• Contact Center
  • 1500 007
  • Chatbot

Penyakit Batten: Gangguan Genetik dengan Hilangnya Penglihatan

Penyakit Batten

Penyakit Batten adalah kelainan genetik langka yang memengaruhi sistem saraf pusat. Penyakit ini bersifat progresif dan serius.

Gejala Penyakit Batten biasanya muncul pada masa kanak-kanak. Anak mengalami kehilangan penglihatan, kemampuan motorik, dan kognitif.

buat jani dokter primaya

Penyakit ini disebabkan oleh mutasi gen yang memengaruhi enzim pengurai limbah sel. Hal ini menyebabkan penumpukan zat beracun.

Mengenal Penyakit Batten

Penyakit Batten adalah kelainan neurodegeneratif langka yang terutama menyerang anak-anak. Penyakit ini termasuk dalam kelompok lipofuscinosis seroid neuronal.

Penyebab utama penyakit ini adalah mutasi genetik pada gen CLN. Mutasi ini mengganggu produksi enzim penting dalam otak.

Akibat mutasi tersebut, terjadi penumpukan lipofuscin di dalam sel otak. Hal ini menyebabkan kerusakan sel saraf secara bertahap.

Penyakit Batten bersifat progresif dan tidak dapat disembuhkan. Terapi dilakukan untuk memperlambat perkembangan gejala dan meningkatkan kualitas hidup.

Gejala Penyakit Batten

Gejala Penyakit Batten dapat muncul pada masa kanak-kanak dan berkembang secara bertahap. Gejalanya bervariasi tergantung tipe penyakit.

  • Kehilangan penglihatan secara progresif
  • Kejang berulang
  • Keterlambatan perkembangan motorik
  • Hilangnya keterampilan berbicara
  • Gangguan koordinasi atau ataksia
  • Perubahan perilaku atau gangguan kepribadian
  • Kesulitan belajar atau kehilangan kemampuan akademik
  • Gangguan tidur atau insomnia
  • Kelemahan otot atau spastisitas
  • Demensia atau penurunan fungsi kognitif
  • Hilangnya kemampuan berjalan secara mandiri
  • Perubahan pola makan atau kesulitan menelan
  • Postur tubuh abnormal atau kekakuan sendi
  • Gangguan pendengaran
  • Hilangnya kemampuan interaksi sosial

Penyebab Penyakit Batten

Penyakit Batten disebabkan oleh mutasi genetik yang memengaruhi produksi enzim penting dalam otak. Mutasi ini bersifat autosomal resesif.

1. Mutasi pada Gen CLN

Mutasi pada gen CLN merupakan penyebab utama Penyakit Batten. Gen ini bertanggung jawab mengatur produksi enzim pengurai limbah sel.

Jika gen CLN mengalami mutasi, enzim tidak diproduksi secara normal. Hal ini menyebabkan penumpukan lipofuscin dalam sel saraf.

Lipofuscin adalah zat beracun yang menumpuk dalam lisosom. Akibatnya, sel saraf mengalami kerusakan dan kehilangan fungsinya.

Mutasi gen CLN diwariskan secara autosomal resesif. Artinya, anak harus mewarisi dua salinan gen cacat dari kedua orang tua.

2. Penumpukan Lipofuscin dalam Sel Otak

Lipofuscin adalah pigmen yang terakumulasi dalam sel otak. Akibat mutasi gen CLN, proses pembuangan lipofuscin terganggu.

Penumpukan lipofuscin menyebabkan kerusakan neuron secara progresif. Hal ini berdampak pada fungsi motorik dan kognitif anak.

Kehadiran lipofuscin dapat dideteksi melalui biopsi jaringan otak. Pemeriksaan ini menunjukkan adanya endapan berwarna kuning kecokelatan.

Kerusakan neuron akibat lipofuscin bersifat permanen. Terapi yang ada hanya bertujuan memperlambat kerusakan lebih lanjut.

3. Faktor Genetik Autosomal Resesif

Penyakit Batten diturunkan secara autosomal resesif. Anak harus mewarisi dua salinan gen cacat agar terkena penyakit ini.

