Jakarta, 9 April 2020 – Saat ini, banyak orang yang belum menyadari bahaya Meningitis. Padahal, menurut dr. Istiana Sari, Sp.S, Dokter Spesialis Saraf Primaya Hospital Bekasi Utara (d/h RS Awal Bros), meningitis adalah penyakit yang sangat menular.
dr. Istiana Sari, Sp.S mengatakan bahwa penyakit meningitis adalah peradangan meningen yaitu peradangan yang terjadi pada selaput pelindung yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang. “Peradangan tersebut disebabkan oleh infeksi akibat virus, bakteri, atau jamur yang ditularkan melalui percikan cairan hidung dan tenggorokan yang terciprat saat batuk atau bersin dari penderita Meningitis, “ ujar dr. Istiana Sari, Sp.S.
Menurut dr. Henny Herawati, Sp.S, Dokter Spesialis Saraf Primaya Hospital Karawang (d/h RS Awal Bros), meningitis sendiri juga bisa disebabkan oleh penyakit primer pendahulu. “Misal, pasien memiliki riwayat TBC paru, maka antibodi pasien akan melemah sehingga kuman dapat menyebar ke otak dan menyebabkan peradangan di selaput otak. Kasus lain misalnya telinga membengkak, gigi berlubang hingga membengkak, atau terdapat infeksi daerah sinus namun tidak diobati hingga tuntas sehingga kuman dapat menyebar ke otak,” ujar dr. Henny Herawati, Sp.S.
dr. Istiana Sari, Sp.S menambahkan bahwa pada saat daya tahan tubuh menurun, sistem antibodi tidak dapat secara maksimal melawan infeksi sehingga kuman bisa menyebar ke sum sum tulang belakang dan selaput otak.
Meningitis juga bisa terjadi bila seseorang mengalami kecelakaan atau benturan di bagian kepala yang menyebabkan tulang kepala retak atau terbuka sehingga bakteri masuk ke selaput otak. “Untuk khasus tertentu, proses operasi bagian otak yang tidak tepat dapat mengakibatkan bakteri masuk ke otak akibat terbukanya kepala saat operasi,” ujar dr. Istiana Sari, Sp.S.
Meningitis bisa menyerang segala usia. “Usia yang paling rentan terhadap meningitis adalah bayi di bawah usia 1 tahun dan dewasa usia lanjut akibat rentannya daya tahan tubuh. Selain itu, usia remaja 15 – 24 tahun juga rentan terhadap meningitis jika menerapkan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, mengonsumsi alkohol, atau berpergian ke club di tengah orang banyak sehingga tanpa disadari memiliki potensi tertular meningitis,” ujar dr. Istiana Sari, Sp.S
Gejala awal yang timbul akibat meningitis dapat bermacam-macam seperti nyeri kepala, nyeri leher, nyeri otot, mual, muntah, nafsu makan menurun, lesu, dan cepat mengantuk. Gejala yang lebih parah yang dapat terjadi yaitu kejang, kaku kuduk (leher), penurunan kesadaran, nyeri kepala berat, demam tinggi di atas 38 derajat, gangguan penglihatan, kejang, gangguan konsentrasi, gangguan pendengaran, gangguan keseimbangan tubuh, atau lumpuh. “Biasanya, gejala-gejala ringan tersebut dapat terjadi sekitar 1 hingga 2 minggu. Jika dibiarkan, gejala-gejala berat dapat terjadi,” ujar dr. Henny Herawati, Sp.S.
Jika seseorang terindikasi meningitis, maka dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan analisis riwayat kesehatan. Seseorang yang terindikasi meningitis dapat di diagnosis melalui alat CT Scan atau MRI serta melakukan pengecekkan darah untuk mengetahui indikasi meningitis. Kemudian, pasien dapat dilakukan lumbal fungsi yaitu pengambilan cairan otak agar dapat memastikan penyebab terjadinya meningitis seperti virus, bakteri, atau jamur.
“Jika sudah ditemukan sumber penyebab meningitis, maka pasien tersebut akan diberikan pengobatan sesuai sumbernya. Jika karena bakteri, maka pasien akan diberikan antibiotik, jika karena virus akan diberikan antivirus, dan jika karena jamur akan diberikan anti jamur. Pasien juga dapat diberikan cairan melalui infus jika ia kekurangan cairan di dalam tubuh dan pemasangan oksigen jika diperlukan,” ujar dr. Istiana Sari, Sp.S.
Menurut dr. Henny Herawati, Sp.S, untuk kasus meningitis akibat penyakit primer pendahulu seperti TBC, pneumonia, pembengkakan gigi, atau penyakit pendahulu lainnya; maka pasien juga akan diberikan obat sesuai penyebab penyakit pendahulunya. Jangka waktu penyembuhannya sendiri sebenarnya tidak dapat diprediksi.
