Anak menggunakan dan melatih berbagai indra yang dimiliki lewat kegiatan sehari-hari. Selama ini banyak dikenal pancaindra, yakni indra pendengaran, penglihatan, perabaan, penciuman, dan pengecapan. Selain kelima indra itu, sebenarnya ada beberapa indra yang juga penting tapi kurang dikenal, seperti indra keseimbangan dan kesadaran tubuh. Semua indra itu tercakup dalam sensori integrasi yang dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang anak.
Mengenal Sensori Integrasi
Sensori integrasi adalah kemampuan tubuh dan otak untuk mengenali, memproses, dan mengatur informasi sensori alias indrawi melalui sentuhan, gerakan, kesadaran tubuh, penglihatan, suara, bau, rasa, dan tarikan gravitasi. Sensori integrasi berkembang seiring dengan pengalaman masa kecil. Namun, pada sebagian anak, ada gangguan atau masalah tertentu yang membuat mereka sulit mengembangkan kemampuan indrawi ini sehingga membutuhkan terapi sensori integrasi.
Individu yang memiliki masalah sensori integrasi akan sulit mengenali, memahami, dan merespons informasi indrawi. Respons otak mereka terhadap stimulasi sensori mungkin berlebih atau kurang atau kombinasi keduanya. Kondisi ini sering dikaitkan dengan masalah perilaku anak dalam keseharian, misalnya sulit memfokuskan perhatian ketika diajak bicara, terlalu sensitif terhadap suara atau warna tertentu, tidak menyahut ketika dipanggil namanya, terlalu aktif mencari perhatian dengan gerakan-gerakan tertentu, atau sulit menjaga keseimbangan saat beraktivitas.
Terapi sensori integrasi adalah bagian dari terapi okupasi yang merupakan layanan terapi dengan target spesifik bagi orang-orang yang memiliki masalah fisik ataupun mental. Dalam terapi sensori integrasi bagi anak, terapi dijalankan dengan menirukan aktivitas fisik alami anak-anak dan memanfaatkan sifat bawaan anak-anak untuk belajar dan berkembang. Dengan berbagai aktivitas yang diprogram oleh terapis ini, diharapkan anak yang memiliki masalah sensori integrasi bisa tetap tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan.
Siapa Saja yang Memerlukan Sensori Integrasi
Terapi sensori integrasi terutama diperuntukkan bagi anak yang didiagnosis mengalami gangguan pemrosesan indrawi atau sensory processing disorder. Ada beberapa kondisi yang terkait dengan gangguan ini, seperti:
- Gangguan spektrum autistik
- Gangguan pemusatan perhatian
- Ketidakmampuan mempelajari hal yang umum atau hal tertentu
- Peristiwa pasca-trauma, penyakit, atau cedera
- Gangguan koordinasi perkembangan
- Kesulitan mengendalikan suasana hati
Kapan Seseorang Memerlukan Sensori Integrasi?
Seorang anak bisa jadi memerlukan terapi sensori integrasi jika perilaku atau sikapnya menunjukkan ada masalah pemrosesan indrawi, misalnya:
- Fokusnya mudah teralihkan
- Tidak bisa diam (selalu bergerak) atau enggan diajak melakukan aktivitas
- Impulsif (sering mengambil risiko)
- Ceroboh atau rentan mengalami kecelakaan
- Sulit beradaptasi dengan lingkungan baru
- Enggan ada perubahan pada rutinitas sekecil apa pun
- Bermasalah di sekolah
- Sulit memiliki teman baru
Manfaat/Tujuan Terapi Sensori Integrasi
Terapi sensori integrasi bertujuan membuat anak dapat memperbaiki dan mengembangkan respons yang tepat dan spontan terhadap pengalaman lingkungan sehingga fungsinya dalam kehidupan sehari-hari meningkat. Sensori integrasi mendukung perkembangan fisik, sosial, dan emosional anak. Pemberian terapi sensori integrasi akan mempengaruhi perhatian, koordinasi, partisipasi sosial, dan perilakunya sehingga ada perbaikan kualitas hidup di rumah, sekolah, dan komunitas yang lebih luas.
