Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan pasangan suami โ istri untuk mencapai konsepsi / kehamilan setelah satu tahun melakukan sanggama teratur tanpa kontrasepsi atau ketidakmampuan untuk hamil sampai melahirkan bayi yang mampu hidup. Infertilitas dapat terjadi akibat adanya gangguan pada kedua pasangan (40%), atau pada pasangan wanitanya saja (25-30%), ataupun pada pasangan prianya saja (20%).
Sedangkan pada infertilitas yang tidak dapat dijelaskan 10-15%. Saat ini, insidensi infertilitas telah meningkat dalam 20 tahun terakhir, terutama di negara berkembang. Menurut data WHO, sekitar 50-80 juta pasangan suami – istri dari seluruh dunia mempunyai masalah infertilitas.
Dewasa ini, telah banyak kemajuan yang dicapai dalam penanganan infertilitas. Salah satunya dengan Assisted reproduction technology (ART). Beberapa teknik konsepsi dibantu (associated conception) dapat digunakan untuk meningkatkan probabilitas kehamilan jika cara konvensional tidak berhasil setelah dicoba dalam kurun waktu minimal 1 tahun. Salah satunya adalah teknik inseminasi buatan yang belakangan ini cukup banyak dilakukan oleh pasangan suami istri.
Inseminasi buatan adalah teknik reproduksi bantuan yang bertujuan untuk membantu sperma mencapai rahim/saluran indung telur dengan cara memasukkan sperma langsung ke dalam rahim/saluran indung telur pada masa ovulasi wanita, melalui kateter kecil, sehingga membantu terjadinya pembuahan yang berujung dengan kehamilan. Sekitar 2 minggu sesudah dilakukan inseminasi, maka akan dilakukan tes kehamilan untuk mengetahui keberhasilan inseminasi.
Angka keberhasilan inseminasi intra uterine (IIU) berkisar antara 8-12% per siklus. Sebuah penelitian melaporkan bahwa angka kehamilan pada IIU per pasien adalah 10-20%, dimana angka terendah adalah 5%. Menurut penelitian lain, tingkat keberhasilan kehamilan menggunakan terapi inseminasi buatan dapat mencapai 37,9 persen. Hal tersebut persentasenya sudah cukupย besar dan banyak wanita yang berhasil hamil dengan teknik inseminasi tersebut. Namun, hal ini tidak sama antara satu wanita dengan yang lainnya. Keberhasilan kehamilan dengan teknik inseminasi buatan bervariasi tergantung kepada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilannya antara lain ; usia pasien, jenis masalah kesuburan yang dimiliki pasien, kualitas sperma yang digunakan, penggunaan obat kesuburan, dan faktor lainnya. Di samping itu, agar program hamil tersebut berhasil, pasien perlu mengiimbangi dengan menerapkan pola hidup sehat dan mengonsumsi makanan bergizi yang dapat meningkatkan kesuburan.
Indikasi Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan dapat dilakukan pada pasien dengan kondisi-kondisi berikut ini:
- Memiliki masalah infertilitas, baik yang diketahui penyebabnya atau yang tidak diketahui
- Memiliki lendir serviks terlalu kental yang menghalangi jalannya sperma
- Memiliki masalah ejakulasi atau ereksi
- Memiliki kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan hubungan intim secara langsung
Persiapan Inseminasi Buatan
Untuk menjalani inseminasi buatan, dokter biasanya akan melakukan beberapa pemeriksaan awal. Pemeriksaan seperti tes kesuburanย harus dilakukan pasangan suami istri untuk mengetahui kondisi kesuburan kedua belah pihak. Sebelum inseminasi buatan dilakukan, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk memastikan bahwa prosedur ini dapat dilakukan sesuai dengan kondisi pasien.
Pemeriksaan tersebut antara lain berupa ; USG Transvaginal, Hysterosalpingographyย (HSG), lab darah, kondisi sperma, dan pemeriksaan lain yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi pasien. Kondisi pasien wanita harus dipastikan dalam keadaan sehat, terutama kondisi saluran indung telur (tuba falopi). Inseminasi buatan sebaiknya tidak dilakukan pada wanita yang memiliki kelainan pada tuba falopi. Selain itu, inseminasi buatan sebaiknya tidak dilakukan pada wanita yang menderita endometriosisย berat, yaituย kondisi ketika jaringan yang membentuk lapisan dalam dinding rahim tumbuh secara meluas di luar rahim.
