Memiliki anak adalah anugerah yang tak terhingga. Orang tua tentu ingin memberikan kasih sayang sebesar-besarnya bagi sang buah hati. Namun ada kalanya anak sulit menurut dan bertindak di luar batas sehingga membuat orang tua marah. Dalam kondisi demikian, orang tua tidak disarankan marah dengan cara membentak anak karena ada dampak yang membahayakan dalam jangka pendek ataupun panjang.
Bolehkan Orang Tua Membentak Anak?
Sudah banyak penelitian yang menemukan kaitan kebiasaan membentak anak dengan gangguan pada kondisi psikologis dan perilaku anak. Sebuah penelitian lintas kampus pada 2010 yang dipublikasikan National Institutes of Health, Amerika Serikat, misalnya, mendapati berteriak kepada anak justru membuat anak makin agresif secara fisik dan verbal.
Karena itulah dokter anak ataupun psikolog tidak merekomendasikan membentak anak sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan anak. Meski demikian, harus ditekankan bahwa membentak di sini berbeda konteks dengan menaikkan level suara alias berteriak untuk hal-hal tertentu.
Berteriak adalah cara alami dan universal untuk mengekspresikan keresahan, kekhawatiran, atau frustrasi. Orang tua yang berteriak tidak lantas menjadikannya monster. Hampir semua orang tua di dunia tentu pernah meneriaki anak-anaknya secara refleks. Namun mesti digarisbawahi berteriak dalam hal ini tidak dalam rangka memarahi atau menghardik anak, apalagi dengan kata-kata kasar dan merendahkan.
Misalnya ketika anak tiba-tiba berlari ke arah jalan raya, sementara ada sepeda motor yang sedang melintas. Atau anak berusia lebih besar yang sedang berkelahi dengan temannya. Dalam situasi demikian, berteriak adalah cara alami bagi orang tua untuk menarik perhatian anak agar mereka tidak berlarian dan berhenti berkelahi.
Namun kadang sulit membedakan mana teriakan yang natural dan mana yang menjurus ke bentakan yang ekstrem dan membahayakan kondisi psikologis anak. Perbedaan utamanya terletak pada maksud dan kata-kata yang dikeluarkan. Yang pasti, para pakar berpendapat bahwa orang tua harus menghindari membentak anak jika ingin anaknya tidak ikut-ikutan meninggikan suara ketika menyuarakan kemarahan.
Apa Dampak Sering Membentak Anak?
Kebiasaan orang tua yang sering membentak anak akan menimbulkan dampak negatif dan berkepanjangan. Berikut ini beberapa di antaranya:
Jangka pendek
- Perilaku agresif
- Gejala gangguan kecemasan
- Masalah perilaku, misalnya anak laki-laki sering lepas kontrol, sementara anak perempuan kerap mengambek
- Menarik diri dari orang tua
Jangka panjang
- Masalah perilaku menjadi-jadi: bentakan memang sekilas bisa membuat anak menjadi diam, tenang, dan menurut. Tapi itu cuma sementara. Sederet penelitian mendapati anak justru jadi kebal terhadap bentakan serta makin melawan dan memberontak orang tua.
- Perubahan pada perkembangan otak: hasil pemindaian pencitraan resonansi magnetik pada orang yang punya riwayat kekerasan verbal menemukan adanya perubahan pada bagian otak yang memproses suara dan bahasa
- Depresi: saat dibentak, anak akan merasa terlukai, takut, dan sedih. Bila hal ini kerap terjadi, akan muncul masalah psikologis yang lebih pelik seperti depresi atau gangguan kecemasan yang bisa memicu berbagai masalah, dari penyalahgunaan narkotik hingga percobaan bunuh diri
- Penyakit kronis: pengalaman negatif pada masa kecil, termasuk bentakan, terkait dengan kondisi kronis saat dewasa, seperti artritis, sakit kepala, serta masalah leher dan punggung.
- Masalah fisik: stres yang dirasakan saat anak-anak bisa menimbulkan efek jangka panjang pada kesehatan fisik saat dewasa
- Masalah mental: bentakan membuat mental anak terpengaruh hingga memunculkan masalah seperti tidak percaya diri, kecemasan, serta perilaku bully atau merisak
- Masalah sosial: anak yang kerap mendapat bentakan bisa mengalami masalah terkait dengan kehidupan sosialnya, misalnya dalam pergaulan dengan teman sekolah
Jika Sudah Telanjur Membentak Anak, Apa yang Harus Dilakukan?
Orang tua tidak selalu membentak anak karena kebiasaan atau sengaja. Kadang bentakan itu keluar karena ada pemicu yang tidak terkait dengan si anak. Misalnya orang tua yang sedang stres karena pekerjaan, lalu melihat anaknya menumpahkan air susu ke karpet. Bisa jadi keluar bentakan bernada marah kepada buah hati itu.