Persiapan Sebelum Menjalani Sensori Integrasi
Hal utama yang harus dilakukan sebelum menjalani terapi sensori integrasi adalah anak harus mendapat pemeriksaan dan asesmen secara menyeluruh untuk menyimpulkan kondisi yang dialami dan penanganan apa yang tepat. Pemeriksaan ini diperlukan oleh terapis untuk menyusun sesi terapi yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Misalnya anak sulit melakukan kegiatan sehari-hari, seperti mandi, mengenakan pakaian, dan makan sendiri hingga sering frustrasi setiap hari. Terapis akan mengevaluasi sistem indrawi si anak untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Bila sudah mendapat diagnosis, orang tua tinggal mengikuti jadwal sesi terapi baik di rumah sakit, klinik terapi, ataupun rumah sendiri bila ada layanan homecare.
Prosedur dan Pelaksanaan Sensori Integrasi
Prosedur terapi sensori integrasi diawali asesmen oleh terapis. Pelaksanaannya bergantung pada hasil asesmen tersebut karena kebutuhan terapi anak berlainan sesuai dengan masalah sensori yang dialami. Inti terapi ini adalah melatih anak untuk mengolah dan merespons stimulasi indrawi secara tepat lewat aktivitas fisik dan latihan secara berkala. Metodenya bisa bermacam-macam.
Terapi diupayakan berlangsung dalam suasana dan kegiatan yang menyenangkan dan memancing anak untuk merespons stimulasi. Misalnya anak diajak merangkak, memanjat, melompat, menggelinding, mengayun, memegang benda, mewarnai, dan sebagainya. Dengan begitu, anak terbantu untuk memahami dan memanfaatkan stimulasi indrawi dengan lebih efektif.
Perawatan Pasca Sensori Integrasi
Orang tua bisa membantu kesuksesan terapi dengan turut mempraktikkan teknik terapi di rumah agar hasil yang diperoleh dari sesi terapi terus bertahan. Dari aktivitas membaca buku cerita anak, misalnya, anak bisa diajak merasakan lembaran kertas ketika dibuka, mencium bau kertas dan tinta pada buku, dan memahami pesan yang disampaikan oleh cerita tersebut. Kegiatan bermain dengan berbagai mainan di rumah juga bisa dimanfaatkan untuk melatih kemampuan sensori integrasi anak.
Adakah Efek Samping Setelah Sensori Integrasi?
Dari berbagai riset, tidak ada efek samping yang merugikan kesehatan dari terapi sensori integrasi. Tapi ada kemungkinan anak sulit diajak bekerja sama dalam sesi terapi sehingga butuh pendampingan yang intensif agar tujuan terapi tercapai.
Sensori Integrasi di Primaya Hospital
Primaya Hospital menyediakan terapi sensori integrasi yang ditangani oleh para terapis spesialis. Terapis memberikan layanan asesmen dan sesi terapi dengan teknik dan strategi yang komprehensif untuk meningkatkan partisipasi anak dalam aktivitas sehari-hari. Primaya Hospital juga bisa mengombinasikan terapi sensori dengan terapi lain yang mungkin dibutuhkan demi tumbuh kembang anak yang optimal sesuai dengan hasil asesmen.
Reviewed by
dr. Tamariska Gerdawaty, Sp.KFR
Dokter Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi
Primaya Hospital Karawang
Referensi:
- Sensory integration therapy. https://raisingchildren.net.au/autism/therapies-guide/sensory-integration. Diakses 20 Juli 2022
- Sensory Integration Therapy. https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/developmental-disabilities/Pages/Sensory-Integration-Therapy.aspx. Diakses 20 Juli 2022
- Sensory Integration Therapies for Children With Developmental and Behavioral Disorders. https://publications.aap.org/pediatrics/article/129/6/1186/32067/Sensory-Integration-Therapies-for-Children-With?autologincheck=redirected. Diakses 20 Juli 2022
- Sensory Integration. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559155/. Diakses 20 Juli 2022
- Treating Sensory Processing Issues. https://childmind.org/article/treating-sensory-processing-issues/. Diakses 20 Juli 2022