• Contact Center
  • 1500 007
  • Chatbot

Punya Penyakit Jantung Bawaan, Apa Bisa Jadi Atlet?

jantung bawaan

Menjadi seorang atlet profesional adalah mimpi bagi banyak orang. Perlu kerja keras yang konsisten selama bertahun-tahun ย untuk mewujudkan hal ini. Seorang atlet juga harus punya kondisi fisik dan mental yang prima untuk bertanding di tingkat nasional atau bahkan dunia.

Lalu bagaimana dengan mereka yang menderita penyakit jantung bawaan? Apakah harus mengubur mimpi jadi atlet atau bahkan tidak bisa berolah raga sama sekali?

Atlet Dengan Penyakit Jantung Bawaan

Seseorang baru bisa disebut sebagai atlet ketika rutin mengikuti kompetisi beberapa kali dalam setahun. Dan untuk bertanding cukup sering butuh latihan yang tidak kalah teratur, terutama mendekati masa kompetisi.

Figur seorang atlet identik dengan kondisi tubuh prima dan stamina di atas rata-rata. Karena itu, berita atlet terkena serangan jantung saat bertanding bisa jadi sangat mengejutkan. Padahal, bisa jadi ada masalah dasar seperti kelainan genetis yang mengakibatkan kondisi jantung abnormal.

Penyakit jantung bawaan memang bisa di deteksi sejak berada di dalam kandungan. Tapi sebagian besar orang tidak menyadari masalah di organ dalam hingga usia dewasa, atau bahkan setelah meninggal dunia.

Seperti misalnya Flo Hayman, atlet voli Amerika Serikat yang ternyata memiliki kelainan genetis sindrom Marfan. Kelainan ini menyebabkan sobekan pada aorta yang berujung pada serangan jantung fatal.

Tapi, ada juga atlet dengan kondisi jantung abnormal yang berhasil bertahan hingga usia lanjut. Sprinter asal Inggris, Roger Black yang di diagnosa dengan aortic valve regurgitation atau kebocoran jantung. Kondisi ini berarti jantungnya harus bekerja dua kali lebih keras darah di arteri bergerak keluar masuk.

Juga ada Dana Vollmer yang memecahkan rekor untuk 100m gaya kupu-kupu di Olimpiade London 2012. Padahal, Vollmer memiliki sindrom Long-QT atau detak jantung tidak teratur, yang membuatnya punya berisiko tinggi untuk tenggelam.

Pentingnya Mengenali Penyakit Jantung Bawaan

Dibandingkan jantung koroner, penyakit jantung bawaan masih belum terlalu banyak dibahas. Padahal, 1 dari 110 bayi terlahir dengan kondisi jantung abnormal. Hingga tahun 2025, tercatat 16 juta penduduk dunia dengan masalah ini, dan diperkirakan jumlah yang tidak dilaporkan jauh lebih banyak.

Penyebab utama masalah jantung ini memang belum ditemukan. Tapi, para peneliti sepakat, masalah jantung mulai muncul dalam 6 minggu pertama kehamilan. Di periode ini, organ tubuh janin mulai terbentuk, sehingga rentan untuk terkontaminasi atau bereaksi terhadap benda asing.

Selain itu, ada beberapa hal lain yang bisa meningkatkan risiko bayi terlahir dengan penyakit jantung bawaan. Seperti misalnya kondisi genetik orang tua, konsumsi alkohol selama hamil, terkena infeksi Rubela, dan kondisi diabetes sang ibu.

Hal ini jadi penting untuk diketahui demi menyiapkan generasi atlet berikutnya. Sehingga tidak ada lagi berita atlet terkena serangan jantung di tengah kompetisi.

Baca Juga:  Lifestyle yang Tidak Tepat: Potensi Penyakit Jantung

Ditambah lagi, kisah Black dan Vollmer jadi bukti nyata kesiapan membuahkan hasil terbaik. Vollmer selalu siap dengan defibrilator di sisi kolam renang untuk pertolongan pertama. Black sendiri masih rutin berlari selama 30 menit setiap hari.

Apa Saja Olah Raga Kompetitif Yang Bisa Dilakukan?

Sebenarnya, tidak ada aturan yang membatasi olah raga yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Tapi, penderita penyakit jantung bawaan harus memahami semua risiko yang bisa terjadi saat melakukan di tingkat kompetisi.

Menjadi seorang atlet berarti harus terus berlatih secara rutin untuk mengikuti kompetisi secara berkala. Intensitas latihan juga tidak boleh terlalu jauh dari standar yang harus dipenuhi saat di kompetisi.