Kalau sudah begini, orang tua mesti cepat-cepat sadar bahwa apa yang dilakukan itu tidak tepat. Bila sudah telanjur membentak anak, lakukan langkah-langkah berikut ini:
1. Meminta maaf
Kata pertama yang mesti keluar setelah membentak anak adalah โmaafโ. Kata ini sekaligus menjadi pembuka komunikasi yang manjur jika diucapkan dengan tulus. Ucapan ini juga menjadi tanda bahwa membentak itu adalah tindakan yang keliru dan tak patut ditiru.
2. Beri penjelasan
Setelah meminta maaf, jelaskan bahwa teriakan itu ada sebabnya. Beri penjelasan sederhana mengenai penyebab atau pemicunya. Jangan menggunakan kata-kata yang justru menimpakan kesalahan kepada anak sebagai penyebab.
3. Beri pelukan
Anak bisa menjadi sangat ketakutan hingga marah ketika mendapat bentakan. Karena itu, beri ketenangan dan kenyamanan lewat pelukan. Ini penting sebagai gestur untuk memberi tahu bahwa orang tua sayang kepada anak terlepas dari apa pun yang terjadi. Dengan memeluk anak, hati orang tua yang sedang dongkol pun bisa jadi ikut tenang.
4. Luangkan waktu bersama
Membentak anak bisa menciptakan jarak. Agar hubungan tetap dekat, luangkan waktu untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan bersama. Misalnya makan es krim bareng atau menemani buah hati menonton film kartun kesukaan.
5. Maafkan diri sendiri
Setelah membentak anak, orang tua kerap merasa bersalah sendiri. Tapi tidak ada manusia yang sempurna. Meski sudah berusaha mengendalikan diri, kadang teriakan itu keluar juga. Jangan sampai terlarut dalam rasa bersalah. Pastikan memaafkan diri sendiri dan berusaha untuk menjadi orang tua yang lebih baik.
Cara Mencegah agar Tidak Membentak Anak?
Jika sudah tahu bahwa membentak anak bisa berdampak buruk terhadap kondisi buah hati, kini saatnya untuk memastikan mencegah bentakan itu muncul. Berikut ini sejumlah cara yang bisa dilakukan:
1. Tenangkan diri
Sebelum amarah makin meluap, cobalah menenangkan diri dengan meninggalkan โarena perangโ. Beri diri waktu sejenak untuk tenang, menilai situasi, dan memikirkan apa yang sebaiknya dilakukan alih-alih membentak anak.
2. Kenali pemicunya
Bentakan biasanya ada pemicunya. Dengan mengenali pemicu ini, orang tua bisa sadar diri sehingga dapat membuat keputusan yang lebih baik daripada membentak anak.
3. Bersikap tegas, bukan keras
Menghindari membentak anak bukan berarti membiarkan anak melakukan kesalahan. Orang tua tetap bisa bersikap tegas dan menghindari kekerasan ketika memarahi anak. Hindari kata-kata yang bisa menyakitkan hati dan merendahkan mental mereka. Gunakan nada yang tenang dan pelan, mintalah anak untuk menatap mata agar tercipta komunikasi yang efektif.
4. Terapkan konsekuensi, bukan ancaman
Membentak anak sering kali diikuti dengan ancaman dari orang tua. Hal ini justru membuat anak merasa tidak aman. Sebaiknya orang tua menerapkan konsekuensi sebagai hukuman dan tak perlu yang bersifat berat. Misalnya mengurangi waktu bermain gadget atau mengambil sementara mainan kesukaannya.
5. Beri peringatan
Ketika anak melakukan hal yang memancing kemarahan, beri peringatan dengan halus. Ingatkan bahwa ada konsekuensi jika meneruskan perbuatan itu.
4. Berkonsultasi dengan dokter
Jika orang tua merasa sulit mencegah diri membentak anak dan sering dilanda kemarahan, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau psikolog untuk mendapatkan kiat-kiat khusus mengendalikan emosi dari sisi psikologi klinis.
Reviewed by
dr. Citra Amelinda, SpA, IBCLC, MKes
Dokter Spesialis Anak
Primaya Hospital Bekasi Timur
Referensi:
- Can Yelling at a Child Be Harmful?. https://www.medicinenet.com/can_yelling_at_a_child_be_harmful/article.htm. Diakses 26 September 2022
- Exploring the Relation of Harsh Parental Discipline with Child Emotional and Behavioral Problems by Using Multiple Informants. The Generation R Study. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4132073/pdf/pone.0104793.pdf. Diakses 26 September 2022
- Parent Discipline Practices in an International Sample: Associations With Child Behaviors and Moderation by Perceived Normativeness. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2888480/pdf/nihms-198378.pdf. Diakses 26 September 2022
- How to Prevent Yourself From Yelling at Your Kid. https://www.webmd.com/parenting/features/stop-yelling-at-your-kids. Diakses 26 September 2022