Kehamilan adalah berkah bagi banyak wanita. Tapi kadang kehamilan berjalan tidak sesuai dengan rencana sehingga butuh tindakan aborsi atau pengguguran kandungan. Dalam literatur medis, aborsi disebut abortus. Aborsi tidak bisa dilakukan dengan sembarangan karena dapat membahayakan jiwa. Ada banyak hal yang bisa mengarah ke tindakan aborsi, salah satunya abortus imminens yang akan dibahas lebih lanjut.
Mengenal Abortus Imminens
Abortus imminens terkait dengan tindakan aborsi atau abortus. Menurut Harvard Medical School, aborsi adalah pengangkatan jaringan kehamilan, hasil pembuahan, atau janin dan plasenta dari rahim. Secara umum, istilah janin dan plasenta digunakan setelah usia kehamilan 8 minggu. Jaringan kehamilan dan hasil pembuahan mengacu pada jaringan yang dihasilkan oleh bersatunya sel telur dan sel sperma sebelum 8 minggu.
Terdapat beberapa jenis aborsi, yakni:
- Aborsi dini: terjadi pada usia kehamilan 12 minggu
- Aborsi terlambat: terjadi pada usia kehamilan antara 12 dan 20 minggu
- Aborsi spontan: berakhirnya kehamilan secara spontan tanpa intervensi alias keguguran
Adapun abortus imminens bukan merupakan tindakan atau peristiwa aborsi. Abortus imminens adalah ancaman terhadap keselamatan kehamilan berupa munculnya perdarahan dari vagina pada saat hamil muda. Dalam hal ini, janin masih hidup di dalam rahim dan belum terjadi aborsi. Namun janin terancam aborsi bila tidak dilakukan penanganan yang tepat.
Abortus imminens juga disebut threatened abortion alias ancaman keguguran. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan threatened abortion sebagai keluarnya darah dari vagina yang terkait dengan kehamilan atau perdarahan dari vagina yang tampak jelas pada paruh pertama masa kehamilan tanpa pelebaran serviks.
Abortus imminens bisa terjadi pada awal kehamilan dengan nyeri perut dan/atau perdarahan. Hampir 25 persen wanita hamil mengalami perdarahan dari vagina pada dua trimester pertama kehamilan dan sekitar 50 persen berkembang ke aborsi.
Gejala
Abortus imminens terjadi ketika pasien hamil pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu mengalami perdarahan dari vagina. Perdarahan yang biasanya ringan hingga sedang ini menjadi salah satu gejala utama abortus imminens. Selain perdarahan, gejala yang muncul adalah nyeri di area perut berupa:
- Kram intermiten atau timbul-tenggelam
- Nyeri di bagian atas tulang kemaluan
- Panggul terasa tertekan
- Nyeri di punggung bawah
Perdarahan vagina biasanya muncul lebih dulu, diikuti nyeri perut selama berjam-jam hingga berhari-hari. Perdarahan adalah gejala abortus imminens yang paling sering menandakan risiko keguguran. Lebih dari separuh kasus abortus imminens berlanjut menjadi keguguran. Adapun risiko aborsi spontan lebih kecil bila masih ada aktivitas jantung pada janin.
Penyebab
Penyebab abortus imminens tak dapat dipastikan hingga saat ini. Ada berbagai faktor risiko yang berpengaruh, seperti:
- Masalah kromosom pada janin
- Penggunaan alkohol dan/atau obat-obatan terlarang
- Masalah hormon
- Konsumsi kafein berlebih
- Paparan terhadap obat atau zat kimia tertentu
- Kelebihan berat badan
- Usia lebih dari 40 tahun
- Merokok
- Trauma pada perut
- Masalah plasenta
- Infeksi
- Tekanan darah tinggi
- Masalah ginjal
- Diabetes yang tak terkendali
- Masalah struktur rahim, serviks, atau ovarium
- Gangguan tiroid
Cara Dokter Mendiagnosis Abortus Imminens
Dokter mendiagnosis abortus imminens dengan serangkaian pemeriksaan, seperti riwayat kesehatan pasien, pemeriksaan fisik, dan ultrasonografi (USG). Pertama-tama, dokter akan mengecek riwayat kehamilan, medis, dan penyakit pasien. Dokter akan menanyakan gejala yang dialami, termasuk meminta pasien mendeskripsikan nyeri yang dirasakan dan seberapa banyak darah yang keluar dari vagina.
