Perilaku hidup bersih dan sehat atau PHBS adalah upaya penting untuk menjaga kesehatan. Ada beragam cara untuk mewujudkan upaya ini, antara lain dengan menjauhkan atau melindungi diri dari kuman yang bisa menyebabkan penyakit menular. Namun, pada beberapa orang, apa yang tampak sebagai contoh PHBS ini bisa jadi merupakan tanda adanya gangguan ketakutan berlebih yang disebut misofobia.
Mengenal Misofobia
Misofobia adalah jenis fobia atau ketakutan berlebih dan irasional terhadap kuman, termasuk bakteri, virus, dan patogen lain. Orang yang memiliki kondisi ini cenderung amat cemas terhadap kemungkinan terkena kontaminasi atau infeksi dari benda yang kotor atau diyakini mengandung kuman. Kecenderungan ini membuat mereka kerap menunjukkan perilaku hidup bersih yang terlalu ekstrem atau berlebihan.
Individu dengan misofobia akan berupaya keras untuk menghindari situasi atau tempat tertentu yang dianggap tidak higienis. Walhasil, rutinitas sehari-hari hingga hubungan sosial dan interpersonal individu tersebut akan terpengaruh. Sebab, kondisi itu bisa memicu tekanan atau stres yang tak terkendali.
Misofobia juga dikenal dengan nama basilofobia, germafobia, bakteriofobia, atau verminofobia. Dikutip dari Cleveland Clinic, meski ada pikiran yang obsesif terhadap kontaminasi dan perilaku kompulsif mengenai kebersihan, individu yang memiliki misofobia tidak selalu mengalami gangguan obsesif-kompulsif atau obsessive-compulsive disorder (OCD).
Dengan bantuan medis, orang yang memiliki misofobia bisa secara bertahap mengurangi gejala dan mengatasi kondisi ini untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Gejala
Gejala misofobia muncul karena ketakutan berlebih terhadap kuman. Gejala ini bisa bervariasi antara satu individu dan individu lain. Gejala yang umum meliputi:
- Mencuci tangan berulang-ulang dan berlebihan menggunakan sabun, air, atau disinfektan
- Punya semacam ritual bersih-bersih yang khusus untuk diri sendiri dan lingkungan
- Merasa cemas atau panik ketika berada di tempat yang dianggap sebagai sumber kuman
- Menghindari situasi atau tempat yang dinilai berpotensi membuatnya terpapar kuman
- Tanda-tanda fisik seperti berkeringat, jantung berdebar-debar, atau gemetar lantaran dilanda ketakutan terhadap kuman dalam situasi tertentu
- Menghabiskan banyak waktu untuk membersihkan diri dan barang-barang pribadi setiap hari
- Kerap menggunakan sarung tangan, tisu, masker medis, dan benda lain secara berlebihan dan tanpa alasan yang jelas
Penyebab
Belum ada yang dapat memastikan apa penyebab misofobia. Terdapat sejumlah faktor yang diduga berperan dalam perkembangan misofobia pada seseorang, seperti:
- Punya pengalaman traumatis terkait dengan penyakit menular atau kontaminasi
- Terdapat riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga atau faktor genetik
- Sedang mengalami penyakit yang serius
- Pengaruh lingkungan atau budaya yang menuntut perilaku hidup bersih
- Paparan berita atau informasi yang berlebihan tentang suatu penyakit atau wabah
- Mengamati perilaku orang lain, terutama anggota keluarga, yang terlalu mengutamakan kebersihan atau tampak takut terhadap kuman dan kontaminasi
- Adanya kelainan atau gangguan pada bagian otak tertentu
Selain itu, terdapat faktor pemicu dari benda, tempat, atau situasi yang dapat membangkitkan gejala fobia dan menyebabkan misofobia, antara lain:
- Cairan tubuh, seperti air ludah, lendir, dan keringat
- Permukaan atau benda yang tidak bersih, seperti kenop pintu, papan ketik komputer, dan baju yang tak dicuci
- Tempat-tempat yang biasa dipenuhi kuman, seperti rumah sakit dan toilet
- Perilaku tidak higienis orang lain
Cara Dokter Mendiagnosis
Dokter perlu melakukan wawancara medis dengan pasien untuk memahami gejala yang dialami dan dampaknya pada kehidupan sehari-hari serta mencari tahu riwayat medis pasien dan keluarganya guna menegakkan diagnosis misofobia. Jenis misofobia ini terdapat dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5) pada kategori fobia spesifik.
