• Contact Center
  • 1500 007
  • Chatbot

Saraf Kejepit: Gejala dan Terapinya

saraf kejepit

Pernahkah Anda merasakan sensasi nyeri tajam yang menjalar, kesemutan, atau bahkan mati rasa di punggung atau leher belakang? Sensasi ini bisa jadi merupakan pertanda adanya saraf kejepit. Saraf kejepit dapat berdampak serius jika tak ditangani dengan tepat. Mari selami lebih dalam apa itu saraf kejepit, bagaimana mengenali gejalanya, dan pilihan terapi saraf kejepit yang tersedia, termasuk bedah mikrodisektomiย yang ampuh sebagai solusi kondisi ini.

Apa Itu Saraf Kejepit?

Dalam istilah medis, saraf kejepit dikenal sebagai radikulopati. Cleveland Clinicย menjelaskan, kondisi ini terjadi ketika akar saraf di sepanjang tulang belakang mengalami iritasi atau kompresi (tekanan). Tulang belakang kita terdiri atas 33 tulang individual yang disebut vertebra yang tersusun satu di atas yang lain. Di antara setiap vertebra, terdapat cakram intervertebralis, yakni struktur lunak seperti gel yang berfungsi sebagai bantalan penyerap guncangan dan membuat tulang belakang fleksibel.

Dari sumsum tulang belakang, ada 31 pasang akar saraf bercabang yang keluar melalui celah-celah kecil yang disebut foramen intervertebralis. Ketika ruang tempat akar saraf ini keluar menyempit, atau ada sesuatu yang menekan saraf tersebut, terjadilah saraf kejepit. Tekanan berlebihan pada saraf ini dapat berasal dari berbagai jaringan di sekitarnya, seperti tulang, otot, atau tendon.

Terdapat beberapa macam saraf kejepit, tergantung lokasinya di sepanjang tulang belakang. Saraf yang kejepit bisa jadi berada di leher (servikal), punggung bagian tengah atas (toraks), atau punggung bagian bawah (lumbal). Di antara jenis-jenis itu, saraf kejepit di punggung bagian bawah adalah yang paling umum dengan gejala antara lain nyeri menjalar ke kaki.

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan riwayat kesehatan pasien untuk menegakkan diagnosis. Tes pencitraan seperti MRI atau CT scan juga sering digunakan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang keadaan saraf dan jaringan di sekitarnya. Dari situ, dokter bisa merekomendasikan penanganan yang tepat, termasuk berbagai terapi saraf kejepit hingga bedah mikrodisektomi bila diperlukan.

Penyebab Saraf Kejepit

Saraf kejepit dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dari cedera akut hingga perubahan yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Memahami penyebabnya penting untuk penanganan dan pencegahan yang efektif.

Penyebab saraf kejepit yang paling umum adalah herniasi diskus, di mana diskus atau cakram intervertebralis menonjol keluar dan menekan saraf di sekitarnya. Masalah ini paling sering terjadi di punggung bagian bawah, tapi juga bisa mempengaruhi leher.

Baca Juga:  Apakah Sakit Kepala Cluster Bisa Disembuhkan? Ini Faktanya!

Taji tulang (bone spurs) juga merupakan penyebab umum saraf kejepit. Kondisi ini terjadi ketika terbentuk tulang yang menonjol pada area persendian. Di tulang belakang, tonjolan ini bisa menekan akar saraf hingga memicu gejala saraf kejepit. Kondisi yang kerap dikaitkan dengan osteoartritis ini lebih umum dijumpai pada orang berusia di atas 50 tahun.

Faktor lain yang dapat memicu saraf kejepit meliputi:

  • Stenosis atau penyempitan kanal tulang belakang
  • Artritis, terutama osteoartritis dan rheumatoid arthritis
  • Spondilolistesis, yakni kondisi ketika satu vertebra bergeser dan bertumpu pada vertebra di bawahnya
  • Cedera atau trauma, misalnya akibat jatuh atau kecelakaan mobil
  • Tumor tulang belakang atau infeksi
  • Pekerjaan yang melibatkan gerakan berulang atau posisi tubuh yang buruk
  • Berat badan berlebih
  • Diabetes

Gejala Saraf Kejepit

Gejala saraf kejepit yang utama adalah rasa nyeri pada area yang terpengaruh. Nyeri ini bisa berupa nyeri tajam, nyeri berdenyut, atau sensasi terbakar yang dapat menyebar. Misalnya, jika saraf kejepit terjadi di punggung bawah, ada kemungkinan nyeri menjalar ke kaki.

