Post-traumatic stress disorder adalah masalah psikologis yang bisa terjadi pada siapa pun, di usia berapa pun, dan di mana pun. Orang yang mengalami gangguan yang kerap disebut PTSD ini akan menghadapi situasi yang tidak nyaman ketika muncul pemicu sehingga kehidupannya akan terganggu. Untuk dapat memulihkan diri, diperlukan upaya jangka panjang lewat terapi dan prosedur lain yang diperlukan dengan bantuan profesional.
Mengenal Post-Traumatic Stress Disorder
Post-traumatic stress disorder adalah gangguan mental yang terjadi setelah seseorang mengalami atau menyaksikan kejadian traumatis yang sangat mengancam keselamatan diri atau orang lain. Misalnya kematian, cedera serius, kekerasan seksual, bencana alam, dan situasi perang. Kejadian-kejadian tersebut dapat meninggalkan trauma yang mendalam dan berkembang menjadi PTSD di kemudian hari.
Post-traumatic stress disorder alias PTSD dapat mempengaruhi siapa saja terlepas dari usia, jenis kelamin, ataupun latar belakang sosial ekonomi seseorang. Di Amerika Serikat, PTSD paling lazim didapati pada orang berusia separuh baya dan remaja perempuan yang pernah mengalami setidaknya satu peristiwa traumatis. WHO menyebutkan diperkirakan 3,6 persen dari populasi dunia pernah mengalami PTSD.
Menurut studi, kebanyakan orang akan mengalami setidaknya satu kejadian traumatis dalam kehidupan mereka yang berpotensi menjadi pemicu gangguan yang juga sering disebut post-trauma syndrome disorder ini. Namun banyak di antaranya yang dapat pulih setelah menjalani perawatan yang tepat.
Gejala PTSD
Gejala post-traumatic stress disorder bisa bervariasi, dari yang ringan hingga berat. Gejala ini bisa dibagi menjadi empat kategori utama, yakni:
Ingatan intrusif
- Merasa seolah-olah peristiwa traumatis yang pernah dialami terjadi lagi (flashback)
- Bermimpi buruk mengenai trauma yang dialami
- Pikiran yang muncul secara spontan dan mengganggu tentang peristiwa itu
Penghindaran
- Berupaya menghindari situasi, aktivitas, tempat, atau individu yang mengingatkan akan trauma
- Tidak mau membicarakan atau memikirkan kejadian yang traumatis
Perubahan negatif dalam pemikiran dan suasana hati
- Punya pikiran negatif terhadap diri sendiri, orang lain, hingga seluruh dunia
- Berputus asa, merasa tak punya masa depan dan harapan
- Kesulitan membangun dan menjaga hubungan dengan orang lain
- Merasa bersalah, malu, atau takut
- Merasa mati rasa secara emosional
- Kesulitan berkonsentrasi
Perubahan dalam reaksi fisik dan emosi
- Mudah terkejut atau ketakutan terhadap sesuatu
- Selalu bersikap waspada terhadap risiko bahaya
- Gangguan tidur
- Mudah marah hingga meledak-ledak tanpa alasan yang jelas
- Perilaku yang cenderung mendatangkan risiko atau kerusakan pada diri sendiri
Penyebab PTSD
Penyebab utama post-traumatic stress disorder adalah pengalaman terkait dengan peristiwa yang menimbulkan trauma. Seseorang bisa mengalami PTSD setelah mengalami, menyaksikan, atau bahkan mendengar informasi tentang peristiwa yang mengancam jiwa atau keselamatan diri sendiri ataupun orang lain tersebut. Walau demikian, tak semua orang yang pernah mengalami trauma bisa terkena gangguan ini.
Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko PTSD pada individu, seperti:
- Intensitas dan durasi trauma: makin intens dan lama peristiwa trauma, makin besar kemungkinan terjadi post-traumatic stress disorder pada seseorang
- Punya riwayat trauma di masa lalu, terutama pada masa kanak-kanak
- Kurang mendapat dukungan sosial seusai kejadian traumatis yang dialami
- Ada riwayat gangguan mental seperti depresi dan kecemasan pada keluarga
Cara Dokter Mendiagnosis PTSD
Dokter atau tenaga medis profesional yang punya spesialisasi di bidang kesehatan mental seperti psikolog dan psikiater dapat menegakkan diagnosis post-traumatic stress disorder dengan sejumlah langkah, antara lain:
- Wawancara mendalam terkait dengan gejala yang dialami pasien, termasuk durasi dan dampaknya pada kehidupan sehari-hari
- Evaluasi psikologis yang mencakup diskusi tentang kejadian traumatis yang menimbulkan gejala tersebut
- Penggunaan kuesioner, skala penilaian dan Kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) untuk mengecek apakah gejala pasien masuk kriteria PTSD
Cara Mengatasi PTSD
Pilihan perawatan untuk mengatasi post-traumatic stress disorder umumnya mencakup terapi psikologis, pemberian obat-obatan, latihan kesadaran, dan perumusan strategi untuk mengatasi gejala sendiri. Rinciannya:
- Terapi perilaku kognitif untuk membantu pasien mengubah pola pikir dan perilaku negatif yang muncul sebagai respons atas trauma
- Terapi paparan dengan menghadirkan kenangan atau situasi yang traumatis secara bertahap dalam lingkungan yang aman dan terkendali di bawah bimbingan profesional
- Eye movement desensitization and reprocessing (EMDR) berupa terapi yang melibatkan gerakan mata untuk membantu memproses dan mengintegrasikan kenangan traumatis
- Terapi obat seperti antidepresan, penenang, dan antikecemasan yang digunakan hanya jika dianggap diperlukan
- Terapi kelompok berupa sesi bincang-bincang atau berbagi pengalaman dan strategi untuk mengatasi kondisi PTSD dengan orang lain yang mengalami hal serupa
Komplikasi PTSD
Post-traumatic stress disorder rentan menimbulkan beragam komplikasi yang serius dan berdampak signifikan terhadap kualitas hidup individu yang mengalaminya, seperti:
- Gangguan mental lain seperti depresi, gangguan makan, dan gangguan kecemasan
- Masalah kesehatan fisik seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, gangguan pencernaan, serta nyeri kronis
- Kecanduan obat-obatan terlarang dan alkohol
- Masalah dalam lingkungan sosial dan karier atau pendidikan serta hubungan interpersonal
- Risiko bunuh diri
Pencegahan PTSD
Post-traumatic stress disorder bisa muncul setelah seseorang mengalami kejadian traumatis. Maka upaya pencegahan yang paling bisa dilakukan adalah segera mengambil langkah untuk mengantisipasi munculnya gangguan itu seusai peristiwa tersebut. Di antaranya berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater yang bisa membantu mengelola reaksi awal dan mencegah berkembangnya PTSD.
Penting pula untuk memperoleh dukungan dari keluarga serta orang-orang terdekat dalam menghadapi dampak negatif dari peristiwa traumatis. Yang juga harus diingat adalah meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang post-traumatic stress disorder, termasuk bagaimana mencegah atau mengurangi risikonya.
Kapan Harus ke Dokter?
Tidak semua orang yang pernah mengalami, menyaksikan, atau mendengar peristiwa traumatis bakal berhadapan dengan post-traumatic stress disorder. Namun sebagai langkah antisipasi, sebaiknya datangi dokter ahli kesehatan mental bila merasa ada gejala PTSD, terutama jika pernah mengalami kejadian yang mendatangkan trauma sebelumnya. Makin cepat perawatan dilakukan, makin besar peluang pulih dari gangguan tersebut.
Narasumber:
Spesialis Kedokteran Jiwa
Primaya Hospital Bhakti Wara
Referensi:
- Understanding post-traumatic stress disorder. https://www.blackdoginstitute.org.au/resources-support/post-traumatic-stress-disorder/. Diakses 12 Mei 2024
- Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). https://adaa.org/understanding-anxiety/posttraumatic-stress-disorder-ptsd. Diakses 12 Mei 2024
- Posttraumatic stress disorder: from diagnosis to prevention. https://mmrjournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s40779-018-0179-0. Diakses 12 Mei 2024
- Post-Traumatic Stress Disorder. https://www.psychologytoday.com/intl/conditions/post-traumatic-stress-disorder. Diakses 12 Mei 2024
- WHO releases guidance on mental health care after trauma. https://www.who.int/news/item/06-08-2013-who-releases-guidance-on-mental-health-care-after-trauma. Diakses 12 Mei 2024
- Post-Traumatic Stress Disorder. https://www.nimh.nih.gov/health/topics/post-traumatic-stress-disorder-ptsd. Diakses 12 Mei 2024
- The Causes and Effects of Post-traumatic Stress Disorder. https://www.researchgate.net/publication/368472485_The_Causes_and_Effects_of_Post-traumatic_Stress_Disorder. Diakses 12 Mei 2024