![identity disorder](https://primayahospital.b-cdn.net/wp-content/uploads/2024/11/Identity-Disorder.jpg)
Masa kanak-kanak adalah masa yang rentan bagi semua orang. Suatu pengalaman traumatis yang terjadi pada masa kecil bisa berdampak begitu besar ketika mereka dewasa. Salah satunya dissociative identity disorder atau gangguan identitas disosiatif yang merupakan gangguan mental serius dan membutuhkan pertolongan medis.
Mengenal Dissociative Identity Disorder
Dissociative identity disorder adalah jenis gangguan disosiatif yang kerap berkembang pada awal masa kanak-kanak pada anak yang mengalami trauma jangka panjang. Trauma itu bisa berupa kekerasan fisik, emosional, dan/atau seksual, penelantaran, serta peristiwa lain yang menimbulkan efek traumatis pada anak. Gangguan ini membuat anak tersebut mengembangkan dua atau lebih kepribadian atau identitas yang berbeda dalam dirinya.
Setiap identitas tersebut bisa memiliki nama, usia, riwayat, dan karakteristik yang berbeda. Pembentukan identitas ini menjadi respons atas pengalaman traumatis yang diperoleh sebelumnya untuk menghindari rasa sakit dari trauma itu secara psikologis.
Respons ini merupakan cara seorang anak dalam menghadapi trauma berulang. Anak yang mengalami masalah ini berharap dapat melanjutkan hidup tanpa mengingat kejadian traumatis itu. Dia merasa bukan dirinya yang mengalami trauma, melainkan individu lain yang ia ciptakan sendiri. Dengan begitu, dia hendak mengalihkan efek traumatis itu kepada individu tersebut.
Meski sebagai mekanisme pertahanan diri terhadap trauma, dissociative identity disorder bisa membahayakan dalam jangka panjang, terutama pada masa dewasa. Gejalanya bisa mendatangkan berbagai risiko yang membahayakan, termasuk keinginan melukai diri sendiri dan bunuh diri.
Gejala Â
Sebagian besar individu dengan dissociative identity disorder jarang menunjukkan tanda atau gejala kondisi tersebut. Keluarga dan orang-orang terdekatnya mungkin tidak sadar akan adanya peralihan identitas individu tersebut. Menurut artikel di Psychiatric Times, hanya 5 persen yang memperlihatkan bentuk peralihan identitas itu secara nyata.
Gejala dissociative identity disorder seringnya merupakan kombinasi gejala disosiatif, yakni merasa terpisah dari diri sendiri atau merasa dunia di sekitarnya tidak nyata, serta gangguan stres pasca-trauma (PTSD), seperti perubahan yang signifikan dalam perilaku, suasana hati, dan cara berpikir. Contohnya:
- Depresi
- Kecemasan
- Kebingungan diri
- Amnesia atau kesulitan mengingat hal-hal yang penting
- Perilaku merusak diri sendiri
- Pikiran untuk bunuh diri atau menyakiti diri sendiri
- Penyalahgunaan narkotik dan obat-obatan terlarang
- Kesulitan tidur
- Mendengar atau melihat sesuatu yang tak didengar atau dilihat orang lain
PenyebabÂ
Anak yang mengalami trauma berat rentan mengalami dissociative identity disorder. Ada berbagai macam bentuk trauma berat yang melibatkan pelecehan fisik, seksual, atau emosional atau pengabaian serta peristiwa lain yang berdampak pada kondisi mental seseorang secara signifikan. Di antaranya:
- Penyerangan secara fisik ataupun psikis
- Kekerasan yang berulang dan intens pada masa kecil
- Kecelakaan di jalan raya
- Bencana alam
- Perang
- Penculikan
- Prosedur operasi berat
Cara Dokter Mendiagnosis Â
Diagnosis dissociative identity disorder mungkin sulit didapatkan karena tanda dan gejalanya yang teridentifikasi dalam evaluasi kesehatan mental seringkali sama dengan masalah mental lain. Untuk dapat menegakkan diagnosis kondisi ini, dokter perlu melakukan wawancara klinis mendalam mengenai gejala pasien dan riwayat kehidupannya.