Setelah itu, dokter akan melakukan USG transvaginal untuk mendeteksi kehamilan dan menentukan apakah janin masih bertahan. Prosedur USG juga bisa membantu menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik alias kehamilan di luar kandungan. USG biasanya sudah bisa mendeteksi detak jantung pasien kira-kira 45 hari setelah menstruasi terakhir.
Cara Mengatasi Abortus Imminens
Banyak kasus abortus imminens tidak memerlukan perawatan sama sekali selain mengendalikan perdarahan. Bagi pasien dengan golongan darah rhesus negatif, dokter mungkin akan memberikan immunoglobulin. Tujuannya adalah mencegah tubuh menghasilkan antibodi yang akan melawan darah janin. Penanganan lainnya termasuk:
- Tirah baring atau bed rest
- Membatasi aktivitas
- Tidak berhubungan seksual hingga gejala hilang
- Obat-obatan tertentu, misalnya hormon progesterone yang dapat menyokong kehamilan
Komplikasi
Komplikasi abortus imminens yang paling utama adalah keguguran atau kematian janin dalam kandungan. Sekitar 50 persen pasien yang mengalami abortus imminens kehamilannya berakhir dengan keguguran. Komplikasi lainnya meliputi:
- Perdarahan berat
- Jaringan janin atau plasenta tertinggal di dalam rahim seusai kehamilan
- Peradangan pada lapisan rahim paling dalam (endometrium)
- Aborsi karena infeksi rahim
Berbagai penelitian juga menemukan ada peningkatan risiko masalah kehamilan di trimester akhir bila terjadi perdarahan pada trimester pertama, seperti jalan lahir tertutup plasenta, plasenta terlepas sebelum kelahiran, kelahiran prematur, bayi dengan berat lahir rendah, pertumbuhan janin terhambat, kematian janin atau bayi baru lahir.
Pencegahan
Belum ada cara yang terbukti secara ilmiah bisa mencegah abortus imminens. Ibu hamil hanya perlu menjaga kehamilan sebagaimana mestinya untuk mengantisipasi perdarahan yang bisa berujung pada aborsi. Dokter biasanya akan merekomendasikan ibu hamil untuk menekan risiko abortus imminens dengan menerapkan gaya hidup sehat dan mengonsumsi suplemen bila perlu.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika mengalami perdarahan disertai dengan nyeri perut terutama pada trimester pertama kehamilan, sebaiknya ibu hamil segera mendatangi dokter kandungan untuk menjalani pemeriksaan. Bisa jadi itu adalah gejala abortus imminens yang memerlukan perawatan dokter.
Narasumber
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan
Primaya Hospital Makassar
Referensi:
- Parity and Maternal Illness and the Incidence of Imminent Abortion. https://www.researchgate.net/publication/328166132_Parity_and_Maternal_Illness_and_the_Incidence_of_Imminent_Abortion. Diakses 2 Desember 2022
- Threatened Abortion. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430747/. Diakses 2 Desember 2022
- Abortion (Termination Of Pregnancy). https://www.health.harvard.edu/medical-tests-and-procedures/abortion-termination-of-pregnancy-a-to-z. Diakses 2 Desember 2022
- Abortion. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/abortion. Diakses 2 Desember 2022
- Abortion. https://medlineplus.gov/abortion.html. Diakses 2 Desember 2022
- Spontaneous Abortion. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560521/. Diakses 2 Desember 2022
- Early Pregnancy Loss. https://reference.medscape.com/article/266317-overview. Diakses 2 Desember 2022