopenia.
Penyebab terjadinya penurunan massa dan fungsi otot yaitu karena terjadinya bentrok antara proses anabolisme (pembentukan) dan katabolisme (penghancuran) dalam sel otot.
Hal tersebut juga berpeluang besar dalam memengaruhi sistem muskuloskeletal tubuh. Hal ini dapat mengakibatkan seseorang mudah mengalami cedera maupun terjatuh karena otot tidak memiliki kekuatan untuk melaksanakan fungsinya dengan baik.
Gejala utama saat seseorang mengalami sarkopenia yaitu mudah mengalami kelelahan. Jadi, saat mereka kekurangan otot, maka akan timbul rasa lemah, lelah, lesu, keletihan, stamina menurun, dan juga tidak ada gairah.
Hal tersebut bisa mengakibatkan gejala lanjutan seperti malas bergerak, tidak nafsu makan yang berakibat pada memperberat gejala penyakit yang memang sudah ada yang umum dimiliki lansia.
Nama | Sarkopenia |
Gejala Utama | Kelelahan, stamina menurun, ukuran otot mengecil |
Dokter Spesialis | Dokter spesialis saraf |
Penyebab Utama | Penuaan, malnutrisi, gaya hidup sedentari, penyakit kronis |
Diagnosis | Pemeriksaan fisik, wawancara medis, dan cek tahap lanjut |
Faktor Risiko | Orang dengan usia lanjut |
Pengobatan | Fisioterapi, HRT (hormone replacement therapy) |
Pencegahan | Cukupi kebutuhan gizi, aktivitas fisik rutin |
Komplikasi | Cedera karena jatuh, gangguan keseimbangan, memburuknya penyakit bawaan |
Faktor Risiko
Sarkopenia lebih kerap terjadi pada orang yang berusia lanjut (lansia). Hal ini karena penuaan membuat otot makin berkurang massanya secara alami.
Walau demikian, dalam beberapa studi juga menunjukkan bahwa kondisi ini juga dapat terjadi pada usia dewasa muda. Umumnya, hal tersebut disebabkan karena faktor kurangnya nutrisi hingga stres berat.
Penyebab Sarkopenia
Penyebab sarkopenia yaitu karena terjadinya bentrokan antara proses anabolisme (pembentukan) dan katabolisme (penghancuran) dalam sel otot. Hal ini bisa disebabkan karena beberapa faktor seperti:
1. Penuaan
Salah satu alasan mengapa hal ini sering terjadi pada lansia yaitu karena penuaan akan secara alami membuat tubuh melalukan proses anabolisme dan katabolisme dalam sel otot tersebut.
2. Malnutrisi
Jika tubuh kekurangan nutrisi, maka akan mengakibatkan melemahnya dan berkurangnya massa otot. Ini bisa terjadi saat seseorang kekurangan asam amino dari protein di mana protein sangat penting dalam proses pembentukan otot.
3. Sedentary Lifestyle
Yaitu gaya hidup sedentari (sedentary lifestyle) atau jarang melakukan aktivitas fisik. Ini biasa terjadi karena pekerjaan yang menghabiskan hari-hari di depan komputer. Menjadikan otot tidak mendapatkan rangsangan kontraksi sehingga pembentukan sel otot terganggu.
4. Penyakit Kronis
Beberapa jenis penyakit kronis juga bisa membuat seseorang berpotensi untuk terkena kondisi ini. Contohnya yaitu ka rena stroke, HIV/AIDS, TBC, alzheimer, maupun penyakit lainnya.
Gejala Sarkopenia
Gejala yang paling tampak dari sarkopenia yaitu berupa otot yang melemah. Hal ini juga kerap disertai dengan beberapa kondisi lain seperti halnya:
- Stamina yang menurun
- Mengecilnya ukuran otot
- Sulit naik atau turun tangga
- Sulit menjalankan aktivitas sehari-hari
- Keseimbangan koordinasi gerak terganggu
Cara Dokter Mendiagnosis
Dokter umumnya akan melakukan beberapa metode untuk mendiagnosis kondisi ini yaitu:
- Wawancara medis
- Pemeriksaan fisik
- Cek massa otot
- Cek kekuatan otot
- Tes fungsi otot
Pencegahan Sarkopenia
Walaupun risiko terkena sarkopenia tidak dapat dihindari sepenuhnya khususnya bagi lansia, namun ada beberapa metode pencegahan yang dapat Anda lakukan. Berikut di antaranya:
- Pastikan untuk aktif bergerak dan berolahraga secara teratur
- Makan makanan bergizi tinggi dengan nutrisi yang seimbang
- Khusus lansia, Anda bisa ikut dalam kegiatan sosial
- Periksakan rutin penyakit kronis jika memilikinya
Pengobatan Sarkopenia
Serangkaian pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi ini meliputi beberapa hal berikut:
1. Olahraga
Olahraga merupakan pengobatan dan perawatan utama untuk mengatasi kondisi ini. Dalam banyak riset menyebutkan bahwa resistance training terbukti mampu meningkatkan kekuatan otot dan juga stamina seseorang. Rutin melakukan olahraga resistance training juga akan memberikan level hormon yang seimbang.
2. Fisioterapi
Yaitu jenis terapi fisik yang digunakan untuk melatih massa otot. Biasanya kondisi ini akan dokter lakukan untuk kondisi penyusutan otot yang parah. Fisioterapi bisa dilakukan oleh terapis profesional melalui layanan rehabilitasi medis yang kerap ditawarkan oleh beberapa layanan kesehatan.
3. Pemberian HRT (Hormone Replacement Therapy)
Yaitu jenis terapi di mana dokter akan menyuntikkan hormon khusus seperti hormon testosterone atau growth hormone untuk membantu memulihkan kembali kadar hormon yang mulai berkurang seiring berjalannya usia.
4. Pemberian Nutrisi Tambahan dan Suplemen
Mencukupi kebutuhan gizi dengan makanan tinggi protein, makanan kaya omega 3, dan beberapa suplemen juga dapat membantu kondisi ini. Beberapa suplemen yang dapat diberikan meliputi vitamin D, hydroxy methylbutyrate, dan angiotensin converting enzyme.
Komplikasi
Mengutip dari Healthline, bahwa penyakit ini berhubungan dengan penyakit diabetes tipe 2, obesitas, dan juga tekanan darah tinggi. Hal ini berakibat pada masalah seperti stroke, jantung koroner, hingga masalah pembuluh darah lainnya.
Kapan Harus ke Dokter?
Seperti periksakan ke dokter saraf apabila Anda mengalami gejala sarkopenia yang disertai dengan tidak berfungsinya otot seiring berjalannya waktu. Pemeriksaan yang awal diperlukan guna terhindar dari potensi terkena penyakit lain yang lebih kompleks.
Narasumber:
Spesialis Saraf
Primaya Hospital Bekasi Utara
Referensi:
- Optimal management of sarcopenia. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2938029/. Dikutip pada tanggal 06 September 2024.
- Sarcopenia. https://doi.org/10.1136/bmj.c4097. Dikutip pada tanggal 06 September 2024.
- Slowing or reversing muscleloss. http://www.mayoclinic.org/medical-professionals/clinical-updates/physical-medicine-rehabilitation/slowing-or-reversing-muscle-loss. Dikutip pada tanggal 06 September 2024.
- Sarcopeniain older adults. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4066461/. Dikutip pada tanggal 06 September 2024.
- Sarcopenia. https://www.healthline.com/health/sarcopenia. Dikutip pada tanggal 06 September 2024.