Baca Juga:  Pseudodementia: Gejala, Mencegah dan Mengobati

Orang tua pembawa gen cacat biasanya tidak menunjukkan gejala. Namun, mereka dapat mewariskan mutasi gen ke anak.

Risiko anak terkena penyakit adalah 25% jika kedua orang tua pembawa. Konsultasi genetik penting untuk mendeteksi risiko.

Pemeriksaan genetik dapat membantu pasangan yang berencana memiliki anak. Skrining prenatal dapat dilakukan pada kehamilan berisiko.

4. Ketidakseimbangan Metabolisme Lisosom

Mutasi gen CLN menyebabkan gangguan fungsi lisosom. Lisosom tidak dapat menguraikan protein dan lemak dengan benar.

Ketidakseimbangan ini menyebabkan endapan lipofuscin terus menumpuk. Hal ini memicu kerusakan sel saraf di otak dan sumsum tulang belakang.

Gangguan metabolisme lisosom juga menyebabkan peradangan di jaringan saraf. Peradangan ini memperparah kerusakan neuron.

Pada tahap lanjut, kerusakan otak menyebabkan kehilangan fungsi motorik dan kognitif. Pengobatan saat ini hanya bersifat suportif.

Cara Dokter Diagnosis Penyakit Batten

Dokter melakukan diagnosis Penyakit Batten melalui evaluasi klinis dan riwayat keluarga. Biasanya dilakukan jika ada gejala neurologis.

Tes genetik dilakukan untuk mendeteksi mutasi pada gen CLN. Pemeriksaan ini membantu memastikan adanya kelainan genetik.

Selain itu, tes darah dan urine dilakukan untuk mendeteksi endapan lipofuscin. Hasil positif mengindikasikan gangguan metabolisme lisosom.

Pencitraan otak seperti MRI juga dilakukan untuk melihat kerusakan jaringan. Biasanya menunjukkan atrofi otak atau degenerasi neuron.

Cara Mengobati Penyakit Batten

Pengobatan Penyakit Batten bertujuan memperlambat perkembangan gejala dan meningkatkan kualitas hidup. Terapi dilakukan secara multidisiplin dan berkelanjutan.

1. Terapi Simptomatik

Terapi simptomatik bertujuan mengurangi gejala neurologis yang muncul. Obat antikejang sering digunakan untuk mengendalikan kejang berulang.

Selain itu, obat antispastik diberikan untuk meredakan kekakuan otot. Hal ini membantu meningkatkan kenyamanan dan mobilitas pasien.

Dokter juga memberikan obat untuk mengatasi gangguan tidur. Insomnia sering terjadi pada penderita dengan komplikasi neurologis.

Pemantauan efek samping obat dilakukan secara berkala. Penyesuaian dosis akan diberikan jika terjadi perubahan kondisi klinis.

2. Terapi Fisik dan Rehabilitasi

Terapi fisik bertujuan mempertahankan kekuatan otot dan mobilitas. Latihan peregangan dilakukan untuk mencegah kontraktur dan kekakuan sendi.

Fisioterapis akan memberikan program latihan khusus. Fokusnya pada peningkatan fleksibilitas dan koordinasi gerakan tubuh.

Terapi okupasi membantu pasien mempertahankan keterampilan sehari-hari. Hal ini penting untuk meningkatkan kemandirian pasien.

Pendampingan keluarga sangat diperlukan selama proses terapi. Dukungan moral dapat meningkatkan motivasi pasien saat berlatih.

3. Terapi Genetik dan Enzim

Penelitian terapi genetik sedang dikembangkan untuk memperbaiki mutasi pada gen CLN. Studi eksperimental menunjukkan hasil yang menjanjikan.

Terapi enzim pengganti juga sedang diuji pada model hewan. Tujuannya untuk menggantikan enzim yang hilang akibat mutasi genetik.