Selain nyeri, gejala umum saraf kejepit meliputi:

  • Mati rasa pada area saraf yang tertekan
  • Kesemutan, mirip dengan kaki yang terasa kebas setelah duduk bersila terlalu lama
  • Kelemahan otot pada area yang sarafnya tertekan
  • Hilangnya refleks di area yang terpengaruh

Gejala saraf kejepit ini bisa bersifat sementara atau jangka panjang dan dapat memburuk dengan gerakan tertentu.

Berbagai Pilihan Terapi Saraf Kejepit

Sebagian besar kasus saraf kejepit dapat membaik dengan pengobatan konservatif. Langkah penanganan pertama yang paling sering direkomendasikan adalah mengistirahatkan area yang terkena dan menghindari aktivitas yang memperburuk gejala. Namun istirahat total di tempat tidur dalam jangka panjang tidak disarankan karena justru bisa memperlambat pemulihan.

Selain itu, ada terapi saraf kejepit yang bisa dilakukan dengan tujuan mengurangi tekanan pada saraf, meredakan nyeri, dan mengembalikan fungsi normal. Di antaranya:

  • Terapi dingin dan panas, yakni menggunakan kompres dingin atau es untuk mengurangi peradangan, lalu setelah beberapa hari beralih ke kompres panas guna merelaksasi otot yang tegang di sekitar saraf dan meningkatkan aliran darah.
  • Obat-obatan, antara lain ibuprofen atau naproksen, perelaksasi otot, obat antikejang, dan kortikosteroid.
  • Fisioterapi yang merupakan komponen kunci terapi saraf kejepit. Dalam terapi fisik ini, pasien akan menjalani program tertentu yang dirancang fisioterapis guna mengurangi tekanan pada saraf, meningkatkan fleksibilitas, dan memperkuat otot-otot.
Baca Juga:  Brain Fog Bisa Terkait Peradangan di Otak

Jika terapi saraf kejepit itu tidak membuahkan hasil yang diharapkan, suntikan steroid epidural dapat dipertimbangkan. Prosedur ini melibatkan penyuntikan kortikosteroid langsung ke area di dekat saraf yang teriritasi untuk mengurangi peradangan lokal.

Kapan Diperlukan Bedah?

Dalam beberapa kasus, bedah atau operasi menjadi satu-satunya jalan untuk mengatasi saraf kejepit. Dikutip dari Mayo Clinic, dokter biasanya merekomendasikan operasi jika gejala tidak membaik setelah beberapa minggu hingga beberapa bulan menjalani pengobatan konservatif. Salah satu prosedur operasi saraf kejepit adalah disektomi, yakni pengangkatan bagian diskus yang menekan saraf.

Terdapat dua macam disektomi, yakni bedah mikrodisektomi dan disektomi terbuka. Belakangan, bedah mikrodisektomi yang merupakan prosedur minimal invasif lebih banyak dipilih karena menawarkan banyak kelebihan, seperti:

  • Tingkat keberhasilan yang sangat tinggi hingga 90 persen dan bisa menjadi solusi jangka panjang.
  • Waktu pemulihan cepat. Mayoritas pasien dapat kembali bekerja dalam waktu 12 minggu setelah operasi.
  • Risiko komplikasi lebih rendah.

Kapan ke Dokter?

Saraf kejepit adalah kondisi yang dapat menyebabkan rasa sakit yang signifikan dan mengganggu kualitas hidup. Jika mengalami gejala yang dicurigai sebagai saraf kejepit, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat. Penanganan dini dapat mencegah komplikasi lebih lanjut dan mempercepat pemulihan.

Narasumber:

dr. Yunita Christiani Biyang, Sp.N

Spesialis Neurologi (Saraf)

Primaya Hospital Hertasning

Referensi:

Share to :

Buat Janji Dokter

Promo

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Sahabat Sehat Primaya

Select an available coupon below