Karena itu, dokter akan mencocokkan apakah kondisi dan gejala yang dialami pasien sudah sesuai dengan kriteria itu untuk memastikan diagnosis misofobia. Dalam proses diagnosis, dokter juga akan melontarkan serangkaian pertanyaan untuk mengidentifikasi apakah ketakutan terhadap kuman yang dialami pasien mungkin dipicu oleh OCD.
Cara Mengatasi
Untuk mengatasi misofobia, diperlukan pendekatan yang holistik dan bertahap sesuai dengan kondisi tiap pasien. Penanganannya umumnya mencakup kombinasi beberapa cara berikut ini:
- Terapi perilaku kognitif untuk membantu pasien mengidentifikasi dan memodifikasi pola pikir yang irasional mengenai kuman
- Terapi eksposur dengan cara sengaja memaparkan konsumen pada situasi yang bisa membangkitkan gejala misofobia secara bertahap dan di bawah panduan profesional medis
- Konsumsi obat-obatan untuk membantu mengendalikan gejala, termasuk obat antikecemasan dan antidepresan
- Teknik relaksasi untuk meredakan kecemasan dan stres, misalnya dengan yoga, meditasi, atau latihan pernapasan
Komplikasi
Misofobia bisa memicu bermacam komplikasi jika tak mendapat penanganan yang tepat, di antaranya:
- Pekerjaan dan kehidupan sosial terganggu
- Kesulitan menjalin dan menjaga keutuhan hubungan interpersonal
- Rentan mengalami gangguan mental lain seperti OCD dan depresi
- Gangguan kesehatan sebagai dampak penggunaan bahan pembersih kimia yang keras secara berlebihan
Pencegahan
Tidak ada formula pasti yang dapat mencegah misofobia karena berbagai faktor yang mungkin terlibat dalam perkembangannya. Namun terdapat sejumlah cara untuk menurunkan risikonya, seperti:
- Menghindari paparan informasi yang berlebihan atau menyesatkan mengenai penyakit atau wabah
- Meningkatkan kesadaran dan edukasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat yang baik dan benar
- Mengembangkan kebiasaan yang berguna untuk mengendalikan stres
- Mencari bantuan dari ahli kesehatan mental secepatnya jika ada gejala misofobia
Kapan Harus ke Dokter?
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan memang penting demi kesehatan. Tapi jika perilaku dan pikiran seseorang sudah mengarah ke kecemasan berlebih terhadap kuman atau penyebab penyakit menular lain, sebaiknya segera datangi dokter untuk memeriksakan diri guna mengantisipasi adanya misofobia. Ketakutan yang irasional terhadap kuman akan mendatangkan kerugian yang besar jika tak segera ditangani secara profesional.
Narasumber:
dr. Rivo Mario Warouw Lintuuran, Sp. KJ
Spesialis Kedokteran Jiwa
Primaya Hospital Bekasi Timur
Referensi:
- Mysophobia (Germophobia). https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22436-mysophobia-germophobia. Diakses 24 Mei 2024
- All About Germaphobia. https://www.healthline.com/health/germaphobia. Diakses 24 Mei 2024
- What to know about mysophobia. https://www.medicalnewstoday.com/articles/mysophobia. Diakses 24 Mei 2024
- Germaphobia! Does Our Relationship With and Knowledge of Biodiversity Affect Our Attitudes Toward Microbes?. https://www.frontiersin.org/journals/psychology/articles/10.3389/fpsyg.2021.678752/full. Diakses 24 Mei 2024
- COVID-19, obsessive-compulsive disorder and invisible life forms that threaten the self. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7324330/. Diakses 24 Mei 2024
- Mysophobia (Germophobia): The Fear of Germs. https://www.healthcentral.com/condition/anxiety/mysophobia-germophobia. Diakses 24 Mei 2024
- Fear of Dirt, Germs, and Contamination: Mysophobia Explained. https://psychcentral.com/health/mysophobia-germophobia#mysophobia-germophobia-defined. Diakses 24 Mei 2024