Baca Juga:  Penyakit Huntington: Penyebab, Gejala, dan Cara Pengobatannya

Jika berhasil, terapi ini dapat memperlambat kerusakan saraf. Namun, saat ini belum ada terapi definitif untuk manusia.

Partisipasi dalam uji klinis dapat membuka akses pada pengobatan terbaru. Edukasi pasien penting sebelum mengikuti penelitian.

4. Dukungan Psikososial dan Edukasi

Dukungan psikososial sangat penting bagi keluarga penderita. Edukasi tentang penyakit membantu memahami gejala dan prognosis.

Konseling psikologi membantu keluarga mengelola stres dan kecemasan. Terutama saat menghadapi perubahan kondisi pasien.

Grup dukungan komunitas menyediakan tempat berbagi pengalaman. Keluarga dapat saling mendukung dan bertukar informasi.

Edukasi berkelanjutan membantu keluarga mengikuti perkembangan terapi. Hal ini penting untuk mengambil keputusan medis yang tepat.

Komplikasi Penyakit Batten

Penyakit Batten dapat menyebabkan komplikasi serius pada sistem saraf pusat. Kerusakan neuron berdampak pada fungsi motorik dan kognitif.

Salah satu komplikasi utama adalah kehilangan penglihatan secara progresif. Penderita dapat mengalami kebutaan total pada tahap lanjut.

Selain itu, kejang berulang merupakan komplikasi yang umum terjadi. Kejang dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan gangguan motorik.

Komplikasi lainnya adalah penurunan fungsi kognitif yang berujung pada demensia. Penderita kehilangan kemampuan berpikir dan berkomunikasi.

Pencegahan Penyakit Batten

Sayangnya, Penyakit Batten tidak dapat dicegah karena merupakan kelainan genetik. Namun, beberapa langkah dapat membantu deteksi dini.

  • Pemeriksaan genetik pada pasangan dengan riwayat penyakit
  • Konsultasi genetik sebelum merencanakan kehamilan
  • Skrining prenatal pada kehamilan berisiko tinggi
  • Edukasi keluarga terkait risiko genetik
  • Deteksi dini melalui tes enzim pada bayi baru lahir
  • Pemantauan perkembangan anak secara rutin
  • Dukungan psikososial bagi keluarga terdampak
  • Partisipasi dalam penelitian terapi genetik
  • Pemeriksaan mata jika muncul gangguan penglihatan
  • Skrining genetik pada keturunan dengan riwayat Batten

Kapan Harus ke Dokter

Segera periksakan anak jika mengalami kehilangan keterampilan motorik. Terutama jika tiba-tiba tidak bisa berjalan atau berbicara.

Jika anak mengalami kejang berulang atau kehilangan penglihatan, segera konsultasikan ke dokter spesialis saraf anak.

Selain itu, lakukan pemeriksaan jika ada riwayat keluarga dengan Penyakit Batten. Deteksi dini dapat memperlambat perkembangan gejala.

Narasumber:

dr. Marthin Tori, Sp. S

Spesialis Neurologi

Primaya Hospital Betang Pambelum

Referensi:

  • Mengenal Penyakit Langka Batten Disease pada Anak. https://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/1993-mengenal-penyakit-langka-batten-disease-pada-anak Diakses 1 Mei 2025
  • Batten Disease.https://en.wikipedia.org/wiki/Batten_diseaseย Diakses 1 Mei 2025
  • Batten Disease: What It Is, Causes, Symptoms & Treatment. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/6018-batten-disease Diakses 1 Mei 2025
  • Penyakit Batten: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan. https://www.idntimes.com/health/medical/eliza/penyakit-batten-c1c2 Diakses 1 Mei 2025
  • Tak Putus Harapan, Kisah Syafa Melawan Penyakit Langka Batten Disease. https://www.kompas.com/sains/read/2020/06/09/170400223/tak-putus-harapan-kisah-syafa-melawan-penyakit-langka-batten-disease?page=all Diakses 1 Mei 2025
Share to :

Buat Janji Dokter

Promo

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Sahabat Sehat Primaya

Select an available coupon below