Inseminasi buatan diawali dengan menyiapkan sampel sperma. Dari sampel sperma tersebut akan dipilih/diambil yang terbaik, agar dapat meningkatkan peluang kehamilan. Selain itu, dokter juga akan menentukan waktu pelaksanaan inseminasi buatan yang disesuaikan dari hasil pemantauan prediksi terjadinya ovulasi. Biasanya, dokter akan memberikan pilihan untuk menunggu terjadinya ovulasi secara alami atau dapat pula menggunakan obat untuk mempercepat terjadinya ovulasi. Setelah ovulasi terdeteksi, dokter akan menentukan waktu pelaksanaan inseminasi buatan. Pelaksanaan inseminasi buatan umumnya dilakukan 1โ2 hari setelah terlihat adanya tanda ovulasi.
ย
Prosedur Inseminasi Buatan
Prosedur inseminasi buatan pada umumnya tidak menimbulkan rasa sakit, namun sebagian wanita dapat merasakan kram sesaat setelah prosedur dilakukan. Sesudah pelaksanaan inseminasi buatan, pasien dapat langsung pulang ke rumah dan melakukan aktivitas seperti biasa. Pada beberapa kasus, pasien mungkin mengalami keluarnya bercak darah atau flek dari vagina selama 1โ2 hari setelah tindakan dilakukan. Tahap berikutnya adalah melihat hasil inseminasi dengan tes kehamilan 2 minggu setelah pelaksanaan inseminasi. Jika belum berhasil hamil, dokter dapat menyarankan inseminasi buatan ulang. Apabila langkah ini masih belum berhasil untuk mencapai kehamilan, dokter mungkin akan menganjurkan tindakan lain, yaitu proses bayi tabung.
Komplikasi Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan pada umumnya merupakan prosedur yang tidak rumit dan aman. Namun, beberapa risiko komplikasi mungkin dapat terjadi, salah satunya adalah infeksi. Selain itu, pemakaian kateter dalam rahim saat inseminasi buatan juga dapat menimbulkan iritasi/perdarahan kecil pada vagina. Meski demikian, perdarahan ini tidak berpengaruh pada peluang untuk hamil.
Narasumber
dr. Cepi Teguh Pramayadi, Sp.OG(K-FER), MARS
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan
Referensi
- Anwar, INC., Jamaan T. Manual Inseminasi Intra Uterus. Puspa Swara. Jakarta. 2002; 3-4, 31-51
- Nuojua, HS. Intrauterine Insemination Treatment in Subfertility. Academic Disertation. Department Obstetrics and Gynecology, Oulu University. Oulu University Library. 2000.
- Pernoll, ML. Benson and Pernollโs Handbook of Obstetrics and Gynecology, tenth edition. McGraw Hill. 2001; 29: 769-782.
- Edmonds, DK. Dewhurstโs Textbook of Obstetrics and Gynaecology, seventh edition. Blackwell Publishing. 2007; 45-46: 440-478.
- Hendarto H. Induksi Ovulasi dan Stimulasi Ovarium. CV Sagung Seto. 2009; 95-109.
- Abdelkader, AM. Yeh J. The Potential Use of Intrauterine Insemination as a Basic Option for Infertility: A review for Technology-Limited Medical Settings. Review Article of Obstetrics and Gynecology University of New York, 2009.
- Allahbadia, G.N. Intrauterine Insemination: Fundamentals Revisited.ย J Obstet Gynecol India67,ย 385โ392 (2017).
- Kop, Petronella Al et al. โIntrauterine insemination versus intracervical insemination in donor sperm treatment.โย The Cochrane database of systematic reviews 1,1 CD000317. 25 Jan. 2018, doi:10.1002/14651858.CD000317
- Agarwal, Ashok et al. โA unique view on male infertility around the globe.โย Reproductive biology and endocrinology : RB&E 13 37. 26 Apr. 2015, doi:10.1186/s12958-015-0032-1