Layaknya penyakit lain, demam berdarah diselubungi mitos yang sering mengaburkan fakta. Mitos demam berdarah hidup di tengah masyarakat yang belum sepenuhnya memahami potensi risiko kesehatan dari penyakit yang disebabkan oleh virus dengue ini. Pemahaman terhadap penyakit demam berdarah memiliki peran penting dalam upaya pemulihan seseorang yang terkena infeksi virus tersebut.
Infeksi dengue lazimnya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Gejala terserang virus ini bisa jadi tak terlihat atau sangat ringan. Dalam kasus yang parah, dapat terjadi kematian. Hingga saat ini tak ada pengobatan khusus untuk menyembuhkan demam berdarah. Namun gejala yang dialami pasien dapat dikelola hingga kondisinya pulih.
Fakta dan Mitos Demam Berdarah
WHO memasukkan demam berdarah sebagai 1 di antara 10 ancaman wabah penyakit potensial. Epidemi ini cenderung memiliki pola musiman dengan penularan memuncak selama atau setelah musim hujan. Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap wabah demam berdarah, termasuk tingkat populasi nyamuk yang tinggi, suhu udara yang baik, curah hujan, dan kelembapan yang mempengaruhi pola reproduksi dan makan nyamuk, juga periode inkubasi virus dengue. Faktor lainnya adalah kurangnya intervensi kontrol populasi nyamuk di lingkungan, seperti jarang membersihkan lingkungan.
Di Indonesia, penyakit demam berdarah masih menjadi masalah serius terutama di kawasan timur dan padat penduduk. Setiap tahun terjadi peningkatan kasus demam berdarah dan sejumlah daerah sampai menerapkan status kejadian luar biasa atau KLB karena wabah demam berdarah yang parah. Mitos demam berdarah bisa jadi turut berperan dalam fenomena ini, di antaranya:
1. Demam berdarah hanya terjadi di dataran rendah
Mitos demam berdarah ini hanya separuh benar. Selama ini memang kebanyakan kasus demam berdarah ditemukan di dataran rendah yang lembap dan bersuhu lebih tinggi. Tapi, faktanya, ada pula kasus di dataran tinggi, termasuk di negara beriklim subtropis, meski cuma sedikit.
2. Tak bisa kena demam berdarah dua kali
Di banyak kelompok masyarakat berkembang mitos demam berdarah ini. Tapi fakta berbicara bahwa seseorang bisa mengalami demam berdarah lebih dari sekali dalam hidupnya. Virus dengue terdiri atas empat tipe. Bila seseorang pernah terkena infeksi satu tipe virus itu, bukan tidak mungkin dia terinfeksi lagi tapi oleh virus dengue lain yang juga menyebabkan demam berdarah.
3. Demam berdarah ditularkan lewat kontak fisik
Mitos demam berdarah yang satu ini amat membahayakan pasien. Sebab, pasien terancam tak mendapatkan perhatian yang dibutuhkan ketika mengalami gejala awal demam berdarah karena orang-orang di sekitarnya takut tertular gara-gara kontak fisik. Penelitian menyebutkan transmisi virus dengue terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes yang membawa virus itu. Belum ada studi yang memastikan demam berdarah bisa ditularkan lewat kontak fisik.
4. Pasien demam berdarah tak boleh makan pisang
Seseorang yang sakit lazimnya boleh makan apa pun yang bergizi, termasuk pasien demam berdarah. Pisang termasuk buah yang bergizi tinggi sehingga justru direkomendasikan dimakan oleh pasien demam berdarah.
5. Orang dewasa lebih aman dari infeksi demam berdarah
Anak-anak memang paling rentan terhadap gigitan nyamuk Aedes pembawa virus dengue. Tapi mitos demam berdarah bahwa orang dewasa lebih aman tidaklah benar. Infeksi demam berdarah tak mengenal usia. Bahkan mereka yang tergolong lanjut usia bisa pula mengalami demam berdarah setelah digigit nyamuk Aedes.
6. Obat nyamuk dan losion menjamin tak terkena demam berdarah
Belum ada temuan obat demam berdarah. Obat nyamuk dan losion antinyamuk hanya berfungsi menurunkan risiko digigit nyamuk Aedes. Jadi bukan berarti orang yang menggunakannya pasti aman dari gigitan nyamuk.
Penting untuk memahami fakta dan mitos demam berdarah ini. Terutama orang tua yang memiliki anak kecil dan tinggal di kawasan perkotaan dengan populasi padat. Peran orang tua sangatlah besar dalam memberikan pendidikan dan teladan bagi anak untuk hidup bersih dan sehat sehingga jauh dari risiko terkena penyakit demam berdarah.
Ditinjau oleh :
dr. Budi darma Siahaan, Sp.Pd
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Primaya Hospital Betang Pambelum
Referensi:
https://www.ecdc.europa.eu/en/dengue-fever/facts/factsheet
https://www.chp.gov.hk/en/features/102301.html