Salah satu sumber acuan yang bisa digunakan adalah rekomendasi dari European Society of Cardiologyย yang dirilis di tahun 2020. Dalam rekomendasi ini, ESC menyebutkan semua olah raga kompetitif aman untuk dilakukan dengan beberapa catatan.

Atlet dengan masalah jantung bawaan dan hampir tidak pernah menunjukkan gejala, relatif aman untuk ikut kompetisi. Tapi ketika sudah pernah mengalami gejala ringan, atlet harus menjalani skrining dan pemeriksaan menyeluruh terlebih dahulu.

Jika sudah pernah mengalami serangan jantung atau gejala yang cukup serius, atlet dilarang untuk ikut berkompetisi. Begitu pula untuk atlet dengan masalah pada katup dan otot jantung, seperti Aortic Stenosis dan Hypertrophic Cardiomyopathy. Rekomendasi ESC untuk penderita kelainan otot jantung adalah untuk melakukan olah raga intensitas rendah, seperti misalnya:

  • Golf
  • Tenis meja
  • Lari jarak pendek
  • Bowling
  • Menembak

Tips Aman Berkompetisi ย 

Tidak semua cabang olah raga menuntut kemampuan yang sama dari setiap atletnya. Karena itu, penting untuk tahu apa saja yang dibutuhkan untuk terus ada di tingkat kompetitif.

Ada olah raga yang menuntut intensitas tenaga yang cukup tinggi seperti gulat, tinju, dan juga angkat berat. Bandingkan dengan menembak yang tidak menggunakan terlalu banyak tenaga.

Tahu intensitas olah raga dan batas kemampuan diri adalah kunci bagi para atlet dengan penyakit jantung bawaan. Seorang atlet dengan sindrom Marfan punya risiko yang jauh lebih besar saat mengikuti Triatlon dibandingkan lari jarak menengah.

Para atlet profesional dan juga penggiat olah raga bisa memanfaatkan beberapa tips berikut untuk mengurangi risiko serangan jantung mendadak:

  • Pilih cabang olah raga dengan intensitas rendah atau menengah.
  • Lakukan pemeriksaan jantung secara berkala, terlebih sebelum mendaftar kompetisi.
  • Perhatikan tingkat stres saat bertanding.
  • Kenali risiko dari penyakit bawaan lain seperti hipertensi dan diabetes.
  • Jika mengalami gejala Myocarditis dan Perikarditis sebaiknya tidak ikut kompetisi selama 6 bulan atau hingga tidak ada lagi pembengkakan.
  • Ikuti rekomendasi dari dokter, terutama setelah mengalami gejala serius.
  • Siap dengan obat-obatan dan alat bantu lain untuk pertolongan pertama.
Baca Juga:  Tampak Sehat Namun Kena Penyakit Jantung, Ini Penyebabnya

Kapan Harus Skrining Penyakit Jantung?

Mengingat persiapan seorang atlet sering dimulai di usia dini, maka sebaiknya proses skrining juga dilakukan di waktu yang bersamaan. Para orang tua bisa mempersiapkan diri selama program kehamilan, dengan makan makanan bergizi dan melakukan gaya hidup sehat. Juga dengan melakukan vaksinasi sebagai langkah perlindungan tambahan.

Tapi ini bukan berarti bayi dengan jantung abnormal tidak akan bisa jadi atlet. Proses skrining yang dilakukan lebih awal berarti bisa melakukan langkah tambahan untuk mendukung kesuksesan. Misalnya, melakukan operasi jantung di usia yang tepat, hingga mengatur porsi latihan untuk jadi lebih efektif.

Skrining yang dilakukan di usia dewasa juga masih bisa sangat bermanfaat. Karena setidaknya, jadi bisa mengetahui risiko apa saja yang meningkat sesuai usia. Untuk berikutnya bisa menyesuaikan gaya hidup dan pola makan untuk tetap sehat.

Masa produktif atlet bukan alasan untuk tidak memperhatikan kesehatan jantung. Yang sering terjadi adalah perubahan gaya hidup mengakibatkan berbagai masalah kesehatan.

Seperti misalnya jadwal berolah raga yang jauh berkurang dan tidak lagi memperhatikan asupan gizi. Tidak sedikit mantan atlet yang harus berjuang melawan komplikasi berbagai penyakit di usia lanjut.

Narasumber:

dr. Sanggap Indra Sitompul, Sp. Jp, FIHA

Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah

Primaya Hospital Betang Pambelum

 

Referensi:

Share to :

Buat Janji Dokter

Promo

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Sahabat Sehat Primaya

Select an available coupon below