Rabun dekat di usia muda kerap kali dialami oleh mereka yang menginjak usia 20 tahunan. Bahkan tak jarang mereka yang baru berusia remaja pun ada yang mengalaminya. Sejatinya, wajarkah anak muda mengalami kondisi rabun dekat?
Sejatinya, rabun dekat kerap dialami oleh mereka yang berusia tua dengan usia 40 tahun ke atas. Namun, beberapa gangguan pada mata termasuk ketegangan mata yang diakibatkan oleh faktor eksternal juga dapat memengaruhi fungsi penglihatan. Nah, untuk mengetahui apa saja penyebabnya, yuk simak rinciannya berikut.
Pengertian
Rabun dekat (hypermetropia) adalah kondisi di mana seseorang kesulitan dalam melihat objek jarak dekat secara jelas. Walau demikian, penderita rabun dekat tidak mengalami kesulitan dalam melihat objek yang jauh.
Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh bola mata atau lensa mata yang terlalu pendek ataupun kornea mata yang terlalu datar. Umumnya, kondisi ini terjadi akibat pelemahan otot mata yang terjadi pada usia 40 tahun ke atas.
Walau demikian, kondisi ini juga dapat terjadi di usia muda, bahkan ada pula yang sejak lahir. Selain karena faktor genetik, faktor gaya hidup seperti sering menatap layar yang cerah dalam ruangan yang gelap juga dapat menjadi salah satu penyebab seseorang terkena rabun dekat walaupun masih berusia muda.
Pada anak muda dengan kondisi hypermetropia ringan – sedang, biasanya rabun dekat masih bisa teratasi dengan menyipitkan mata. Namun, bagi yang telah berusia 40 tahun ke atas, penglihatan tetap tidak membaik walaupun sudah menyipitkan mata.
Penyakit | Rabun dekat (hypermetropia) |
Gejala Utama | Sulit fokus melihat jarak dekat, mata tegang, nyeri kepala |
Dokter Spesialis | Dokter spesialis mata |
Penyebab Utama | Bola mata atau lensa mata yang terlalu pendek |
Diagnosis | Pemeriksaan fisik, wawancara medis, dan cek tahap lanjut |
Faktor Risiko | Keturunan keluarga |
Pengobatan | Alat bantu (kaca mata), operasi |
Pencegahan | Cek mata rutin, lindungan dari sinar matahari langsung |
Komplikasi | Amblyopia, strabismus |
Faktor Risiko
Walau masih muda sekalipun, seseorang dapat terkena rabun dekat karena memiliki faktor risiko seperti berikut:
- Punya kebiasaan merokok
- Beraktivitas dalam kegelapan
- Mata terkena paparan sinar matahari
- Riwayat keluarga
- Gangguan pembuluh darah retina mata
Penyebab Rabun Dekat
Penyebab utama seseorang terkena rabun dekat di usia muda yaitu karena bola mata atau lensa mata yang terlalu pendek. Selain itu, kornea mata yang terlalu datar juga dapat mengakibatkan seseorang terkena rabun dekat.
Saat lensa mata terlalu pendek, maka otot mata yang berfungsi untuk memfokuskan cahaya menjadi melemah. Akibatnya, gambaran suatu objek yang masuk ke mata jatuh di belakang retina yang berakibat pada kaburnya penglihatan.
Kondisi ini umumnya akibat dari keturunan. Tak heran, anak-anak yang baru lahir pun bisa mengidap penyakit ini bila orang tuanya dulu juga mengidapnya. Namun, banyak juga kasus sembuhnya anak penderita rabun pendek sejak lahir karena pemanjangan bola mata seiring bertambahnya usia.