“Jangka waktu penyembuhan pasien meningitis tergantung kecepatan pasien membawa kasus ini ke tim medis. Jika diperiksa pada saat gejala ringan, maka pengobatan akan lebih cepat selesai. Sebaliknya, jika di bawa ke rumah sakit ketika gejala yang terjadi cukup berat seperti kejang-kejang dan tidak sadarkan diri, maka tingkat penyembuhannya akan semakin lama atau bahkan semakin kecil. Tidak hanya itu, jangka waktu penyembuhan pasien juga bergantung pada kecepatan diagnosis dan ketepatan pemberian terapi,” dr. Henny Herawati, Sp.S.
Ketika dalam masa pengobatan, pasien meningitis harus meningkatan daya tahan tubuh, jangan stres, ikuti petunjuk dokter, makan-makanan bergizi tinggi protein, dan jangan lupa untuk mencegah penularan ke orang lain.
Menurut dr. Istiana Sari, Sp.S, risiko kematian pasien meningitis yang sudah melakukan terapi dan pengobatan pada bayi dengan usia kurang 1 tahun adalah sebesar 20-30%, untuk usia anak yang lebih besar dari 1 tahun risiko kematiannya sekitar 2%, dan untuk orang dewasa risiko kematiannya sekitar 19-37%. “Data tersebut secara umum mengacu pada data WHO,” ujar dr. Istiana, Sp.S.
Jika pasien sudah sembuh dari meningitis, pasien harus tetap melakukan kontrol rawat jalan untuk mengindari adanya potensi komplikasi lanjutan. “Jika pasien mengalami cacat pasca meningitis, maka pasien dapat dilakukan fisioterapi atau terapi-terapi lainnya sesuai dengan kondisi pasien,” ujar dr. Henny Herawati, Sp.S.
Perlu diperhatikan bahwa proses penyembuhan meningitis tidak dapat disembuhkan hanya dengan proses rawat jalan. “Perlu dilakukan pemeriksaan secara komprehensif pada penyakit meningitis sehingga sangat dianjurkan agar pasien melakukan rawat inap,” ujar dr. Istiana, Sp.S.
Untuk menghindari penyakit meningitis, sebaiknya seseorang dapat menjaga daya tahan tubuh dengan mengikuti gaya hidup sehat seperti pola makan sehat, olahraga cukup, tidak merokok, rutin cuci tangan, hindari sharing barang dengan orang lain (karena kita tidak tahu apakah orang lain memiliki penyakit meningitis atau tidak), hindari daerah yang banyak terjadi kasus meningitis tinggi. “Untuk mencegah meningitis, bayi dapat melakukan imunisasi seperti MMR, cacar, dan PCV. Pada dasarnya, orang dewasa juga bisa melakukan vaksin meningitis, terutama untuk orang yang hendak melakukan ibadah haji,” ujar dr. Istiana, Sp.S.
——-
Primaya Hospital Group adalah Rumah Sakit yang menyediakan standar pelayanan prima yang mengutamakan mutu keselamatan pasien. Hal tersebut tercermin dari telah terakreditasinya Primaya Hospital Group tingkat nasional oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dan dua dari rembilan rumah sakit kami telah terakreditasi internasional oleh Joint Commission International (JCI). Kami memberikan layanan kesehatan yang menyeluruh untuk masyarakat Indonesia dan warga negara asing (WNA) serta memberikan layanan pasien dengan jaminan Perusahaan/Asuransi/BPJS/KIS dengan teknologi terbaik. Untuk menjangkau kebutuhan kesehatan masyarakat. Primaya Hospital Group tersebar di wilayah dan kota-kota besar di Indonesia dengan lokasi strategis dan mudah diakses sehingga kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan dapat terpenuhi dengan baik. Kami memiliki layanan unggulan bagi para pasien yaitu pusat layanan jantung dan pembuluh darah, layanan ibu dan anak, layanan trauma, serta layanan kanker. Primaya Hospital Group memiliki fasilitas pelayanan yang lengkap diantaranya layanan Gawat Darurat, Radiologi, Laboratorium, dan Farmasi yang hadir selama 24 jam. Selain itu, kami memiliki area parkir yang luas, ruang edukasi pasien, ruang poli yang nyaman, ruang laktasi, area bermain di Poli Anak, ATM Center, Musholla, WiFi untuk keluarga pasien, kantin, dan area lobi.
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi:
Hanie Dewita (Hanie)
Head of Marketing and Corporate Communication