Dokter juga akan mengamati perilaku pasien untuk mengidentifikasi apakah ada perubahan atau peralihan identitas yang terjadi pada saat pemeriksaan. Alat diagnostik seperti Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders juga diperlukan untuk mencocokkan apakah gejala pasien masuk kriteria gangguan mental seperti dijelaskan dalam panduan tersebut.
Cara Mengatasi Â
Penanganan dissociative identity disorder membutuhkan serangkaian tahapan dalam jangka panjang yang mesti dilalui. Pendekatan yang diambil umumnya berfokus pada keamanan dan stabilitas pasien, cara memproses peristiwa traumatis dengan tepat, dan melanjutkan hidup tanpa gangguan disosiatif.
Perawatan pasien biasanya melibatkan:
- Psikoterapi untuk membantu pasien memproses trauma dan berfokus pada hal-hal yang positif untuk mengatasi trauma yang memicu gangguan mental
- Pemberian obat-obatan untuk mengatasi gejala yang muncul, seperti depresi, kecemasan, atau insomnia
- Terapi kelompok agar mendapat dukungan dan pemahaman dari individu lain yang memiliki kondisi serupa.
Gangguan dissociative identity disorder adalah kondisi yang kompleks dan umumnya memerlukan perawatan jangka panjang. Dukungan dari keluarga dan teman penting dalam proses pemulihan.
Komplikasi Â
Orang dengan dissociative identity disorder rentan mengalami komplikasi dan gangguan mental lain, termasuk:
- Depresi
- Gangguan kecemasan
- Gangguan stres pasca-trauma
- Gangguan tidur, termasuk mimpi buruk, tidur sambil berjalan, dan insomnia
- Gangguan makan
- Masalah pada fungsi seksual
- Kecanduan narkoba dan obat terlarang
- Gangguan kepribadian
- Perilaku berisiko tinggi atau menyakiti diri sendiri
- Perilaku dan pikiran untuk bunuh diri
- Masalah besar dalam hubungan personal, di sekolah, atau di tempat kerja
Pencegahan Â
Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak mendukung atau dilingkupi kekerasan sangat rentan mengalami dissociative identity disorder. Karena itu, penting untuk memastikan kesejahteraan anak baik dari aspek fisik maupun mental sebagai upaya pencegahan yang utama. Jika terjadi peristiwa traumatis, penting pula untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak yang mengalami trauma.
Kapan Harus ke Dokter?
Dissociative identity disorder memerlukan intervensi sejak dini untuk mendukung pemulihan pasien. Jika ada individu yang baru saja mengalami peristiwa traumatis, terutama pada masa kanak-kanak, konsultasi dengan ahli kesehatan mental menjadi keharusan. Makin cepat terdeteksi, gangguan mental ini bisa makin cepat tertangani sehingga bisa mencegah komplikasi dan risiko lain yang lebih serius.
Narasumber:
Spesialis Kedokteran Jiwa
Primaya Evasari Hospital
Referensi:
- Dissociative identity disorder (DID). https://mentalhealth.org.nz/conditions/condition/dissociative-identity-disorder-did. Diakses 25 Mei 2024
- What Are Dissociative Disorders?. https://www.psychiatry.org/patients-families/dissociative-disorders/what-are-dissociative-disorders. Diakses 25 Mei 2024
- Dissociative Identity Disorder. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK568768/.Diakses 25 Mei 2024
- Multiple Personality Disorder or Dissociative Identity Disorder: Etiology, Diagnosis, and Management. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10730093/. Diakses 25 Mei 2024
- Dissociative Disorders: An Overview of Assessment, Phenomonology and Treatme. https://www.researchgate.net/publication/231337464_Dissociative_Disorders_An_Overview_of_Assessment_Phenomonology_and_Treatment. Diakses 25 Mei 2024
- Dissociative Identity Disorder: An In-Depth Look. https://digitalcommons.liberty.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1090&context=kabod. Diakses 25 Mei 2024
- Dissociative identity disorder: out of the shadows at last?. https://www.cambridge.org/core/journals/the-british-journal-of-psychiatry/article/dissociative-identity-disorder-out-of-the-shadows-at-last/8E2884FA8669A9A64790E5C47AD72DC7. Diakses 25 Mei 2024