Gejala
Terdapat beberapa gejala rabun dekat yang sering kali muncul bagi para penderitanya seperti halnya:
- Penglihatan kabur
- Kesulitan fokus melihat jarak dekat
- Nyeri kepala
- Mata tegang
- Mata lelah setelah membaca
Diagnosis
Untuk mendiagnosis rabun dekat, dokter akan memeriksa berdasarkan gejala yang muncul. Setelah itu, akan lanjut ke tahapan pemeriksaan refraksi mata lengkap untuk mengonfirmasi apakah seseorang terkena hypermetropia atau tidak.
Setelah itu, mereka akan memberikan informasi seputar ukuran lensa yang cocok dengan kondisi rabun dekat dari pasien tersebut. Atau bisa juga memberikan perawatan tambahan seperti operasi bila memang diperlukan.
Pencegahan
Pada dasarnya, rabun dekat tidak dapat dicegah sama sekali. Namun, kita bisa menjaga kesehatan mata sejak dini dengan cara:
- Cek kesehatan mata rutin
- Gunakan penerangan optimal
- Konsumsi makanan bergizi
- Hindari sinar matahari langsung
- Jaga kesehatan tubuh
- Hindari membaca di tempat gelap
Pengobatan
Pengobatan rabun dekat yang kerap dokter sarankan yaitu:
- Penggunaan lensa positif
- Pembedahan lasik
- Pembedahan keratoplasti konduktifKomplikasi
Bagi orang dewasa, komplikasi rabun dekat memang jarang karena memang kondisi mata yang telah menurun. Namun, bagi anak atau usia muda, kadang akan timbul komplikasi seperti halnya berikut ini:
- Amblyopia: salah satu atau kedua mata menjadi lebih dominan akibat adanya refractive error. Bila tidak mendapatkan perawatan, maka salah satu mata atau keduanya bisa menjadi kurang jelas penglihatannya.
- Strabismus: kondisi ketika kedua matanya tidak selaras sehingga fokus pada dua objek yang berbeda. Hal ini akan menimbulkan seseorang kesulitan dalam mempersepsikan jarak bahkan bisa menjadi awal dari amblyopia.
Kapan Harus ke Dokter?
Pastikan untuk segera mengunjungi dokter spesialis mata apabila menunjukkan tanda-tanda berkurangnya kemampuan melihat atau memfokuskan terhadap objek jarak dekat. Jangan tunda lagi karena bila tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat dapat semakin memburuk bahkan akan timbul komplikasi.
Narasumber:
dr. Vincent Wang Tahija, Sp. M
Spesialis Mata
Primaya Hospital Bekasi Utara
Referensi:
- What is presbyopia? https://www.aao.org/eye-health/diseases/what-is-presbyopia. Diakses pada 03 Januari 2024.
- Farsightedness. https://medlineplus.gov/genetics/condition/farsightedness. Diakses pada 03 Januari 2024.
- Amblyopia: What is lazy eye? https://www.aao.org/eye-health/diseases/amblyopia-lazy-eye. Diakses pada 03 Januari 2024.
- Farsightedness. https://www.nei.nih.gov/sites/default/files/health-pdfs/Farsightedness.pdf. Diakses pada 03 Januari 2024.
- Facts about LASIK complications. https://www.aao.org/eye-health/treatments/facts-about-lasik-complications. Diakses pada 03 Januari 2024.
- Hyperopia or farsightedness. https://www.covd.org/page/hyperopia. Diakses pada 03 Januari 2024.
- LASIK complication rate. https://americanrefractivesurgerycouncil.org/lasik-complication-rate-latest-facts. Diakses pada 03 Januari 2024.
- Long sight (hypermetropia). https://patient.info/eye-care/long-sight-hypermetropia. Diakses pada 03 Januari 2024.
- Prevalence and risk factors of amblyopia. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6037249. Diakses pada 03 Januari 2024.
- Refractive errors. https://nei.nih.gov/healthyeyes/hyperopia. Diakses pada 03 Januari 2024.
- Eye exam and vision testing basics. https://www.aao.org/eye-health/tips-prevention/eye-exams-101. Diakses pada 03 Januari 2024.